Kisah Sahabat Perempuan: Ummu Sulaim, Mengutamakan “Menyenangkan Suami” Di Saat Duka

Kisah Sahabat Perempuan: Ummu Sulaim, Mengutamakan “Menyenangkan Suami” Di Saat Duka

Nama asli Ummu Sulaim adalah Rumaisha binti Malhan. Dia adalah ibu kandung sahabat Kanjeng Nabi SAW yang terkemuka, yakni Anas bin Malik.

Kisah Sahabat Perempuan: Ummu Sulaim, Mengutamakan “Menyenangkan Suami” Di Saat Duka
Ilustrasi: @artsgaf/Alwy (Islamidotco)

Nama asli Ummu Sulaim adalah Rumaisha binti Malhan. Dia adalah ibu kandung sahabat Kanjeng Nabi SAW yang terkemuka, yakni Anas bin Malik.

Sepeninggal suaminya, Malik bin Nadhar, ia dinikahi oleh lelaki kaya raya, Abu Thalhah. Otomatis, kehidupan Ummu Sulaim pun terkerek berkecukupan.

Sebagai saudagar yang lazim berdagang antar wilayah jauh, seperti Syam dan Mesir, Abu Thalhah kerap bepergian meninggalkan rumah.

Suatu hari, Abu Thalhah meninggalkan rumah beserta istri dan anaknya yang masih balita dan sakit keras untuk kepentingan berdagang. Sekian waktu kemudian, di saat masa kepulangan telah tiba, anak balita yang sakit keras itu wafat.

Ummu Sulaim tentu berduka sekali. Namun, ia bersegera menyiapkan diri untuk menyambut suaminya yang sebentar lagi tiba di Madinah. Ia pun berdandan secantik mungkin, sewanginya, juga menyiapkan makanana-makanan lezat kesukaan suaminya. Ia sungguh tak ingin membuat suaminya kaget dan pilu.

Ketika Abu Thalhah masuk ke dalam rumah, Ummu Sulaim menyambutnya dengan riang gembira nan sumringah seolah tidak terjadi apa pun di rumahnya. Abu Thalhah bertanya perihal keadaan anak balitanya yang ditinggalkan dalam keadaan sakit.

Ummu Sulaim menjawab, baik-baik saja, tidur nyenyak. Ya, anak yang sudah wafat itu sengaja dibaringkannya dengan baik di dalam kamar sebagaimana biasanya, dengan diselimuti kain yang lazim belaka.

Abu Thalhah pun menikmati sajian dinner dengan penuh lahap, semangat, ditemani istrinya tercinta. Mereka menikmati makanan dan minuman sebagaimana lazimnya.

Usai bersantap, Abu Thalhah “mencolek” Ummu Sulaim. Dan, sebagaimana biasa pula, keduanya pun melakukan hubungan suami istri.

Keesokan paginya, Ummu Sulaim berbincang dengan suaminya dengan nada biasa saja. Ia berkata, “Bagaimana menurutmu jika ada seseorang diberikan suatu titipan, lalu titipan itu suatu saat diambil oleh pemiliknya?”

Abui Thalhah menjawab ringan, “Ya, seyogianya ia rela saja untuk memberikan kembali titipan tersebut kepada pemiliknya.”

Ummu Sulaim lalu berkata, “Wahai Abu Thalhah, ketahuilah bahwa anak kita yang dititipkan Allah Ta’ala kepada kita telah diambilNya….”

Betapa kagetnya Abu Thalhah. Bagai disambar petir!

Wajahnya memperlihatkan nada kesal atas sikap Ummu Sulaim yang tidak menceritakan keadaan anaknya dengan terbuka sejak semalam.  Ia pun mengadu kepada Kanjeng Nabi Saw, menceritakan dengan detail kejadian sejak kepulangannya semalam, lalu bersantap malam, hingga berkumpul badan, serta sikap “tak jujur” Ummu Sulaim atas kewafatan anaknya.

Kanjeng Nabi SAW menasihati Abu Thalhah supaya bersabar atas ketetapan Allah Ta’ala. Beliau SAW lalu mendoakan khusus begini: “Semoga di rahim Ummu Sulaim ditumbuhkan anak yang mulia dari hubungan badan kalian semalam….”

Ummu Sulaim benar-benar hamil kemudian!

Baca Juga, Ummu Basyar al-Anshariyah: Sahabat Perempuan yang Diberi Motivasi Nabi untuk Bekerja

Begitu lahir, anak laki-laki, diberi nama Abdullah bin Abu Thalhah. Kelak, anak ini memiliki sembilan anak, yang semuanya menjadi sosok mulia yang ahli al-Qur’an dan mengajarkannya di berbagai wilayah.

Barakah doa Kanjeng Nabi SAW….