Guru ngaji itu kebanyakan hidup di kampung, bukan kota. Guru ngaji itu biasanya juga disebut kiai, kiai kampung. Setiap malam, ia merelakan waktunya mengajari murid-muridnya agar bisa ngaji walaupun siang harinya harus pergi ke sawah demi menghidupi keluarga, anak dan istri.
Pekerjaan mulianya tidak pernah terbengkalai lantaran ia tak pernah digaji, justru semakin kuat keyakinan bahwa keikhlasan guru ngaji itu akan ditampakkan kelak ketika menghadap sang ilahi. Di sinilah kadang saya merasa kasihan ketika ada seorang anak sok intelektual yang mempertanyakan peran guru ngaji.
Guru ngaji adalah guru yang membangun dan mencerdaskan Indonesia dari pedesaan. Guru yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah adalah guru ngaji, padahal perannya sangatlah kentara sebagai orang yang memperjuangkan Indonesia dari sisi terluar Nusantara.
Guru ngaji adalah orang yang tidak hanya sekadar mengajar (ta’lim) tapi dia juga mendidik (tarbiyah), dan membangun karakter anak-anak didiknya. Setiap selesai mengajar dan shalat Isyak biasanya guru ngaji masih memberikan tausiyah atau wejangan kepada anak-anak didiknya.
Apakah guru ngaji butuh pengakuan sebagai guru ngaji? Tidak, rerata semua guru ngaji tidak ingin dirinya dikenal orang banyak, maka disinilah guru ngaji atau kiai kampung tidak pernah diliput oleh media, jauh dari sorotan lampu kamera. Karena bagi mereka yang terberat dalam mengajar adalah menjaga keikhlasan, menjaga kesombongan, menjaga pujian.
Karena keikhlasan mereka hanya pantas dihargai oleh Allah SWT. Karena itulah, Allah SWT menutupi kemulyaan guru ngaji di mata manusia kebanyakan, karena jika manusia tahu kemulyaan guru ngaji. Maka semua manusia akan memilih jadi guru ngaji meski harus membayari muridnya dengan dunia dan seisinya.”
Dan abu Yusuf berkata yang ditulis oleh Syekh Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabul ‘alim wal mutaallim ” barang siapa yang tidak meyakini kemuliaan gurunya atau pendidiknya maka dia tidak akan sukses”.
Oleh karenanya, guru ngaji adalah sosok yang sangat mulia, jauh dari gemerlap media, sosok pemimpin yang berkorban untuk kepentingan umat, pemimpin rohani yang keikhlasannya tak tertandingi. Mereka lebih memilih terkenal di langit daripada di bumi. Maka betul sekali jika ada sebagian guru ngaji mengatakan bahwa popularitas adalah bencana bagi bangunan hakiki bernama spiritualitas.
Selamat Hari Guru Nasional