Sayyid Utsman bin Yahya Mendoakan Ratu Wilhelmina [Bag-1]: Naskah, Isi, dan Terjemahan Doa.

Sayyid Utsman bin Yahya Mendoakan Ratu Wilhelmina [Bag-1]: Naskah, Isi, dan Terjemahan Doa.

Ratu Wilhelmina diangkat menjadi pemimpin kerajaan Belanda tahun 1898. Dia diminta menggantikan ibunya, Ratu Emma, saat usianya masih 18 tahun. Hari pelantikannya dirayakan dengan penuh suka cita dan dimeriahkan dengan beragam acara dan festival.

Sayyid Utsman bin Yahya Mendoakan Ratu Wilhelmina [Bag-1]: Naskah, Isi, dan Terjemahan Doa.
ARSIP

Ratu Wilhelmina diangkat menjadi pemimpin kerajaan Belanda tahun 1898. Dia diminta menggantikan ibunya, Ratu Emma, saat usianya masih 18 tahun. Hari pelantikannya dirayakan dengan penuh suka cita dan dimeriahkan dengan beragam acara dan festival. Turut hadir menyaksikan pelantikan tersebut perwakilan dari Hindia-Belanda, seperti delegasi Kesultanan Siak, Kesultanan Kutai, dan Susuhan Surakarta.

Kemeriahan pelantikan Ratu Wilhelmina tidak hanya terasa di Belanda, tetapi juga di Hindia-Belanda. Persiapan acaranya bahkan sudah direncanakan dua tahun sebelumnya. Hampir semua bupati dan pejabat daerah bekerjasama untuk mewujudkan kesuksesan kegiatan ini.

Bentuk acara yang diadakan di Batavia khususnya sangat beragam: parade militer, festival tari, musik, pesta kembang api, dan seterusnya. Acara ini juga tidak hanya diperuntukkan untuk komunitas Belanda Batavia semata, tetapi juga melibatkan warga lokal.

Dalam konteks menyambut hari pelantikan inilah Hoogenstraten, seorang dokter di Batavia, mengusulkan supaya Sayyid Utsman bin Yahya membaca doa khusus untuk Ratu Wilhelmina di masjid. Dokter yang sudah praktik di Batavia sejak tahun 1891 tersebut meneruskan usulannya kepada H. De Kock, Kepala Residen Batavia. De Kock tidak keberatan dengan usulan itu, dia meminta Sayyid Utsman menyusun doanya.

Alih-alih menolak, Sayyid Utsman menyanggupi permintaan ini. Dia juga menyatakan kesiapannya untuk membantu penyebarluasan teks doa ke seluruh pulau Jawa. Snouck Hurgronje tidak setuju dengan semua rencana ini. Menurutnya, pemeirntah tidak perlu ikut campur, biarlah tokoh agama yang mengambil inisiasi dan sikap sendiri. Apalagi, doa dalam bahasa Arab tidak terlalu  efektif, karena banyak masyarakat yang tidak memahami maknanya.

Petimbangan Snouck diacuhkan, sehingga rencana awal tetap berlanjut. Doa yang dikarang Sayyid Utsman akhirnya dibacakan secara serentak pada hari Jum’at, 2 September 1898, di berbagai daerah. Merujuk informasi Nico Kaptein dalam artikelnya The Sayyid and the Queen, doa ini dibacakan hampir pada seluruh wilayah Batavia, Pulau Jawa, dan juga termasuk Madura menurut sebagian informasi. Sayyid Utsman sendiri membacakannya di Masjid Pekodjan, kampung Arab di Batavia.

Naskah Doa Sayyid Utsman

Teks doa sayyid Utsman untuk Ratu Wilhelmina masih terawat dengan baik di Perpustakaan Universitas Leiden. Teks yang saya temukan ada dua: pertama, teks doa yang terlampir dalam naskah yang ditulis Salim bin Ahmad bin Ali bin Umar al-Mihdar, seorang ulama dari Hadramaut. Dia menulis naskah ini untuk mendukung pandangan Sayyid Utsman.

Teks doa Sayyid Ustman yang terlambir dalam naskah Sayyid Salim bin Ahmad (Koleksi Perpustakaan Universitas Leiden)
Teks doa Sayyid Ustman yang terlambir dalam naskah Sayyid Salim bin Ahmad (Koleksi Perpustakaan Universitas Leiden)

Naskah Salim bin Ahmad ini disimpan satu bundel dengan naskah pembelaan Sayyid Utsman atas kebolehan mendoakan Ratu Belanda. Bagian sampulnya tertulis, Doa Pada Maharaja. Kedua naskah ini merupakan bagian dari koleksi Snouck Hurgronje yang dihibahkan ke perpustakaan. Teks khutbah yang terlampir dalam naskah Salim bin Ahmad ini kemungkinan besar dicetak kisaran tahun 1898.

Yang kedua adalah selebaran yang dicetak tahun 1923 untuk memperingati 25 tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina, tepatnya 31 Agustus 1923. Selebaran ini berisi doa Sayyid Utsman, ditulis dalam dua bahasa: Arab dan Arab Melayu. Bagian awal tertulis kalimat pendahuluan sebagai berikut:

“Ketahuilah sekalian saudara Islam bahwasanya kita sekalian punya pendapat segala nikmat atas kepeliharaan diri dan anak bini dan harta, maka sekalian nikmat itu dikaruniakan oleh Allah SWT bagi kita dengan lantaran pengurusan Government Raja Holanda atas segala negerinya. Maka patutlah kita membalas kebajikan padanya, maka yang terlebih kebajikan, yaitu bahwa kita mendoakan bagi Sri Paduka Baginda Puteri yang termulia dengan doa yang diharuskan oleh syara’…………….maka dibaca dengan ini di masjid sesudah sembahyang Jum’at pada hari 31 Agustus 1923.”

Pada bagian akhir, setelah redaksi doa dalam bahasa Arab, ditegaskan bahwa doa ini bersumber dari pemikirannya Sayyid Utsman dan digandakan di percetakan Sayyid Yahya bin Utsman Tanah Abang. Dilihat namanya, seleberan ini dicetak oleh anaknya Sayyid Utsman. Berikut kutipan redaksinya:

“Khutbah dan doa ini beralasan kepada buah pikirannya almarhum Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya, semoga Allah memuliakannya. Amiin.”

Teks doa Sayyid Utsman yang dicetak ulang tahun 1923 untuk memperingati 25 tahun kekuasaan Ratu Wilhelmina
Teks doa Sayyid Utsman yang dicetak ulang tahun 1923 untuk memperingati 25 tahun kekuasaan Ratu Wilhelmina

Berdasarkan data di atas, dapat dipahami bahwa pembacaan doa untuk Ratu Wilhelmina secara bersama-sama di masjid dilakukan pertama kali tahun 1898 dengan merujuk pada redaksi doa yang dikarang Sayyid Utsman. Kemudian, setelah Sayyid Utsman meninggal, teks doa itu dicetak ulang dan dibacakan dalam hal memperingati 25 kekuasaan Ratu Wilhelmina pada tahun 1923.

Redaksi Doa Sayyid Utsman

Tidak ada perbedaan signifikan antara teks doa pertama (1898) dan kedua (1923) kecuali pada satu bagian, yaitu redaksi al-malikah al-jadidah al-‘azizah (Ratu baru yang mulia) diganti menjadi al-malikah al-mashunah al-‘azizah (Ratu mulia yang dilindungi) pada teks kedua. Selain ini, seluruhnya sama.

Redaksi dan terjemahan doa Sayyid Utsman sebagai berikut:

اللهم يا لطيف اللطفاء وياكنز الضعفاء وياملك الأرض والسماء انت تعلم ماظهر منا وماخفا اللهم كما لطفت بنا في ديار هذه المملك حيث لا يتعرض لنا في ديننا من صلاتنا وزكاتنا وصيامنا ومعاشنا وانكحتنا وانعمت اللهم علينا لطفا منك بالأمان الموجود لأرواحنا وأهالينا وأموالنا

“Wahai Tuhan Yang Maha Baik, Pelindung mereka yang lemah, Penguasa Langit dan Bumi, Engkau mengetahui apa yang tampak dan tersembunyi dari kami. Tuhan, Engkau telah menciptakan kebaikan di wilayah kerajaaan ini, sehingga tidak ada seorang pun yang menghalangi kami dalam menjalankan agama kami, shalat kami, zakat kami, puasa kami, nafkah kami , nikah kami, dan Engkau pun telah memberikan nikmat kebaikan kepada kami dengan menjaga keselamatan jiwa kami, keluarga kami, dan harta kami.”

ويسرت لنا السعي في أسباب معيشتنا. وجعلت الواسطة والسبب في هذه النعم لنا منك هو ما قدرت من ضبط دولة الولندا البلاد بالأمان والانصاف مع مراعاتها ما راعته من امر ديننا كنصب قضاتنا واجراء ارزاقهم وإصلاح مساجدنا وعدم التعرض لشيء من أمور ديننا وانت اعلم بذلك منا

“Dan Engkau memudahkan kami dalam memperoleh nafkah untuk kehidupan kami. Engkau jadikan perantara dan sebab untuk semua kenikmatan ini, karena Engkau telah mentakdirkan pemerintah Belanda untuk menjaga negeri ini tetap aman, adil, serta menghargai urusan agama kami, seperti pengangkatan para hakim, memperhatikan nafkah mereka, memperbaiki masjid kami, dan tidak ada satupun (dari mereka) yang menghalangi urusan kami. Engkau pasti lebih mengetahui ini dibanding kami.”

فنسألك اللهم مزيد نعم هذه الألطاف منك لنا، اللهم كما قدرت وأجريت هذ النعم بواسطة هذه الدولة. فنسألك اللهم مكافاة لاحسانها بما ذكر ان تحف بالسلامة للملكة الجديدة العزيزة وتمن لها بطول الحياء المحلاة بالصحة البدنية ولأملاكها بالأرباح الدنيوية وبمخبأت الأرض من المعادن والمزارع النباتية، وتمن لها بحسن الرعاية لمن في حمايتها بكمال الانصاف وبحسن الاتصاف بما هو محبوب عندك ياولي الهداية حتى يطلع كوكب ملكها مضيئا بين الأنام. مسعد الاملاكها بالخصب والنظام ولمن تحت حمايتها بصلاح كل شان ودوام تلك النعم لنا مع السلامة على الدوام

“Kami memohon kepada-Mu, Ya Tuhan, berkah yang berlimpah dari kebaikan-Mu untuk kami. Ya Tuhan, Engkau sudah mentakdirkan dan telah memberikan nikmat ini melalui pemerintahan ini. Karena itu, kami memohon kepada-Mu, atas dasar kebaikannya itu, supaya Engkau menganugerahkan kesejarahteraan kepada Ratu baru yang mulia, dan semoga Engkau  memberikan umur yang panjang kepadanya, menghadiahkan tubuh yang sehat, dan warganya mendapatkan kebaikan dengan berbagai kebaikan  yang ada di dunia ini, dan benda-benda yang tersembunyi di bumi, pertambangan, dan perkebunan.

Semoga Engkau buat pemerintahannya menjadi jaya, bagi mereka yang berada di bawah perlindungannya dalam keadilan yang sempurna, dan semoga Engkau menganugerahkan kepadanya keindahan sifat sebagai seorang yang Engkau cintai, wahai Sang Pemberi Hidayah, sehingga bintang kerajaannya akan terbit dan cerah di antara masyarakat, dan memberikan warganya kemakmuran yang berlimpah dan tanpa kekurangan, dan siapa pun yang berada di bawah perlindungannya, dengan kebaikan dari semua hal, dan semoga nikmat dan keselamatan ini abadi.”

Menurut Niko Kaptein, doa yang ditulis Sayyid Utsman ini secara tidak langsung mencerminkan bentuk kebijakan Belanda terhadap umat Islam menjelang akhir abad 19. Di antara kebijakan politik Belanda pada masa itu adalah tidak mencampuri urusan ibadah umat Islam, mendirikan peradilan agama tahun 1882, penghulu mendapatkan gaji dari pemerintah, walupun nomimalnya masih jauh dari standar, dan memberikan dana bantuan ke masjid.

 

*Baca bagian selanjutnya dengan mengklik link ini untuk melihat bagaimana reaksi ulama pada masa itu atas doa yang disusun Sayyid Utsman