Tugas utama manusia adalah beribadah kepada Allah SWT. Ibadah di sini tidak hanya dalam bentuk ibadah formal dan rutinitas, tapi juga ibadah dalam arti berbuat baik sesama manusia dan mengatur kehidupan di dunia agar tidak terjerumus pada kehancuran. Islam memberikan banyak alternatif dan ruang beribadah kepada pemeluknya. Maka dari itu, ada berbagai macam bentuk ibadah di dalam Islam, ada ibadah wajib dan ada pula ibadah sunnah.
Di antara bentuk ibadah sunnah adalah shalat malam atau shalat tahajud yang mengerjakannya bagi sebagian orang tentu sangat berat. Karena harus bangun di malam hari untuk bermunajat kepada Allah SWT. Bagi orang yang ketiduran dan tidak sempat mengerjakan shalat tahajud, maka Islam memberi solusi lain agar tetap mendapat pahala yang sama dengan tahajud. Solusinya adalah tidak melakukan perbuatan maksiat di siang harinya. Begitu pula orang yang tidak sempat melakukan puasa sunnah, supaya tetap mendapatkan pahala yang sama, hendaklah dia menjaga lisan dan kata-kata.
Merujuk pada sebagian riwayat dari sahabat, Abu Laits al-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin menjelaskan bahwa orang yang tidak bisa melakukan beberapa amalan ini, hendaklah dia melakukan amalan lainnya agar pahalanya tidak hilang dan kosong. Abu Laits menjelaskan:
Pertama, orang yang ingin mendapatkan keutamaan shalat malam, tapi ternyata dia ketiduran, maka janganlah bermaksiat di siang harinya
Kedua, orang yang ingin mendapatkan keutamaan puasa sunnah, tapi dia tidak mampu melakukannya atau membatalkannya, maka hendaklah menjaga lisannya.
Ketiga, barang siapa yang ingin mendapatkan keutamaan ibadah haji, tapi tidak mampu melakukannya, maka hendaklah dia memperbanyak ibadah di hari Jum’at.
Keempat, orang yang ingin mendapatkan keutamaan sedekah, tapi tidak mampu melakukannya, maka ajarkanlah manusia ilmu yang diperolehnya.
Dengan demikian, kalau tidak sempat melakukan beberapa amalan yang disebutkan, usahakan menggantinya dengan amalan lain sebagaimana dijelaskan di atas.