Berputus asa dari rahmat Allah sangat dilarang dalam Islam. Seberapa pun besar dan banyak dosa yang pernah kita lakukan, ampunan dan rahmat Allah masih lebih besar dan lebih banyak lagi. Tidak ada dosa yang tidak diampuni oleh Allah selama kita berusaha sungguh-sunguh untuk bertaubat kepada-Nya.
Begitu pula kita tidak boleh membuat orang lain berputus asa dari ampunan dan rahmat Allah. Kita tidak boleh menyampaikan nasihat yang membuat orang lain merasa bahwa dosanya sulit diampuni oleh Allah. Apalagi membuat orang lain merasa bahwa dirinya berhak mendapatkan kutukan, azab dan siksaan dari Allah akibat dosa-dosa yang pernah dilakukannya.
Membuat orang lain putus asa dari rahmat Allah dosanya sangat besar, bahkan ancamannya adalah neraka. Disebutkan dalam kitab Al-Ushfuriyah bahwa ada sebuah riwayat dari Sayidina Umar bin Khatthab, dia berkata, “Dari umat terdahulu terdapat seseorang yang ahli ibadah, dia sangat ketat terhadap dirinya sendiri dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Namun pada saat yang sama, dia juga membuat orang lain putus asa dari rahmat Allah.”
Sayidina Umar melanjutkan, “Kemudian dia mati dan bertanya kepada Allah, ‘Tuhanku, dimana tempatku?.’”
Allah menjawab, “Tempatmu di neraka.”
Kemudian dia bertanya, “Bagaimana dengan pahala ibadahku dan kesungguhanku dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Mu?.”
Allah lantas menjawab, “Kamu telah membuat orang lain putus asa dari rahmat-Ku di dunia, dan sekarang Aku memutus rahmat-Ku darimu.”
Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Ibnu Mas’ud, dia berkata bahwa Nabi SAW pernah bersabda;
الفاجر الراجي رحمة الله تعالى اقرب الى الله تعالى من العابد المقنط
“Orang yang jahat namun senantiasa mengharap rahmat Allah, itu lebih dekat dengan Allah dibanding orang yang senantiasa beribadah namun membuat orang lain berputus asa dari rahmat-Nya.”