Pertama, kebijakan mematikan akses medsos kemarin saya kira tidak hanya untuk menangkal hoax. Pemerintah pasti tahu bahwa kita semua sangat tergantung kepada medsos. Banyak yg merasa tidak nyaman. Siapa yang disalahkan? Ya pihak-pihak yang merancang people power itu yg menyebabkan medsos dimatikan.
Kedua adalah narasi “perusuh” yang dilemparkan oleh pemerintah dan diputar berulang-ulang oleh berbagai media massa. Memang secara teoritik kondisi rusuh inilah yg diharapkan terjadi yang menyebabkan proses pemilu gagal, lalu 01 batal dilantik dan ada negoisasi ulang. Tapi istilah “perusuh” itu sangat tidak positif buat peracang people power.
Meski demikian, kelompok perancang people power juga tidak terlalu dipermalukan, karena ada istilah “pihak ketiga” yang dilekatkan dengan para perusuh yang patut disalahkan, entah siapa mereka.
Sekarang, demonstrasi untuk people power sudah mereda. Pihak 02 mau tidak mau terdorong untuk menempuh jalur demokrasi dengan mengajukan gugatan ke MK. Padahal tadinya niat ini mungkin hanya dilontarkan untuk “cuci tangan” setelah apa yang dikatakan kerusuhan itu terjadi. Kerusuhan ya, bukan people power.
Peran Pak JK semalem mempertemukan para tokoh agama dan sesepuh negarawan juga sangat keren. “Wakil” terbukti memegang peranan penting yang malah tidak akan bisa dimainkan oleh orang nomer 01.
Selamat menyongsong sepertiga Ramadhan yang ketiga, bagi kaum Muslimin. Kurangi jadwal buka bersama agar bisa meramaikan shalat tarawih dan tadarus qur’an, sehingga kita lolos seleksi Ramadhan dan terpilih sebagai manusia yang bertaqwa.