Beberapa bulan lalu, saya mendapat suarat edaran IPS pemenangan paslon Prabowo Sandi. Dalam surat yang ditandatangani oleh KH. Abdul Rasyid selaku Komandan Jenderal Pimpinan Nasional Ulama Pemenagan Prabowo Sandi tersebut mengintruksikan solat Subuh berjamaah di masjid dan mushollah terdekat dan lalu bondong-bondong mendatangi TPS.
Saya meresponnya ketus aja waktu itu. Menganggap hal yang demikian biasa-biasa saja (walau disangsikan oleh analis di berbagai media). Dan ternyata seruan tersebut benar-benar terlaksana di berbagai tempat. Bahkan sempat menjadi tranding topik di sosial media (Twitter) dengan tagar #GerakanSubuhAkbarIndonesia.
Baca juga: Gerakan Indonesia Sholat Subuh untuk Pemenangan Capres 02
Jelas terkejut melihat info ini. Ditambah lagi dengan video @Adrian_Harif di twettertnya tentang ajakan Sandiaga Uno yang mengajak wagra Indonesia untuk solat subuh berjamaah. Yang kemudian dirinya melaksanakan melaksanakan subuh akbar ini di Masjid At Taqwa Kebayoran Baru dan kemudian bersama masyarakat bondong-bondong ke TPS 02, Jalan Sriwijaya, Selong, kebayoran Baru. (Repubika/Nasional/Politik 17 April).
Tidak hanya itu, di berbagai tempat selainnya intruksi solat subuh benar benar bejalan lancar dan menyita simpati masyarakat untuk memenangkan Prabowo Sandi. Alih-alih ketika isu yang dimainkan adalah mengembalikan kebangkitan Umat islam dengan memenangkan Paslon 02.
Banar, bangkit dan berjayanya Umat Islam adalah suatu impian ideal siapapun. Dan saya rasa bukan hanya impian dan harapan paslon 02. Namun yang menjadi amasalah adalah bagaimanan Isu ini diseret dan disandingkan hanya untuk pemenangan pasangan tertentu. Di sinilah saya mencurigai ada idealisme Umat Islam yang mulai dicaplok oleh kalangan oportunis tertentu dan bahkan isu itu dikebiri, hanya boleh bergerak untuk kepentingan politik.
Lebih dari itu, kecurigaan saya—yang mungkin terbutru-buru—lebih keuat lagi bahwa kalangan ini tidak hanya menyerukan kebangkitan umat Islam. Melainkan kebangkitan negara Islam yang diidekan oleh pemasok Khilafah di Indonesia. Hal ini setidakntya dapat baca seruan jihad Ulama Tim Pemenangan IPS untuk melaksanakan solat subu berjamaah serta meyerukan kembalinya Orde Baru bila Prabowo Sandi menang di laga Pilpres kali ini.
Baca juga: Gerakan Subuh Berjamaah untuk Pilpres adalah Membajak Islam
Seruan kebangkitan Islam melalui solat subuh bejamaah ternyata agenda turunan dari memulihkan rezim Orba. Lebih jelasnya, bisa dilihat dari pernyataan di CNN Indonesia merilis bahwa Prabowo telah bersiap-siap untuk mengambalikan Indonesia pada masa Orde baru. lalu apa hubungan Solat subuh dan Orde baru?
Orde baru merupakan masa cikal bakal tumbuh suburnya Organisaai Keagamaan dan Kemasyarakatan. Termasuk salah satu didalamnya adalah Front Pembela Islam (FPI) (17 Agustus 1998) yang pada akhi-akhir ini menjadi pangawal Ideologi Khilafa. Orde baru menghendaki adanya kekuasaan tunggal yang tak bisa dikritik oleh manapaun. Dan organisasi-organisasai tersebut hanyadibiarkan hidup jika sejalan dengan harapan penguasa.
Solat subuh hari ini mengarah dan dicurigai untuk mengembalikan jaman orde baru. Jelas bahwa gerakan orde baru yang marak pada hari ini dimotori oleh kalangan ormas dan Ulama radikal yang mengusung Khilafah, dimana kekuasaan tunggal penguasa (otoretariant) akan dikembalikan.
Kesimpulan yang terburu-buru ini hendak menutarakan bahwa jika gerakan indonesia solat subuh (GISS) talah berjalan di bebapa daerah, maka ini langkah awal untuk menyatukan suara pemenangan Capres 02yang pada akhirnya sebagaimana taksiran CNN dan media Mainstream lainnya, Prabowo akan mengembalikan Jaman Orde Baru.
Maka, dhalimlah orang-orang yang menggunakan solat subuh sebagai komoditas politik. Solat yang awalnya adalah ibadah sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, sebab pilpres diplintir untuk memenakan paslon tertentu.
Perlu diingat bahwa perbuatan baik dan ibadah apapun itu, jika salah niat hanya akan mengantarkan ke neraka. عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ . تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (“Rajin beramal lagi kepayahan, namun, memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS. Al-Ghasyiyah: 3 – 4).)
Jadi, bagaimana menurutmu?