Saya tidak kenal Andre Taulany – maksudnya secara pribadi. Saya belum pernah bertemu dengannya juga. Liputan saya selama ini adalah dunia film dan Andre Taulany lebih banyak di studio teve, main musik, ketimbang suting film.
Sebelum jadi presenter dan komedian Andre merupakan vokalis grup band Stinky. Lagu hits yang pernah dinyanyikannya adalah “Mungkinkah”
Saya mengenalnya seperti Anda, lewat ini acara “Ini Talkshow” di Net TV. Sangat menghibur berduet dengan Sule dan Nunung Srimulat. Ada Bang Bolot juga. Membawakan acara perbincangan dengan kemasan yang berkualitas. Kadang melakukan “roasting” alias “ngerjain” tokoh dan menghadirkannya. Misalnya pura pura jadi Ade Rai, lalu Ade Rai yang asli muncul di belakangnya. Kocak!
Saya menurunkan tulisan tentangnya kali ini terkait dengan musibah yang menimpanya hari hari ini dan saya tergerak membelanya. Saya ikut #SaveAndreTaulany, #BelaAndreTaulany.
Nampak sekali dia dijadikan target untuk menjadi “Ahok berikutnya” – karena disemati tudingan pasal menyeramkan; “penistaan agama” !
Melapor ke polisi dengan tudingan “penistaan agama” menjadi modus baru dalam rangka eksistensi seseorang atau kelompok, kibar kibar bendera ormas, setelah sukses menjatuhkan Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama dari kursinya. Dalam pada itu juga sekaligus memamerkan semangat keagamaan yang menegangkan. Keras. Mengancam. Wujud Intoleransi.
Tidak sulit untuk membela Andre Taulany bahwa dia tidak menista Nabi – dalam hal ini Nabi Muhamad SAW. Apalagi menista agama. Dia hanya menafsir julukan dari orang lain yang diberikan kepada Nabi – menafsirkan bau parfum Nabi – lewat tafsir orang lain. Bukan kepada sosok Nabi pribadi.
Seseorang yang menjadi bintang tamu, yaitu penyanyi Virzha “Indonesia Idols 2014” – yang berbisnis parfum, mengidolakan Nabi Muhammad SAW dengan menyebut parfum Nabi seperti “seribu bunga”. Lalu Andre pun nyeletuk, “Aroma seribu bunga? Itu badan apa kebon?” ceplos Andre.
Presenter 44 tahun itu nyeletuk untuk julukan yang disampaikan Virzha, 29, yang mengutip entah dari mana, bukan mengolok olok Nabi.
Wawancara itu dibuat – dan sudah tayang – dua tahun silam, yakni tahun 2017 dan tak ada orang yang mempermasalahkannya saat itu – sampai kemudian ada yang mengungkit kembali.
Jadi cenderung mengada ada. Meski begitu, tokh saya was was juga. Sebab, tekanan massa intoleran sering membuat polisi keder dan serba salah.
Apalagi yang melapor dari pendukung kubu Pilpres 2019 yang kalah. Ada aroma pelampiasan kejengkelan di dalamnya.
Dalam kasus Ahok misalnya. Laporan bergulir jadi bola salju yang terus menggelinding, membentuk opini tunggal – bahwa Ahok “Penista Agama”, sehingga polisi menyerah.
Ahok menjadi Bupati Belitung dan Gubernur DKI Jakarta atas dukungan mayoritas muslim. Bagaimana mungkin dia menghina pendukungnya? Tidak logis sama sekali.
Tapi hukum propaganda klasik berlaku: “Kebohongan yang diulang seribu kali bisa menjadi kebenaran!”
Sama seperti yang juga sedang diulang ulang sekarang ini : “Kubu Jokowi curang”. Dijadikan “koor” pendukung kubu sebelah – bahkan sebelum Pilpres 2019 dimulai. “Kalau menang artinya Jokowi curang!”
Maka, mari kita sama sama melihat dan menguji seberapa profesional – dan independen – aparat kepolisian kali ini.
Andre Taulany cuma seorang “artis” yang tak punya backing politisi – tapi kini ia memang kaya raya, karena acaranya awet tayang bertahun tahun. Jelas dia “mangsa empuk” bagi siapa saja yang sukses menyudutkannya. Sementara itu, saya ingin bertanya: kehidupan keagamaan macam apa, sih, yang mau dibangun di negara ini oleh orang yang hobby melapor?Mengapa jadi over sensitif? Gampang tersinggung, dan serba mempolisikan? Mengapa agama jadi mengerikan dan suka mengancam orang ?
Mengapa Anda yang beragama orang lain disuruh repot? Anda yang menghayati dan kerasukan agama orang lain dipaksa harus menghormati?
Andre Taulany adalah muslim dan umat Nabi Muhamad SAW juga. Malahan sudah Umroh dan berangkat Haji bersama isterinya. Tak mungkin dia menghina Nabi Muhammad SAW yang dia ikuti perintahnya dan jauh jauh menyambangi makam Beliau di Tanah Suci ketika berhaji.
Kok, ya ada yang senang menganiaya mental dan meneror saudara sendiri? Apalagi hanya karena beda tafsir?Tafsir perlunya doa Qunut Subuh dan perayaan Maulidan saja boleh dan bebas, kok, cuma mengomentari parfum Nabi dijadikan urusan polisi?
Kelewat nganggur apa? Aneh.