Yang salah bukan Sandiaga Uno karena saya cukup yakin dia memang tidak tahu caranya wudhu. Yang salah adalah para ulama yang mendukungnya melalui lembaga yang mereka sebut sebagai ijtima, juga umat yang mengikutinya. Wudhu saja tidak bisa, bagaimana mau memimpin negara?
Prabowo-Sandi harus terus dilawan bukan karena mereka tidak bisa membaca Al-Quran, tetapi karena mereka mendukung sekelompok orang yang menggunakan Al-Quran hanya untuk menyingkirkan hak politik orang lain–yang kecil, berbeda, dan tidak disukai. Ini berbahaya. Masa depan Islam dan Indonesia akan gawat kalau dipermainkan oleh orang-orang seperti mereka.
Sementara itu, yang dilakukan Jokowi-Ma’ruf justru mau menempatkan agama pada tempatnya. Di negara ini agama, khususnya Islam, adalah kekuatan kemasyarakatan yang amat besar. Peranannya tidak bisa dibatasi hanya di ruang privat, tetapi tidak juga bisa seenaknya masuk di ruang publik. Harus dipilah. Hal yang substansial dari agama sangat penting dalam membangun fondasi solidaritas dalam kehidupan berbangsa.
Apa yang saya tuliskan tidak ada urusannya dengan kampanye pemilu. Sebagai PNS saya tidak boleh tergabung dengan tim politik manapun, termasuk Jokowi-Ma’ruf. Apa yang saya sampaikan adalah keprihatinan sebagai umat Islam dan warga negara Indonesia yang tidak mau agama dan negaranya dirusak oleh orang-orang yang bermazhab kardus, yang wudhu dengan cara diobok-obok dari gayun