Muhammad bin Abdil Aziz bin Salman al-Abid pernah bercerita tentang doa yang mustajab. Kisah ini sebagaimana yang terdapat dalam kitab ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnu al-Jauzi, bahwa dia mendengar Dahtsam, salah seorang ahli ibadah, bercerita, “Saya tidak datang menemui Khalifah Abdul Aziz pada waktu seperti biasanya, karena kondisi saya sedang susah, sehingga saya terlambat datang.”
“Apa yang telah membuatmu terlambat, dan baru datang sekarang?” Tanya Abdul Aziz kepada Dahtsam.
“Tidak ada apa–apa.” Jawab Dahtsam dengan singkat, tapi terlihat ia memendam sesuatu.
Mendengar jawaban singkat tersebut, Abdul Aziz kembali bertanya, “Benarkah tidak ada apa–apa, dan semuanya baik–baik saja?”
Karena kembali ditanya, Dahtsam sang ahli ibadah pun menjawab, “Saya disibukkan urusan keluarga. Tadi, saya sibuk mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.”
Mendengar jawaban Dahtsam tersebut, Abdul Aziz kembali berkata, “Lantas apakah engkau sudah mendapatkannya?” Dahtsam hanya terdiam.
Abdul Aziz sepertinya mengerti sang ahli ibadah ini sedang terhimpit kesulitan. Mereka berdua kemudian saling bergantian memanjatkan doa. Abdul Aziz memanjatkan doa dan Dahtsam mengamininya. Kemudian, gantian Dahtsam berdoa dan Abdul Aziz yang mengamini. Mereka berdua pada akhirnya saling berdoa dan saling mengaminkan satu sama lainnya.
Sejenak setelah saling mendoakan, mereka berdua bangkit untuk berdiri. Tiba-tiba saja, kepingan-kepingan dinar dan dirham entah dari mana berjatuhan dari langit, jatuh di pangkuan mereka bedua. Doa mereka berdua mustajab dan terkabul seketika.
Melihat kejadian tersebut Abdul Aziz pun berkata, “Ambillah wahai Dahtsam.” Dan setelah berkata seperti itu, Abdul Aziz pergi tanpa menoleh sama sekali kepada Dahstam.
Dahtsam pun memunguti kepingan-kepingan uang tersebut. Dan setelah dikumpulkan semuanya, jumlahnya ternyata banyak, sampai seratus dirham.
Setelah kejadian tersebut, Dahtsam bertemu dengan Muhammad bin Abdil Aziz dan ia ditanyai, “Lantas, apa yang engkau lakukan dengan uang itu?”
“Saya pergunakan uang itu untuk memenuhi kebutuhan makan keluargaku selama satu minggu, supaya saya tidak disibukkan memikirkan masalah dunia dari beribadah, bersyukur, dan mengabdi kepada Allah Swt. Kemudian, saya infaqkan uang itu di jalan Allah.” Jawab Dahtsam.
Mendengar jawaban Dahtsam, Muhammad bin Abdul Aziz berkata, “Demi Allah, sungguh memang layak jika orang-orang seperti itu diberi rezeki tanpa hitungan, dari jalan yang tidak terduga.”
Hakikatnya, tugas seorang hamba adalah tinggal berdoa kepada Tuhannya. Adapun jika doa tersebut belum dikabulkan oleh Allah SWT, mungkin saja Allah mengganti permintaan tersebut dengan bentuk lain yang kita inginkan saat ini, dan akan dikabulkan suatu saat nanti jika waktunya sudah tepat.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitabnya Sunan Tirmidzi Kitab ad-Da’awat, Bab fi Intidzar al-Faraj;
مَا عَلَى وَجْهِ اْلأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللهَ بِدَعْوَةٍ، إِلاَّ آتَاهُ اللهُ إِيَّاهَا، أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: إِذًا نُكْثِرُ؟ قَالَ: اللهُ أَكْثَرُ
Tidaklah seorang Muslim di muka bumi ini yang berdoa kepada Allah dengan sebuah doa melainkan Allah pasti mengabulkan permintaannya, atau Dia menyingkirkan keburukan darinya (sebagai gantinya) dengan sebesar permintaannya (dari sisi kualitas dan kuantitas), selama dia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau pemutusan silaturrahim’. Maka seorang laki-laki dari suatu kaum berkata, ‘Kalau begitu kami akan memperbanyak (doa)’. Nabi menjawab, ‘Allah (memiliki karunia) lebih banyak (daripada permintaanmu).
Oleh karena itulah, jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah SWT baik diwaktu susah maupun senang. Dan jika doa kita belum mustajab, tentu Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lain yang kita butuhkan di saat yang tepat. Karena karunia Allah Swt lebih banyak daripada permintaan yang kita inginkan.
Oleh karena itu, sudah selayaknya orang-orang yang mendapatkan rezeki lebih dari Allah, memanfaatkan rezeki tersebut untuk membuat jalan hidupnya berubah lebih baik. Contohnya adalah dengan selalu bersedekah dan menyisakan rezekinya untuk diinfaqkan di jalan Allah SWT dan membantu orang lain.