Kita sudah puasa dan ibadah satu bulan penuh selama Ramadhan. Kita berharap apa yang sudah dilakukan itu diterima Allah SWT. Salah satu caranya adalah dengan melakukan kebiasakan baik di bulan Ramadhan terus-menerus.
Khutbah I
الله أَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله أَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله أَكْبَرُ الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ، لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
ألْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى عِظَمِ نِعَمِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَخَلِيلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَسَلِّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أمَّا بَعْدُ: فَاتَّقُوا اللهَ – عِبَادَ اللهِ- حَقَّ التَّقْوَى. قال الله تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُوْنَ
Jamaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah
Alhamdulillah kita sudah selesai mengerjakan puasa satu bulan penuh. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sekarang kita berada di awal bulan Syawal, ini artinya Ramadhan sudah pergi meninggalkan kita semua. Semoga Allah masih memberi kesempatan dan kesehatan, supaya kita bisa bertemu dengan Ramadhan selanjutnya.
Ramadhan dapat dikatakan sebagai bulan pendidikan. Selama satu bulan penuh kita melatih diri sendiri, terutama dalam hal mengontrol hawa nafsu dan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT: siang harinya puasa, dan malam harinya shalat tarawih. Tujuan dari pendidikan itu adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Di antara tanda orang yang beriman itu adalah selalu merasa takut dan khawatir apabila amalannya tidak diterima oleh Allah SWT. Rasa takut itu kemudian mendorong dirinya untuk selalu beribadah, memohon ampun, dan berdoa agar seluruh amalan yang dilakukannya diterima Allah SWT. Maka dari itu, dalam sebuah riwayat dikisahkan, generasi atau ulama salaf, pada saat berada di penghujung bulan Ramadhan, hati mereka sedih dan takut. Mereka khawatir apabila puasa dan ibadah yang sudah dilakukan selama satu bulan penuh tidak diterima Allah SWT.
Dalam surat al-Mu’minun ayat 60, Allah SWT berfirman:
وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ
Artinya:
“[di antara tanda orang beriman], yaitu orang-orang yang melakukan [kebaikan] yang telah mereka kerjakan dengan hati penuh rasa takut [karena mereka tahu] bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.” (QS: Al-Mu’minun ayat 60)
Supaya lebih jelas maksud ayat ini, Aisyah menanyakan perihal maksud ayat ini kepada Rasulullah. Dalam hadis riwayat Ahmad dan Al-Tirmidzi, Aisyah berkata:
يا رسولَ اللهِ ” الذينَ يؤتونَ ما آتوا وقلوبُهًم وجِلةٌ “هو الذي يسرِقُ ويَزنِيْ ويَشربُ الخمرَ وهوَ يَخافُ اللهَ عزَ وجلَ ؟ قالَ : لا يا ابنةَ الصديقِ ! ولكنهمْ الذينَ يصلونَ ويصومونَ ويتصدقونَ وهمْ يخافونَ أَلاَّ يتقبلَ منهم
Artinya:
“Wahai Rasulullah, yang dimaksud ‘Alladzina yu’tuna ma atau wa qulubuhum wajilah’ itu orang yang mencuri, berzina, minum khamar, dank arena itu mereka takut kepada Allah dan siksa-Nya? Rasululllah menjawab, ‘Bukan wahai puteri Abu Bakar al-Siddiq, tapi orang yang shalat, puasa, dan sedekah, dan mereka sangat takut apabila amalan yang dilakukan itu tidak diterima Allah SWT.’” (HR: Ahmad dan Tirmidzi)
Jadi orang yang hatinya dipenuhi rasa takut itu bukan orang yang maksiat kemudian takut akan siksaan Allah, tetapi orang yang beribadah kepada Allah, namun hatinya masih takut dan berharap supaya amal ibadahnya diterima Allah SWT. Sebab itu, salah satu kebiasaan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat pada saat Idul Fitri, mereka saling mendoakan agar ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan diterima Allah SWT.
Dalam riwayat Ibnu ‘Adi, dari Watsilah dikisahkan bahwa dia bertemu Rasulullah pada hari Idul Fitri. Ia berkata:
تقبل الله منا ومنك ، فقال : نعم تقبل الله منا ومنك
“Semoga Allah menerima [ibadah] kami dan kamu. Rasulullah menjawab, ‘iya, semoga Allah menerima [ibadah] kami dan kamu.”
Jamaah Shalat Idul Fitri yang Dirahmati Allah
Rasa takut kepada Allah itu tentu harus dibarengi dengan sikap optimistik. Kita takut amalan tidak diterima Allah SWT, tapi pada saat yang sama kita juga mesti yakin bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Pemurah, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang terhadap hambanya. Rasa takut yang berlebihan tidak disarankan di dalam agama, karena itu bisa membuat manusia menjadi orang yang berputus asa dan lari dari rahmat Allah SWT.
Rasa takut [khauf] yang dianjurkan dalam agama adalah ketakutan yang mendorong diri kita untuk terus meningkatkan ibadah, bukan rasa takut yang membuat kita menjadi semakin lalai dan meninggalkan Allah SWT. Singkatnya, kalau kita takut amalan yang dilakukan selama Ramadhan tidak diterima Allah, yang kita lakukan adalah terus berdoa dan mengistikamahkan amalan yang sudah dilakukan Ramadhan di bulan-bulan selanjutnya.
Rasulullah bersabda:
أَحَبُّ الأعمالِ إلى اللهِ أدْومُها و إن قَلَّ
“Amalan yang disukai Allah adalah amalan yang terus-menerus sekalipun sedikit.” (HR: Bukhari)
Apa yang sudah kita jalankan selama Ramadhan, hendaknya kita biasakan setelah Ramadhan. Kalau kita biasa shalat di dalam Ramadhan, terus lakukan kebiasaan itu setelah Ramadhan. Bias abaca al-Qur’an di dalam Ramadhan, biasakan juga baca al-Qur’an setelah Ramadhan. Amalan baik apapun yang dilakukan, sekalipun kecil, usahakan untuk dilakukan terus menerus sampai kapanpun. Sebab di mata Allah, yang dilihat bukan kecil atau besarnya ibadah yang dilakukan, tapi konsisten atau tidak.
Ibadah dan amal baik harus dilakukan terus-menerus, tidak boleh berhenti. Apalagi kita tidak tahu kapan hidup akan berakhir. Siapa yang menjamin kita mati dalam keadaan beriman atau tidak. Dengan mengerjakan amal baik terus menerus dan tanpa secara merupakan salah satu cara untuk menuju husnul khotimah. Para ulama menjelaskan, tidak ada alasan untuk menunda kebaikan dan berhenti dalam kebaikan. Imam Ahmad pernah ditanya:
يا إمامُ : متى الراحةُ ؟ قالَ : عندَ أولِ قدمٍ نضعُهَا في الجنةِ
“Wahai Imam, kapan istirahat [dalam ibadah], beliau menjawab, ‘ketika langkah kaki sudah masuk surga.”
Artinya, selama masih diberi kesempatan untuk hidup, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan kebaikan. Ibadah yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, jangan dihentikan, lakukan terus-menerus, baik di dalam bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan. Allah SWT mengingatkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
Artinya:
“Wahai orang-orang beriman, taatilah Allah dan Rasul, dan batalkan amalan kalian.” (QS: Muhammad ayat 44)
Maksudnya, puasa yang sudah dilakukan di siang hari Ramadhan, shalat yang dikerjakan di malam harinya, sedekah dan infak yang ditunaikan, serta dzikir dan baca al-Qur’an yang dilanggengkan selama Ramadhan, jangan dibatalkan dengan cara meninggalkan semua itu setelah Ramadhan. Penting diingat, amal baik bisa menghapus amal buruk yang sudah kita lakukan, tetapi amal buruk juga bisa menghapus kebaikan yang pernah dilakukan sebelumnya. Karenanya, lakukanlah perbuatan baik terus-menerus sekalipun kecil.
Bisyir al-Hafi mengatakan:
بئس القوم قومٌ لا يعرفون لله حقاً إلا في رمضان إن الصالح الذي يتعبد ويجتهد السنة كُلَّها
“Seburuk-buruk manusia adalah orang yang mengenal Allah hanya di bulan Ramadhan. Sementara orang saleh adalah orang yang beribadah dan tahajud setiap waktu.”
Jadi kita jangan hanya menjadi orang yang taat hanya di bulan Ramadhan. Ketika Ramadhan, semua ibadah dan amal baik dilakukan. Tapi setelah Ramadhan, semuanya ditinggalkan. Istiqamah memang tidak mudah, tapi perlu diupayakan terus-menerus.
Mudah-mudahan dengan istiqamah yang kita lakukan setelah Ramadhan, seluruh amal ibadah yang dilakukan, biak di dalam Ramadhan ataupun setelahnya diterima Allah SWT. Sebab dalam surat al-Fushshilat ayat 30, Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’” (QS: Fushshilat ayat 30).
تقل الله منا ومنكم وصيامنا وصيامك وقيامنا وقيامكم وجعلنا وإياكم من العائدين والفائرين
Khutbah II
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ.
الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ المحشر. أَمَّا بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيِنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ فيا عباد الله ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر