Ada hal esensi yang harus diperhatikan dalam berpuasa. Terutama puasa di bulan Ramadhan. Adalah niat sebagai awal mula. Sebagaimana diketahui bahwa puasa di bulan Ramadhan merupakan sarana paling tangguh untuk membantu memerangi hawa nafsu serta menekan nafsu syahwat. Namun, semua itu harus di dahului dengan niat dengan sebener-benarnya niat. Sebab niat akan berdampak pada hasil. Selain berdampak pada hasil, niat juga mempengaruhi alam sadar kita untuk malakukan persiapan-persiapan.
Dengan menghadirkan persiapan-persiapan itu berarti kita sudah benar-benar siap untuk menjajaki jalan terjal selama bulan Ramadhan dan melawan godaan-godaan saat berpuasa. Seperti, menahan lisan dari berbicara sia-sia, mencela, ghibah, namimah dan berkhianat. Awal mula ini menjadi hal yang amat penting. Sebab, tanpa hal ini bisa jadi puasa kita hanya sebatas menahan lapar dan dahaga. Sementara keutamaan yang terkandung di dalam berpuasa (ketaqwaan) tak kita dapatkan.
Niat sebagai awal mula berpuasa di bulan Ramadhan, lumrahnya ulama menganjurkan untuk dilaksanakan di malam hari, selambat-lambatnya sebelum waktu fajar. Hal ini berbeda dengan niat yang ditetapkan untuk puasa sunnah. Puasa-puasa sunnah diperbolehkan untuk berniat sejak waktu dzuhur di hari sebelum puasa itu dilakukan atau sebelum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa. Ketentuan seperti ini berdasarkan beberapa hadis yang di shahihkan oleh para ahlinya.
Niat berarti memantabkan hati untuk waspada terhadap sesuatu yang membatalkan niat. Niat dalam berpuasa, berarti memantabkan hati untuk menahan diri –sejak terbitnya fajar sampai matahari terbenam– dari makan, minum dan berhububgan seksual, serta sesuatu yang membatalkan puasa.
Allah memberikan derajat ketakwaan bagi orang yang menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Selain itu rahmat Allah bagi orang yang sungguh-sungguh berpuasa adalah diampuninya dosa-dosa yang telah lalu. Oleh karena itu, agar kita mendapat derajat itu, kita harus mengukur awal mula kita dengan niat yang sebenar-benarnya niat.
*Disarikan dari buku “Panduan Lengkap Ibadah Menurut Al-Qur’an, Al- Sunnah dan Pendapat Para Ulama” karya Muhmmad Bagir