Alkisah, pada masa dahulu terdapat salah seorang ahli ibadah yang mempunyai doa yang sangat mustajab. Termasuk ketika orang tersebut berdo’a untuk kebaikan dan kejelekan dirinya sendiri. Sebagaimana diceritakan oleh Abu Dhamrah Ashim bin Abi Bakar az-Zuhri bahwa dia mendengar Malik bin Annas berkata sebagaimana yang terdapat dalam kitab ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnu al-Jauzi, bahwa Yunus bin Yusuf adalah salah seorang ahli ibadah atau manusia terbaik pada zamannya.
Pada suatu hari, di saat pulang dari masjid, Yunus bin Yusuf berpapasan dengan seorang perempuan. Lalu, dalam hatinya terbesit perasaan tertarik kepada perempuan tersebut. Lantas dia berucap, “Ya Allah. Engkau menjadikan penglihatanku ini berubah menjadi malapetaka bagiku. Untuk itu, ambillah penglihatanku ini.”
Akhirnya, Yunus bin Yusuf pun menjadi buta. Setalah itu tiap kali ahli ibadah itu pergi ke masjid, dia dituntun oleh salah seorang keponakannya. Apabila sudah sampai di salah satu tiang masjid yang biasa dia tempati, keponakannya itu lantas bermain dengan bersama anak-anak yang lain. Kemudian, jika perlu sesuatu, maka dia tinggal melempar keponakannya itu dengan kerikil dan keponakannya akan datang.
Hari itu, pada saat pagi menjelang siang, Yunus bin Yusuf merasakan sesuatu di perutnya dan ingin buang hajat. Lalu, dia melempar keponakannya dengan kerikil. Akan tetapi, karena keponakannya terlalu asyik bermain dengan kawan-kawannya, keponakannya itu tidak tahu. Hal itu membuat dirinya khawatir tidak bisa menahan lagi.
Akhirnya, dia berucap, ”Ya Allah. Engkau telah menjadikan penglihatanku ini berubah menjadi malapetaka bagiku, lalu saya memohon kepada-Mu agar Engkau mengambilnya dariku, dan engkau pun mengabulkannya. Ya Allah, saat ini, saya tidak ingin mengalami sesuatu yang akan mempermalukan saya. Untuk itu, Ya Allah, kembalikanlah kembali penglihatanku.”
Lalu, dia pun berjalan pulang ke rumah dengan penglihatan yang sudah kembali normal. Malik bin Anas berkata, “Saya melihatnya pada saat dia buta dan pada saat penglihatannya kembali normal.”
Mengalami keburukan bukanlah suatu hal yang diinginkan oleh setiap orang. Karena keburukan bisa membuat seseorang terpuruk, dan jatuh dalam kenistaan. Agama Islam juga menganjurkan pemeluknya untuk tidak mengutuk, maupun mendoakan keburukan atas orang lain.
Sayyid Abdullah bin Alawi Al Haddad dalam kitabnya Risalatul Mu’awanah wal Mudzaharah wal Muwazarah memberikan sebuah penjelasan mengenai hal tersebut sebagaimana berikut;
واحذر – أن تدعو على نفسك أو على ولدك أو على مالك أو على احد من المسلمين وإن ظلمك, فإن من دعا على من ظلمه فقد انتصر. وفي الخبر “لا تدعوا على انفسكم ولا على أولادكم ولا على اموالكم لاتوافقوا من الله ساعة إجابة”.
“Jangan sekali-kali mendoakan datangnya bencana atau mengutuk diri sendiri, keluargamu, hartamu ataupun seseorang dari kaum Muslimin walaupun ia bertindak dzalim terhadapmu, sebab siapa saja mengucapkan doa kutukan atas orang yang mendzaliminya, berarti ia telah membalasnya. Rasulullah SAW telah bersabda: ‘Jangan mendoakan bencana atas dirimu sendiri, anak-anakmu ataupun harta hartamu. Jangan-jangan hal itu bertepatan dengan saat pengabulan doa oleh Allah SWT’.”
Selain itu, beliau juga menjelaskan tentang larangan mendoakan jelek dan melaknat, baik ditujukan pada diri sendiri, orang lain maupun sesuatu apa pun di luar dirinya sebagai berikut:
وقد ورد أن اللعنة إذا خرجت من العبد تصعد نحوالسماء فتغلق دونها أبوابها ثم تنزل إلى الأرض فتغلق دونها أبوابها ثم تجيء الى الملعون فإن وجدت فيه مساغا وإلارجعت على قائلها.
“Ketahuilah bahwa suatu laknat, bila telah keluar dari mulut seseorang, akan naik ke arah langit, maka ditutuplah pintu-pintu langit di hadapannya sehingga ia turun kembali ke bumi dan dijumpainya pintu-pintu bumi pun tertutup baginya, lalu ia menuju ke arah orang yang dilaknat jika ia memang patut menerimany , atau jika tidak, laknat itu akan kembali kepada orang yang mengucapkannya.”
Hal tersebut tidak lain karena Allah Swt dan Rasul-Nya telah melarang seseorang terburu-buru dalam mendoakan keburukan atas dirinya, anaknya, atau orang yang ada di sekitarnya. Sehingga Allah Swt menganjurkan untuk bersabar saat jengkel, menjaga lisan dan tetap mendoakan kebaikan.
Oleh karena itulah, terus meneruslah memohon kebaikan dan ampunan kepada Allah Swt.