Penyebaran virus corona (Covid-19) semakin meluas tiap harinya dengan total 118 negara terjangkit sejak pertama penularannya di Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Iran, termasuk salah satu negara yang menjadi sorotan berita penyebaran corona di media-media internasional, termasuk di Tanah Air.
Iran, negara tempat saya belajar, pada Rabu (11/3/2020) mengumumkan lonjakan 958 kasus baru Covid-19 dan angka kematian 63, sehingga total kasus penyebarannya sebanyak 9000 kasus dengan tingkat kematian 354 orang. Sebuah deretan angka yang besar dan mengkhawatirkan.
Akan tetapi di luar itu, ada data lain yang mungkin menarik untuk disampaikan mengenai tingkat penyembuhan di Iran yang terbilang tinggi, yakni sekitar 32 persen. Tapi berita ini tidak banyak tampil di media Tanah Air. Data per 11 Maret 2020, menunjukkan jumlah yang positif terinfeksi Covid-19 sebanyak 9000 dengan jumlah yang sembuh 2959 orang.
Beberapa negara, seperti Italia, Iran dan Korea Selatan merupakan negara terdampak penyebaran Covid-19 terbesar dengan korban mencapai 7.755 sampai 10.149 dari 124,968 kasus yang tersebar di seluruh dunia. Artinya, ketiga negara tersebut mengantongi sekitar 6-8% pertumbuhan virus yang berasal dari Wuhan ini sejak awal penyebarannya.
Italia merupakan negara dengan total penyebaran Covid-19 terbesar kedua setelah China. Total 10.149 penularan Covid-19, terdiri dari 631 kasus kematian, 1.004 kasus penyembuhan, dan kasus aktif mencapai 8.514. Adapun, Republik Islam Iran merupakan negara ketiga dengan kasus penyebaran Covid-19 terbesar, total 9.000 kasus, terdiri dari 354 kasus kematian, 2.959 kasus penyembuhan, dan sebanyak 5.687 kasus aktif.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa Republik Islam Iran merupakan negara dengan jarak angka kematian dan penyembuhan corona terbesar dengan perbandingan 4% untuk angka kematian dan 32% angka penyembuhan dari 9000 kasus penyebaran virus, dengan jarak persentase menyentuh 28%.
Tingginya tingkat penyembuhan Republik Islam Iran sangat jauh berbeda dari Italia. Secara angka kematian Italia tercatat 6% dan angka penyembuhan sebanyak 10%. Dari sini dapat, dipahami jarak kematian dan penyembuhan di Italia sangat berbeda tipis, sehingga mendeskripsikan kondisi bahaya yang mengancam negara Spaghetti ini.
Jika dianalisis, Italia merupakan negara maju dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di atas 1 Triliun USD, pada 2017. Pada Tahun tersebut, Italia tercatat mengantongi PDB sebanyak 1,935 USD. Sebuah pendapatan yang begitu fantastis, sehingga mengantarkan Italia sebagai salah satu negara dengan pendapatan terbesar di benua biru.
Pendapatan kedua negara tersebut pada tahun yang sama, yaitu 2017, jauh begitu tinggi dengan PBD Republik Islam Iran yang mengantongi sebesar 439,5 Milliar USD. Tentu, ada jarak yang begitu signifikan antara pemasukan Republik Islam Iran yang begitu rendah jika dipandangan dengan PDB Italia yang menyentuh 4 kali lipat dari pendapatan Republik Islam Iran di tahun 2017.
Tentu, pendapatan suatu wilayah juga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan beberapa sektor perekonomian. Iran dengan pendapatan sekitara 439,5 Milliar USD dapat membangun armada kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran virus Covid-19 dengan persentase penyembuhan di atas 30%.
Selain dari sektor pendapatan, Iran selama 41 tahun berada dalam tekanan sanksi Barat, sehingga perekonomian dengan negara lain begitu dibatasi. Dapat dibayangkan, bagaimana masyarakat Republik Islam Iran dipaksa untuk mandiri selama hampir setengah abad untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mereka alami seorang diri tanpa bantuan dari negara lainnya, sebagaimana penanganan kasus Covid-19. Pemerintah Republik Islam Iran harus berjibaku untuk menanggulangi penurunan virus corona yang menjangkiti 9.000 masyarakatnya dengan cara memproduksi masker dan disinfektan sendiri.
Hingga kini pemerintah Iran sudah mengambil berbagai langkah untuk menekan tingkat penyebaran virus berbahaya ini di antaranya:
- Meliburkan sekolah dan perguruan tinggi yang diputuskan sejak 24 Februari 2020 guna menanggulangi penyebaran virus corona. Dalam beberapa minggu terakhir, kampus saya sendiri telah diliburkan dan membatasi jam keluar mahasiswa.
- Produksi massal masker. Pemerintah Iran telah meningkatkan aktivitas kerja pabrik masker selama 24 jam. Langkah ini dipandang untuk mengantisipasi adanya penularan Covid-19 secara langsung kepada masyarakat sipil.
- Penyemprotan disinfektan di beberapa lokasi tertentu meliputi bandara, sekolah, stasiun kereta bawah tanah, dan terminal bus untuk mengurangi dampak penularan yang begitu besar bagi para masyarakat yang datang maupun meninggalkan beberapa wilayah di Iran. Aksi ini dilakukan melibatkan seluruh elemen masyarakat dari unit pemadam kebakaran hingga tentara.
- Menambah fasilitas rumah sakit, seperti baju operasi dan tempat tidur rumah sakit untuk merawat dan menyembuhkan pasien terduga terinfeksi Covid-19. Selain itu pemerintah meembuka rumah sakit darurat di berbagai tempat dengan tingkat penyebaran tinggi.
- Pusat keagamaan Iran telah meliburkan beberapa pelaksanaan shalat berjamaah di seluruh Masjid dengan harapan mengurangi penularan kasus Covid-19.
- Mengisolasi wilayah perbatasan untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di dalam dan luar Iran. Sejak maraknya penyebaran Covid-19, wilayah perbatasan darat Republik Islam Iran mulai ditutup, sehingga warga sipil dan non-sipil tidak dapat meninggalkan wilayah tersebut dengan menggunakan kendaraan darat.
- Sosialisasi kesehatan diri. Kementerian Kesehatan Iran aktif memberikan penyuluhan mengenai gaya hidup bersih bagi masyarakat. Dalam beberapa kesempatan, saya juga mengikuti sosialisasi kesehatan yang diberikan oleh instansi kesehatan masyarakat Iran. Dengan menginformasikan cara penularan dan mengatasi penyebaran Covid-19. Tidak hanya itu, instansi kesehatan masyarakat Republik Islam Iran juga menempel beberapa poster cara mengatasi penularan Covid-19 secara bijak di beberapa jalan dan asrama mahasiswa luar negeri.
- Pemerintah Republik Islam Iran menindak tegas bagi siapa saja yang melakukan penyebaran informasi bohong atau hoax yang dipandang dapat memicu kepanikan di tengah masyarakat, terutama yang marak di media sosial.
Hingga kini situasi masih terkendali. Di Tehran terlihat masyarakat dengan bebasnya berkeluaran rumah. Bahkan pasar-pasar trandisional di Republik Islam Iran masih beroperasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, terutama menjelang tahun baru Persia yang tinggal sepekan lagi. Saya sendiri bersama teman-teman dalam jangka waktu 21 hari terakhir masih sering ke pasar tradisional untuk memenuhi konsumsi harian dan tidak mengalami kesulitan, meskipun tetap waspada dan menggunakan masker serta sarung tangan untuk antisipasi.
Meskipun Iran cukup kewalahan menangani penyebaran corona, tapi melihat perkembangan angka dan langkah-langkah yang diambil, optimisme masih tetap tumbuh kuat di tengah masyarakat. Seperti optimisme dalam slogan yang terus disuarakan pemerintah dan masyarakatnya yang terpampang di mana-mana, “Ma korona ra shekash medahim”, Kita kalahkan corona!”