Negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam atau OKI menolak rencana perdamaian yang digagas oleh Amerika Serikat. Penolakan tersebut didasri pada tidak memenuhi aspirasi minimum dan hak-hak sah rakyat Palestina dan bertentangan dengan kerangka acuan proses perdamaian. Hal ini dinyatakan dalam pertemuan para menteri luar negeri di markas besar OKI di Jeddah (3/02). Pertemuan tersebut menyerukan bahwa semua negara anggota tidak ikut menangani rencana tersebut dan tidak akan bekerja sama dengan pemerintah AS untuk menegakkannya dengan cara atau bentuk apa pun.
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada hari Senin menolak rencana perdamaian pemerintah AS untuk Timur Tengah dan meminta negara-negara anggotanya untuk tidak membantu mengimplementasikannya.
Laman arabnews.com melansir bahwa OKI dengan tegas mennyatakan dukungannya bahwa Yerusalem Timur adalah ibukota negara Palestina masa depan. Dalam pernyataannya, mereka juga mendesak pemerintah AS untuk mematuhi ketentuan hukum internasiol tentang wilayah Palestina. OKI memperingatkan Israel agar tidak mengambil tindakan apa pun dalam mengkonsolidasikan pendudukan kolonialnya atas wilayah Palestina. Ini menyerukan kepada komunitas internasional untuk menghadapi semua tindakan tersebut.
OKI mengatakan, perdamaian hanya akan tercapai bila berakhirnya pendudukan Israel dari wilayah Palestina secara penuh, khususnya kota suci Al-Quds Al-Sharif (Yerusalem) dan wilayah Arab lainnya yang diduduki sejak Juni 1967 .
Palestina mengadakan demonstrasi di seluruh wilayah itu pada hari Jumat untuk memprotes inisiatif Timur Tengah Presiden Donald Trump, sementara para gerilyawan di Jalur Gaza menembakkan roket dan mortir ke Israel, menarik serangan balasan.
Panasnya Situasi di Gaza
Situasi di Gaza kian memanas selepas rencana perjanjian damai yang diusulkan Amerika. Pasukan Israel melancarkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran militan di Gaza Jumat (1/2) pagi setelah pejuang Palestina menembakkan tiga roket ke Israel.
Tidak hanya itu beberapa militen Palestina juga meluncurkan “balon peledak” ke Israel. Pada hari Jumat (30/1) gerilyawan Gaza menembakkan tiga mortir. Kemudian Israel membalas dengan menembaki sebuah pos militer Hamas dengan tank.
Ribuan orang turun ke jalan setelah salat Jumat di Yordania yang berdekatan untuk memprotes rencana itu. Jordan, sekutu dekat AS dan pemain kunci dalam upaya perdamaian sebelumnya, telah memperingatkan Israel agar tidak mencaplok wilayah itu. Jordan dan Mesir adalah satu-satunya dua negara Arab yang telah menandatangani perjanjian damai dengan Israel.
Disamping itu para pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera Yordania dan Palestina membakar bendera Israel. Mereka meneriakkan “Trump adalah seorang pengecut” dan “Di sinilah kita, Al-Aqsa.”
Warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza telah mengadakan protes kecil dan tersebar dalam beberapa hari terakhir mengutuk inisiatif Trump. Ribuan orang berkumpul di Gaza pada hari Jumat, di mana mereka membakar bendera dan potret AS dan Israel serta potret Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. S
etidaknya 14 warga Palestina terluka oleh tembakan Israel dalam protes yang tersebar di sepanjang pagar keamanan di sekitar Gaza, menurut layanan medis Bulan Sabit Merah Palestina.