Maulid Nabi dalam Catatan Syekh Sulaiman Arrasuli

Maulid Nabi dalam Catatan Syekh Sulaiman Arrasuli

Maulid Nabi dalam Catatan Syekh Sulaiman Arrasuli

Minangkabau, sebagaimana daerah-daerah lainnya, semarak menyambut Maulid, juga merayakannya. Lantunan Barzanji, Burdah, dan Shalawat, menggema sebagai cerminan kebahagiaan di hari maulid. Dulu, semasa zaman kolonial, sekolah-sekolah diliburkan, beberapa hari lamanya untuk memeriahkan Maulid. Thawalib saja, sekolah agama yang diatur oleh ulama-ulama modernis sampai meliburkan anaksiak-nya seminggu lamanya ketika maulid datang. Kisah-kisah Nabi dibacakan, ibadah diperteguh, dan kerinduan akan Nabi al-Mustafa dipagar dengan ungkapan madah dan qasidah.

Meski zaman berubah, musim berganti, keadaan tetap sama. Hanya beberapa tradisi yang mulai melemah, seperti membaca Barzanji dan Syaraful Anam. Namun tidak bisa hilang sehabis penglihatan, walau salafi-wahabi, bila maulid datang, mengkritik dengan sejadi-jadinya. Biar saja. Mereka sibuk menunjukkan wajah tak suka, kadang berhati penuh sangka yang suu’, kita tetap ceria dan senang sebab terkenang akan Junjungan Alam. Ketidaksukaan mereka kita balas dengan berwajah suka cita, cerah, dan penuh senyuman.

Kita teringat dengan guru dari sekalian guru kita, Maulana Syaikh Sulaiman Arrasuli al-Khalidi al-Naqsyabandi Canduang (1871-1970), yang pernah menulis kitab maulid Nabi dengan judul Tsamaratul Ihsan fi-Wiladati Sayyidil Insan (dicetak 1923), dengan susunan nazham Melayu. Mari kita renungi bersama:

……………..
Kata junjungan lekaslah raba
Siapa kasih kepada hamba
Membesarkan aku lekasnya tiba
Aku kepadanya sangatlah hiba

Dalam syorga kami bersama
Dalam nikmat bulan pertama
Kekal di situ selama-lama
Berlezat-lezat makan delima

……………..
Wahai saudara gedang kecilnya
Membesarkan maulud banyak macamnya
Semuanya baik gedang pahalanya
Asalkan jangan melampaui watasnya

Sekalian fi’il atau perkataan
Yang jadi tanda atas kesukaan
Zhahirnya Nabi dalam bacaan
Semuanya dipuji tidak kecelaan

Seperti berelat atau kenduri
Menghiasi rumah tempat sendiri
Menjamu orang dalam negeri
Semuanya baik pahala diberi

………………..
Berdiri maulid bid’ah hasanah
Masuk kepada umumnya sunnah
Amalan ulama Mekkah Madinah
Memungkiri dia jadi fitanah