Setidak-tidaknya, seorang muslim dianjurkan untuk mengerjakan sholat lima kali dalam sehari, dari Shubuh sampai Isya. Tapi, bagaimana jika segala rutinitas yang kita kerjakan itu palsu?
Ritus sholat dimulai dari takbir pembuka dengan mengangkat dua tangan, ruku’, sujud, dan diakhiri tahiyyat penutup. Secara historis, ritus yang “mirip” dengan sholat ternyata sudah dipraktikkan sebelum Islam. Paling tidak, penganut Gereja Orthodoks mempraktikkan ritus “mirip” dengan sholat itu.
Sebuah hadits berbunyi :”Sholat adalah Mi’raj-nya orang beriman”. Sholat adalah media untuk menanjak-naikkan potensi spiritual manusia sehingga ia menemukan ketenangan batin dan kejernihan pikiran.
Setidaknya, dalam dua rakaat sholat, seorang muslim mengucap 13 kali kalimat takbir, 6 kali di rakaat pertama dan 7 kali di rakaat kedua. Takbir, “Allahu Akbar” semacam titik jeda untuk berganti satu gerakan ke gerakan lain.
“Allahu Akbar” berarti Allah Maha Besar. Allah adalah nama yang diperkenalkan Al Quran untuk menyebut Tuhan. Ada lebih dari 2000 titik dalam Al quran dimana nama Allah bertebaran.
Allah merupakan perpaduan dari AL+ILAH dalam bahaaa Inggris, AL dapat dipadankan dengan “THE”, dan ILAH selaras dengan”IDOL”. Allah berarti “Dia itu”, “yang satu itu”, yang menjadi idolaku, kecintaanku, seluruh hasratku. “Dia dan hanya Dia” bukan yang lain, bukan makhluk yang bertebaran di muka bumi.
Allah secara maknawi sama dengan Tao, Ohm, Eloh (Elohim), Sang Hyang, Yahweh, dan nama-nama “DIA” yang lain, Yang Maha Esa, Yang Tak Terbandingkan, Yang berbeda dengan makhluk, yang tak terlahir dan melahirkan.
Lebih jauh, Allahu Akbar, dalam sholat berarti membesarkan Allah dan mengkerdilkan. diri-sendiri dan segala makhluk. Kalimat Allahu Akbar jika diucap kesungguhan dalam hati niscaya menghadirkan Allah dalam diri, dalam setiap helaan nafas.
Lebih jauh, seseorang yang telah 13 kali mengucap kalimat takbir, ia sanggup menyerap energi ilahi. Ia menjadi manusia rabbani.
Di lain sisi, jika ada orang mengerjakan sholat tapi masih memuja Uang, sex, kedudukan, pangkat, emas, atau bahkan memuja diri sendiri, niscaya takbir yang ia ucap palsu. Ia berbohong pada Tuhan dalam sholat itu.
Bibirnya mengucap Allahu Akbar, tapi hatinya mengucap Uanghu Akbar, Sexhu Akbar, Emashu Akbar, Jabatanhu Akbar, dan Akuhu Akbar. Sholat hanya menjadi topeng kesombongan. Sholat hanya menjadi alat menghakimi orang lain.
Padahal, idealnya, semakin rajin seseorang mengerjakan sholat, ia akan menjadi pribadi yang lembut, welas asih, dan menjadi warta cinta bagi semesta.
“Haris, benahi dulu sholatmu sebelum kau kesurupan mengutuki orang lain dan/atau pemeluk agama lain”
Allahu Akbar dalam sholat adalah kalimat penghambaan bukan kalimat penabuh perang.