Suatu waktu, seorang laki-laki gagah dan tampan menghampiri Imam Syafi’i. Matanya tajam, tubuhnya sedang, tidak terlalu tinggi, juga tak pendek. Imam Syafi’i belum pernah bertemu dengan lelaki itu sebelumnya. Namun entah mengapa ia sudah yakin bahwa sosok di hadapannya adalah Ali bin Abi Thalib Ra, sang babul ilmi (pintunya ilmu).
“Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh,” ucap Ali bin Abi Thalib Ra seraya menggenggam tangan Imam Syafi’i.
“Waalaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh” balas Imam Syafi’i menyambut mushafahah lelaki berjuluk Abu al-Hasan ini.
Sang khalifah keempat itu tak banyak berkata, setelah bersalaman, ia melepaskan cincin yang dikenakannya, lalu dipakaikannya ke jari Imam Syafi’i.
Imam Syafi’i hanya tertegun dan terdiam. Dengan senang hati ia menerima cincin yang kini bersarang di jarinya.
Tak seberapa lama, Ali bin Abi Thalib Ra lalu pergi dan menjauh dari hadapannya.
Barulah Imam Syafi’i nenatap kepergian Ali, seketika ia terbangun dari tidurnya.
“Rupanya itu hanya mimpi,” gumam Imam Syafi’i sedikit kecewa.
Mimpi bertemu Ali Ra ini terasa begitu nyata meskipun hanya bunga tidur semata. Maka, karena penasaran, keesokan harinya, Imam Syafi’i menghampiri pamannya yang dikenal sebagai ahli tafsir mimpi.
“Wahai paman, aku datang ke mari untuk menceritakan mimpi yang kualami semalam. Sungguh, aku mimpi bertemu Ali Ra. Mungkin saja itu memiliki arti. Sekiranya engkau berkenan, berilah aku nasihat mengenai bunga tidurku itu,” ucap Imam Syafi’i.
Dengan semangat, putra Idris ini menceritakan pertemuan singkatnya dengan Ali bin Abi Thalib Ra, serta apa yang sahabat Nabi itu berikan padanya.
Mendengar mimpi yang dikisahkan kemenakannya, sang paman begitu kaget dan takjub. Ia menyadari, itu adalah pertanda bahwa Imam Syafi’i akan menjadi orang besar dan berpengaruh di kemudian hari. Ahli tafsir mimpi ini lalu berkata:
“Mushafahah (salaman)-mu dengan Ali bin Abi Thalib bermakna bahwa engkau akan aman dari azab.”
Ia melanjutkan, “Adapun cincin yang dilepaskan Ali Ra dan ia pakaikan di jarimu, itu bertanda bahwa namamu akan dikenal banyak orang, baik di timur maupun barat, sebagaimana mashurnya nama Ali bin Abi Thalib di berbagai penjuru dunia.” (AN)