Salmafina kini sedang ramai diberitakan terkait ia pindah keyakinan. Sebenarnya itu biasa saja, mau Om Deddy yang masuk Islam atau Salma yang sebaliknya. Setiap orang punya jalannya sendiri, kita bisa judge apa?
Tapi ada hal menarik dalam cerita Salma yang saya ikuti. Tentu sangat mengagetkan. Sosok yang dulu dianggap sebagai ikon hijrah dan dipuja-puji sebagai relationship goals bersama suaminya Taqy Malik, tiba-tiba sekarang malah diberitakan pindah agama. Menjadi catatan menarik bagi saya, bahwa itulah pentingnya mencari guru yang baik dalam proses hijrah. Bukan hanya kepicut Ustadz Sosmed.
Selain itu, kita juga sebagai netizen tentunya harus lebih bijak dalam menyikapi tokoh seperti itu. Tentu saat ada yang niat untuk berubah jadi lebih baik haruslah didukung sepenuhnya, tapi bukan berati dikultuskan seperti Malaikat ataupun bidadari. Hingga kalau dia melakukan kesalahan dihujat setengah mati.
Di antara kebiasaan netizen kita adalah memuja orang yang berhijrah/berjilbab seakan sudah auto masuk surga dan sangat alim tanpa cela. Di situ seakan memberikan pandangan bahwa menilai akhlak seseorang hanya dari sebatas pakaian. Puja-puji itu juga yang menjadi beban bahwa orang berjilbab itu harus begini dan begitu, kebayang dong orang yang baru coba berjilbab susahnya menyesuaikan sikap dengan konstruksi netizen ini? Padahal ngerubah kebiasaan mandi sekali jadi dua kali aja susahnya minta ampun.
Sebaliknya, giliran tokoh yang dipuja-puji itu terlihat keburukannya, contoh misal sedang labil jilbabnya dari “yang syar’i” jadi “yang fashionable”. Lalu dihujat habis-habisan. Apalagi kalau yang sampai buka jilbab, auto dibilang “kafir”.
Menurut pandangan saya, dari pada mudah men-judge orang seperti itu, kenapa ngak terus kita dukung dan besarkan hatinya? Iman itu naik turun loh, dan butuh orang yang terus mengingatkan bukan menghakimi.
Jadi gak perlu ramai-ramai hujat Salma (dalam kasus ini) karena pindah agama. Kita tidak pernah tau apa yang pernah dia alami, depresi yang dia hadapi. Apalagi kerja kamu cuma bisa nyinyirin saja. Islam itu perkara akhlak, Rasulullah tidak pernah memaksa orang masuk islam. Banyak umat tertarik masuk Islam karena kepicut akhlak Rasul, bukan karena ditakut-takutin.