Kalau dulu dari Syam (Suriah) ada Syeikh Imam al-Nawawi, maka sekarang Syeikh Wahbah Az-Zuhaili itu bisa disebut sebagai “Syeikh Imam al-Nawawi Masa Kini”. Begitulah ungkapan dari Kiyai Ali Mustafa Yaqub saat Syeikh Wahbah az-Zuhaili meninggalkan dunia yang fana ini. Tepatnya tanggal 5 Agustus 2015. Dua tahun sebelum beliau terakhir berkunjung ke Indonesia, salah satunya yaitu berkunjung di Pesantren Darus Sunnah, Ciputat. Di tahun 2013 itulah, saya pertama kali memandang wajah Syeikh Wahbah az-Zuhaili yang penuh dengan keteduhan.
Entah kenapa, saat pertama kali memandangnya hati saya gemetar dan hujan mulai turun di pipi. Pada pertemuan itu, Syeikh Wahbah az-Zuhaili menganjurkan kita untuk memiliki kitab al-Adzkar, karya Syeikh al-Nawawi. Kemudian, setelah Kiyai Ali Mustafa Yaqub diminta untuk memberikan kesaksian atas kesalihan Syeikh Wahbah Az-Zuhaili, satu tahun kemudian, yaitu tahun 2016, bulan Mei, Kiyai Ali Mustafa Yaqub menyusul Syeikh Wahbah Az-Zuhaili untuk kembali pulang menghadap Allah SWT. Saat itu, Saya merasa sangat terpukul dengan kepulangan Syeikh Wahbah Az-Zuhaili dan Bapak (Sapaan murid Kiyai Ali Mustafa Yaqub untuk beliau). Tidak hanya saya, umat muslim di dunia juga merasakan hal yang sama. Waktu begitu singkat untuk diizinkan bersama keduanya. Semoga Allah SWT mengampuni dan merahmati kedua ulama besar yang tidak diragukan kesalihannya. Aamiin.
Bagi saya pribadi, bertemu Syeikh Wahbah Az-Zuhaili dan walau hanya sekali merupakan kesaksian hidup yang sangat membekas. Apalagi, untuk para murid Syeikh Wahbah Az-Zuhaili yang langsung belajar dengan beliau di Negeri Syam (Suriah). Ada beberapa nasihat yang kita dapat ambil dari pelajar-pelajar Indonesia yang belajar di Suriah, Damaskus, Negeri dengan sebutan “Negeri Kebaikan”. Salah satunya adalah Ustadz Dadan Hamdan Syukrillah, pengajar di Madrasah Aliyah Terpadu (MAT), Cirebon.
“Di dalam pengajian yang Syeikh Wahbah Az-Zuhaili sampaikan, sering sekali ditambahkan dengan nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat, dengan tatapan mata penuh cinta dan kasih sayang, tutur kata yang santun dan halus, namun tegas, nasihat tersebut menancap di hati dan membuat muridnya meneteskan air mata, memang beda kata-kata yang keluar dari seorang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya serta ‘arif billah (dekat dan mengenal Allah SWT), dibandingkan dengan kata-kata seorang yang hanya berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya dan kurang mengenal Allah SWT”. Begitulah ujar Ustadz Dadan.
Nasihat Syeikh Wahbah Az-Zuhaili yang sangat menyentuh hati di antaranya yaitu:
أصلح ما بينك وبين الله أصلح الله ما بينك وبين الناس
“Selalulah engkau memperbaiki hubunganmu dengan Allah SWT, maka Allah SWT akan memperbaiki hubunganmu dengan sesama manusia”.
Terus memperbaiki diri setiap hari dengan terus memperbaiki ibadah yang wajib. Memperbaiki salat lima waktu yang sering kurang khusyu’ atau puasa wajib yang masih hanya berpuasa menahan lapar dan haus. Ditambah dengan memperbaiki ibadah yang sunnah. Seperti salat duha, tahajud, rawatib, sedekah dan bersalawat. Melakukannya dengan dawwam (terus-menerus, istiqomah) dan khusyu’ karena Allah SWT.
Beliau juga berpesan supaya selalu istiqomah dalam berdzikir, walaupun sedikit. Syeikh Wahbah Az-Zuhaili, ulama yang sangat menjaga wudhu ini juga menyarankan untuk berdzikir dengan membaca tahlil, tasbih, tahmid dan takbir minimal sebanyak 100 kali di waktu pagi dan petang. Dzikir tersebut sebagai benteng dan obat bagi hati yang sering kali terjerat penyakit hati seperti sombong, riya’, ujub, dengki dan lain sebagainya. Kemudian, beliau juga memberikan doa yang hendaknya dibaca setiap pagi dan petang. Dengan doa tersebut, berharap segala yang mubah seperti makan, minum, berjalan, berbicara akan menjadi amal salih yang berpahala dan bernilai di sisi Allah SWT. Doa yang dibaca di waktu pagi, setelah salat Subuh yaitu:
اللهم مَا أَعْمَلُهُ في هذا النَّهَارِ مِنْ خَيْرٍ فَهُوَ اْمتِثَالٌ لِأَمْرِكَ
“Ya Allah, apapun kebaikan yang saya kerjakan di siang ini adalah semata-mata karena patuh dan taat terhadap perintahmu”
Kemudian, pada petang hari, setelah salat Maghrib membaca doa:
اللهم مَا أَعْمَلُهُ فِي هَذِهِ اللَيْلَةِ مِنْ خَيْرٍ فَهُوَ امْتِثَالٌ لِأَمْرِكَ
“Ya Allah, apapun kebaikan yang saya kerjakan di siang ini adalah semata-mata karena patuh dan taat terhadap perintahmu”
Sehingga, tidak ada dari setiap langkah kaki kita, gerakan kita dan kata kebaikan yang terucap dari lisan kita kecuali karena semata-mata untuk menjalankan ibadah dan dalam ketaatan kepada Allah SWT. Aamiin.