Para pengguna media sosial beberapa hari lalu mengecam mesin pencari Google. Pasalnya pihak Google kafiyeh simbol perlawanan Palestina yang dengan “terorisme”. Pada pencarian Google ketika menanyakan ‘syal apa yang dikenakan teroris di kepala mereka?’ Maka kemudian muncul gambar kefiyeh Palestina yang dikenakan di kepala atau leher, di samping gambar teroris yang mengibarkan bendera Daesh, atau bahkan wanita Muslim yang mengenakan jilbab atau kerudung. Kafiyeh adalah simbol perlawanan Palestina.
Menurut Nadim Nashif, Direktur eksekutif sebuah organisasi yang bergerak di pengkajian media sosial mengatakan bahwa penemuan tersebut menggambarkan narasi negatif terhadap Palestina. “Meskipun tidak jelas bagaimana kebijakan Google mengaitkan kafiyeh dengan terorisme itu mendiskriminasi orang Palestina, menyebarkan informasi yang salah, rasis dan tidak manusiawi. Hal ini bertentangan dengan norma hak asasi manusia,” ujarnya seperti dilansir laman middleasteye.net.
Kefiyeh Palestina yang ikonik adalah syal dengan kotak-kotak hitam dan putih biasanya dikenakan di sekitar kepala atau leher. Kafiyeh dipopulerkan oleh mendiang pemimpin Palestina, Yaser Arafat pada tahun 1060-an.
Sebelum dikenal di media massa, keffiyeh memainkan peran pemersatu dalam menghadapi penjajah lain lain yaitu Inggris. Dalam pemberontakan Arab tahun 1936-39, hiasan kepala tradisional yang dikenakan para pejuang.
Penelitian Ted Swedenburg dari Universitas Arkansas menunjukkan bahwa sebelum sebagai simbol pemberontakan, kefiyeh secara tradisional dipakai oleh petani Palestina. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi kepala dan wajah dari matahari di musim panas dan dari angin di musim dingin.
Kefiyeh kemudian menjelma menjadi simbol politik. Di luar Timur Tengah dan Afrika Utara, kefiyeh pertama kali populer setelah kalangan aktivis yang mendukung orang-orang Palestina dalam konflik dengan Israel menjadikannya sebagai ikon “solidaritas Palestina”. Apalagi sejak maraknya Intifadah di Masjid Al-Aqsa, syal persegi panjang ini semakin banyak muncul dengan kombinasi bendera Palestina dan Masjid Al-Aqsa yang tercetak di ujung kain.
Pemimpin PLO, Yasser Arafat adalah orang yang mempopulerkannya di tahun 1960-an. Pendiri kelompok perlawanan Fatah ini selalu menggunakan kefiyeh yang bermotif kotak-kotak hitam dan putih kemana pun ia pergi. Arafat menggunakan kefiyeh dengan cara semi tradisional. Tidak jarang Arafat juga meletakkan kain kafiyehnya di pundak kanan dengan bentuk segitiga sebagai simbol teritori Palestina.
Seiring munculnya banyak faksi di Palestina, kemudian mencuat juga keterkaitannya dengan simpati atau afiliasi politik. Kefiyeh warna hitam dan putih menyimbolkan nasionalisme dan dukungannya dengan Fatah. Adapun warna merah dan putih kerap dipakai kaum Marxis Palestina seperti PFLP. Adapun untuk Hamas sering memakai kefiyeh warna hijau dan putih. Adapun varian yang populer adalah kefiyeh berbentuk bujur sangkar dengan motif merah, hitam, putih, dan hijau dengan bendera Palestina di ujung kain. Meskipun terkait dengan asosiasi politik, kefiyeh adalah produk garmen, budaya, sejarah dan dalam perkembangannya menjadi simbol perlawanan Palestina. Tak salah kalau kafiye menjadi simbol perlawanan Palestina hingga kini. (AN)