Alkisah, ada seorang laki-laki yang sedang berjalan di suatu jalan yang digunakan lewat oleh banyak orang. Di pertengahan jalan, dia menjumpai dahan penuh duri bergelayut di jalanan. Dahan tersebut tentu sangat menganggu orang-orang yang lewat, apalagi di dahan tersebut terdapat duri-duri yang membahayakan dan bisa melukai mereka yang mengenainya. Tentu saja, jika dia tidak segera menyingkirkan, dahan penuh duri tersebut bukan hanya berpotensi mengganggu banyak orang tetapi juga bisa mencelakakan orang yang melewatinya.
Melihat hal tersebut, sang laki-laki kemudian menyingkirkan dahan duri tersebut dengan memotong dahan itu dan menjauhkannya dari jalan. Dengan tujuan supaya dahan tersebut tidak mengganggu kaum muslimin yang lewat disitu, atau siapa saja yang menggunakan jalan tersebut. Dengan menyingkirkan dahan yang mengganggu di jalan, laki-laki tersebut telah menyelamatkan banyak orang dan menjaga kemaslahatan yang bersifat umum atau kemaslahatan yang bisa dirasakan oleh banyak orang.
Berkat perbuatannya, laki-laki tersebut kemudian diampuni dan dimasukkan ke surga oleh Allah Swt. Hal tersebut diungkapkan oleh Rasulullah Saw, bahwasanya beliau melihat orang yang pernah menyingkirkan dahan di jalan sedang menikmati kemegahan surga karena amal yang dilakukannya.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari, Kitabul Adzan, Bab Keutamaan Berangkat ke Dzuhur di Awal Waktu. Yaitu hadis yang berasal dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda, “Ketika seorang laki-laki berjalan di satu jalan, dia melihat ranting berduri di jalan, lalu dia menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya.”
Dalam riwayat yang lain, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Seorang laki-laki melewati sebuah cabang pohon di badan jalan. Dia berkata, ‘Demi Allah, aku akan menyingkirkan ini dari kaum muslimin agar tidak mengganggu mereka.’ Maka dia dimasukkan Surga.”
Apa yang dilakukan oleh laki-laki tersebut, merupakan bagian dari ajaran dan perintah agama Islam yaitu menyingkirkan duri dari jalan. Ini merupakan metafora yang berarti sesuatu yang bisa merusak kemaslahatan umum atau membuat orang lain celaka. Dan di antara menjaga kemaslahatan umum lainnya, adalah tidak mengganggu mereka yang lewat di jalan, baik itu Muslim ataupun non-Muslim. Sebab mengganggu orang dalam perjalanan, baik itu kaum Muslim atau non-Muslim, akan memperoleh laknat Allah Swt, karena bisa mengganggu keamanan masyarakat umum.
Banyak sekali keutamaan yang menunjukkan akhlak luhur, sebagai ciri khas kaum Muslim yang beramal kecil namun penuh dengan nilai-nilai ajaran Islam, yaitu nilai-nilai yang mengutamakan akhlak dan kemaslahatan bersama. Misalnya mereka yang berusaha membersihkan jalan-jalan dan menjaga keamanannya, tidak mengotori dengan sampah, menyingkirkan sesuatu yang dapat mengganggu seseorang, tidak membuat jalanan menjadi kumuh dan rusak, serta membuang sampah pada tempatnya. Itu semua adalah bagian dari ajaran Islam. Sebab inti dari tujuan beragama adalah mengedepankan kemaslahatan bersama, daripada kemaslahatan yang sifatnya individual. Sebagaimana yang dilakukan oleh laki-laki yang menyingkirkan duri dari jalan, dan hal tersebut adalah bagian dari sebuah keimanan.
Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw. bahwasanya iman memiliki tujuh puluh lebih cabang, dan paling tinggi adalah ucapan ‘La Ilaaha Illallah‘. Sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu jalan.
Kisah di atas menunjukkan bahwasanya menyingkirkan sesuatu yang mengganggu jalanan umum dan kaum Muslimin, bakal mendapat pahala besar dan agung. Karena hal tersebut adalah bagian dari manifestasi dalam mengamalkan ajaran agama yaitu menjaga kebersihan dan menjaga keamanan. Walaupun terlihat sepele, namun perbuatan tersebut bisa mengantarkan orang yang melakukannya mendapat ampunan dari Allah Swt bahkan kelak akan dimasukkan ke dalam Surga-Nya.