Sejarah Orientalisme (3-Habis): Kontribusi Orientalisme Terhadap Khazanah Islam

Sejarah Orientalisme (3-Habis): Kontribusi Orientalisme Terhadap Khazanah Islam

Orientalisme tidak semata membawa persepsi negatif, ia juga mempunyai kontribusi dalam perkembangan khazanah Islam di dunia

Sejarah Orientalisme (3-Habis): Kontribusi Orientalisme Terhadap Khazanah Islam

Pada awalnya, orientalisme memang tidak menyuguhkan keramahan sama sekali terhadap Islam. Namun, setelah mengalami beberapa fase dan perubahan zaman, kontribusi orientalisme bisa diidentifikasi dalam perkembangan studi-studi Islam baik bagi masyarakat Barat dan Timur.

Baca juga Sejarah Orientalisme (2): Fase-fase dan Perubahan Motif Orientalisme

Kontribusi pertama yang harus diakui sebagai dampak positif orientalisme adalah mengenalkan studi Islam dengan pendekatan lebih akademis dan berbasis analisis. Produksi teks yang dikaji menciptakan pengayaan luar biasa dalam perkembangan literatur Islam. Selain pengayaan dari aspek kuantitas, juga pengayaan kualitas berupa nutrisi studi dari sisi metodologis. Secara apologetis bisa saja kita mengatakan, sebenarnya tanpa orientalisme pun literatur dunia Islam berkembang luar biasa seperti terjadi pada abad pertengahan. Namun, tanpa orientalisme, literatur dunia Islam hanya ditulis oleh kaum Muslimin yaitu orang dalam (insider) yang “subyektif”.

Kontribusi kedua orientalisme adalah menjamurnya institusi-institusi kajian ke-Islaman di Barat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya institusi-institusi ini pada abad pertengahan di Barat, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi akar-akar studi kawasan atau wilayah tentang Timur di universitas-universitas Barat zaman modern. Orientalist Congress (Kongres Orientalis), misalnya, mengganti namanya menjadi International Congress on Asia and North Africa dan kongres tersebut telah mendirikan pusat-pusat studi ketimuran (centres of oriental studies) seperti Ecole des Langues Orientalis Vivantes (1975) di Paris.

Sejumlah besar universitas-universitas di Amerika Serikat seperti Harvard University, Columbia University, Ohio State of University, UCLA, Wisconsin University, University of Boston, Syracuse University, Yale University dan lain-lain memiliki program religious studies dimana buku-buku atau literatur tentang Islam dan umat Islam diterbitkan, dipelajari dan diperlihara dengan sangat baik.

Kontribusi ketiga dari orientalisme adalah, menguatnya tradisi ilmiah dalam mempelajari Islam. Salah satu kelemaham umat Islam dalam memahami Islam adalah melihat kebenaran Islam sebagai barang jadi, taken for granted tanpa keresahan, kegelisahan, pencarian dan kritisisme penelitian ilmiah.

Kajian orientalis telah memantik Islam sendiri untuk melihat agamanya secara rasional dan empiris didukung oleh teori-teori ilmu sosial. Ini tidak terhindarkan berdampak pada kaum Muslimin yaitu mengarahkan mereka untuk berfikir dan menganalis Islam secara historis-empiris dan, pada tingkat tertentu, secara liberal. Dengan kata lain, dalam konteks akademis, Islam mengalami proses “obyektifikasi” dan “historisisasi” di tangan kaum Muslimin sendiri.

Islam selain sebagai sistem keyakinan juga merupakan sebuah disiplin ilmu yang rasional dan empiris. Dengan demikian, peranan yang dilakukan tokoh seperti Fazlur Rahman, Nurcholish Madjid, Hassan Hanafi, dll.  ini memiliki kedudukan strategis dan sangat penting dalam mengembangkan studi-studi Islam di kalangan umat Islam sendiri. Islam terlibat secara luas dalam diskursus-diskursus modernisme dan posmoderisme yang sangat diperlukan dalam rangka aktualisasi Islam di zaman modern.

Kontribusi keempat, dampak balik pada proses kebangkitan Islam. Akar-akar kebangkitan Islam dapat dilacak melalui tradisi orientalisme. Salah satu wujudnya adalah keterlibatan aktif umat Islam dalam memberikan jawaban-jawaban konseptual atas tantangan-tantangan perubahan sosial yang diakibatkan oleh proses modernisasi. Tidak ada cara lain dalam melakukan ini kecuali kaum intelektual Muslim berpikir keras menangkap makna universal al-Quran dan secara dinamis mentafsirkan ayat-ayatnya agar relevan dengan situasi zaman yang bagaimanapun.

Penjelasan ini mengindikasikan kemunculan generasi baru sarjana dan pemikir Islam yang dilahirkan dari interaksi tradisi ilmiah Islam–Barat. Atau, dengan kata lain, munculnya lapisan pemikiran Muslim yang dilahirkan dari persentuhannya dengan bahkan dalam tradisi orientalisme. (Habis)

Baca juga Ketika Non-Muslim Mengkaji Al-Quran dan tulisan menarik lainnya dengan tema Orientalisme di tautan ini.