Cara dan niat puasa Senin Kamis tidak banyak ditemui dalam kitab-kitab klasik yang biasa dipelajari saat di pesantren. Biasanya cukup dibahas hukum dan alasan mengapa Rasulullah melakukan puasa hari Senin dan Kamis tersebut.
Dalam artikel ini, penulis mencoba menjelaskan secara rinci beberapa tata cara puasa Senin Kamis yang wajib kamu ketahui sebelum melakukan puasa ini.
Adapun hal pertama yang harus kamu ketahui adalah perihal niatnya. Waktu niat puasa Senin Kamis tidak sama dengan waktu niat puasa Ramadhan yang harus dilakukan pada malam hari. Niat puasa Senin Kamis bisa kamu lakukan saat pagi hingga menjelang tergelincirnya matahari (masuk waktu dhuhur).
Hal ini dikarenakan puasa Senin Kamis merupakan bagian dari puasa sunnah, sehingga niatnya tidak harus dilakukan pada malam hari.
Rasulullah SAW pernah suatu hari bertanya kepada Aisyah, terkait makanan yang telah dimasaknya. Namun Aisyah menjawab bahwa ia tidak masak apapun, maka Rasul pun berpuasa. Hal ini disebutkan Imam ad-Daruqutni dalam Sunan-nya.
عن عائشة أم المؤمنين قالت : كان النبي صلى الله عليه و سلم يأتينا فيقول هل عندكم من غداء فإن قلنا نعم تغدى وإن قلنا لا قال إني صائم
“Dari Aisyah, Ummul Mukminin RA, berkata: Suatu ketika Rasulullah SAW mendatangi kami kemudian beliau bertanya, “Apakah kalian memiliki makanan?” Jika kami berkata “iya” maka Rasulullah akan makan, dan jika kami berkata tidak, maka Rasulullah akan berpuasa.”
Hal ini dijadikan landasan oleh para ulama bahwa berpuasa sunnah tidak harus niat pada malam hari. Tetapi juga boleh dilakukan pada pagi hari. Sebagaimana disebutkan Syekh Yasin al-Fadani dalam kitab al-Fawaid al-Janiyah.
صوم النفل فإنه يصح بنيته قبل الزوال
“Puasa sunnah, niatnya tetap sah saat dilakukan sebelum tergelincirnya matahari”
Adapun niat puasa hari Senin adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu Shouma Yaumal Itsnaini Sunnatan Lillaahi Ta’aalaa
Saya niat puasa pada hari Senin, sunat karena Allah Ta’aalaa
Sedangkan niat puasa hari Kamis adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu Shouma Yaumal Khamisi Sunnatan Lillaahi Ta’aalaa
Saya niat puasa pada hari Kamis, sunat karena Allah Ta’aalaa
Lalu mengapa Rasulullah menganjurkan puasa hari Senin Kamis serta apa saja keutamaannya?
Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa pada hari Senin Kamis amalan kita diperlihatkan kepada Allah SWT, sehingga Rasul senang ketika amalnya diperlihatkan dalam keadaan beliau sedang berpuasa.
قال تعرض الأعمال يوم الاثنين والخميس فأحب أن يعرض عملي وأنا صائم
Rasulullah SAW bersabda: Amal-amal diperlihatkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka amalku diperlihatkan sedangkan aku dalam keadaan puasa. (HR. At-Tirmidzi dan beberapa imam hadis lain)
Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa Rasulullah SAW dilahirkan pada hari Senin, sehingga beliau juga menjadikan hal itu sebagai alasan untuk berpuasa di hari Senin.
Selain itu, hari Senin dan Kamis juga memiliki beberapa keutamaan lain, yaitu dosa-dosa kita diampuni, kecuali dosa orang yang menyekutukan Allah dan dosa dua orang yang sedang berselisih.
Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dari jalur Abu Hurairah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
Dari Abu Hurairah, Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Semua dosa hamba yang tidak menyekutukan Allah akan diampuni, kecuali bagi orang yang antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan. Lalu dikatakan “Tangguhkanlah dua orang ini hinga mereka berdamai! Tangguhkanlah dua orang ini hingga mereka berdamai! Tangguhkanlah dua orang ini hingga mereka berdamai!”
Nah, buat kamu yang ingin puasa Senin Kamis, jangan malah bertikai atau bermusuhan dengan orang lain, ya! berdamailah, karena damai itu indah.
Wallahu a’lam.