Habib Ali al-Jufri menyebut, khilafah bukanlah kewajiban dalam agama. Ia juga meminta untuk tidak menggubris kelompok atau organisasi yang ingin menegakkan khilafah.
Perdebatan terkait khilafah muncul kembali setelah tayang film buatan kelompok eks HTI yang berjudul “Jejak Khilafah di Nusantara”. Dari kewajiban mendirikan kembali khilafah hingga adanya hubungan Turki Utsmani dengan Nusantara menjadi tema yang sangat akrab di telinga akhir-akhir ini. Bahkan beberapa tokoh dan sejarawan harus ikut turun gunung untuk mengklarifikasi film kontroversial ini.
Buat para pembaca yang mengikuti perdebatan tersebut di atas, layak untuk mendengarkan kembali berbagai wejangan yang diberikan Habib Ali al-Jufri saat singgah di Unnes Semarang. Salah satu pesan Habib Ali al-Jufri yang saat itu cukup menggelitik kita, “Tinggalkan Omong Kosong Khilafah!”
Habib Ali menjelaskan bahwa Khilafah memang pernah tegak, tapi hanya 30an tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW dan berakhir di kepemimpinan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah.
“Bani Umayyah bukan khilafah, Dinasti Abbasiyah bukan khilafah, bahkan Turki Utsmani juga bukan khilafah,” tutur murid Habib Umar bin Hafidz ini.
Menurut Habib Ali, tidak ada muslim yang tidak ingin jika semua muslim bersatu di bawah satu kepemimpinan. Namun hal itu tak mungkin dilakukan saat ini. Keinginan untuk mendirikan khilafah Islamiyah bisa jadi justru akan memporak-porandakan keutuhan dan perdamaian yang sudah terjadi saat ini. Bahkan orang-orang yang mengaku mendirikan khilafah Islamiyah bisa jadi hanya sebagai ‘boneka’ yang diatur sedemikian rupa untuk menghancurkan negara tertentu.
“Khilafah bukanlah kewajiban dalam beragama,” terang Habib Ali.
Habib Ali mencontohkan munculnya ISIS yang mengaku tengah mendirikan khilafah Islamiyah, yang terjadi justru kehancuran yang ada di negara tempat ISIS berada. Habib Ali bahkan menyebut bahwa ISIS adalah khawarij hari ini.
“Semua organisasi atau kelompok yang mengajak kalian untuk mendirikan khilafah, jangan pedulikan dan jangan habiskan waktu kalian untuk melayani kelompok ini,” jelas Habib Ali.
Khalifah, bagi Habib Ali, tidak harus dengan mendirikan negara dengan asas yang dklaim berasal dari agama, melainkan khilafah itu harus ditegakkan dalam diri setiap orang, dan bukan di sebuah negara. Khilafah yang dimaksud Habib Ali adalah mengoptimalkan dan mengisi jiwa kita dengan akhlak, berbuat baik kepada sesama manusia, memperbaiki dan memakmurkan bumi, itulah semua fungsi khalifatullah fil ardh yang harus ada dalam diri manusia.
“Belajar dan mengamalkan bidang ilmu sesuai keahlian kalian, itu lah khilafah,” tutur Habib Ali.
Habib Ali juga mengkritik orang-orang yang sering turun ke jalanan, membuat kerusuhan dengan mengangkat bendera rayyah dan berteriak takbir dan khilafah. Habib Ali menyebut bahwa semua hal itu tak ada gunanya dan tak layak untuk dilakukan.
“Omong kosong orang yang berdemo di jalanan lalu berorasi, ‘Kami akan menegakkan khilafah di dunia,’ sambil membawa bendera rayyah, lalu teriak, ‘Takbiirrr, Allahu Akbar,’ apa-apaan ini!” tutur Habib yang aktif berdakwah melalui Twitter ini. (AN)