Habib Ali al-Jufri: Jangan Ikuti Orang yang Ingin Mendirikan Khilafah

Habib Ali al-Jufri: Jangan Ikuti Orang yang Ingin Mendirikan Khilafah

Habib Ali al-Jufri: Jangan Ikuti Orang yang Ingin Mendirikan Khilafah

Habib Ali al-Jufri, seorang habib yang berasal dari Uni Emirat Arab ini menganjurkan kepada orang Indonesia untuk tetap menjaga negara Indonesia dari orang-orang yang hanya menggunakan agama sebagai jalan untuk merebut kekuasaan. Hal ini disampaikan saat mengisi tausiyah dalam pertemuan bersama para ulama di Ponpes Al-Fachriyah Tangerang.

Habib yang memiliki nama lengkap Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri ini juga bercerita bagaimana hancurnya negara Timur Tengah akibat konflik yang mengatasnamakan agama.

“Kami datang dari tanah yang sedang hancur dan terbakar oleh konflik,” ujar Habib Ali.

Habib Ali juga mengajak untuk tidak percaya dengan orang-orang yang membawa-bawa nama khilafah sebagai cara untuk merebut kekuasaan.

“Siapapun orang yang mengajak kalian untuk mendirikan khilafah, maka jangan kalian ikuti, baik ia dari Arab, Turki, atau dari mana pun,” tambahnya.

Murid Habib Umar ini juga menjelaskan bahwa hal itu hanya akal-akalan orang yang ingin merebut kekuasaan dengan membawa-bawa nama agama dan memanfaatkan semangat beragama kita yang sedang berkembang saja.

“Mereka ingin merebut kekuasaan dengan memanfaatkan ghirah (semangat, red.) dan kecintaan kalian kepada agama,” ujarnya.

Pernyataan Habib Ali al-Jufri ini senada dengan fakta sejarah. Perebutan kekuasaan antara Ali dan Muawiyah juga tidak terlepas dari konflik politik yang mengatasnamakan agama. Masing-masing kelompok membela kepentingannya masing-masing dengan membawa dalil agama.

Bahkan kepentingan politik itu membuat mereka berani membuat-buat hadis yang diatasnamakan Rasulullah SAW. Ajaj al-Khatib menyebutkan bahwa salah satu sebab munculnya hadis-hadis palsu yang mengatasnamakan Rasulullah SAW adalah politik.

Keterangan Ajaj al-Khatib ini dibenarkan oleh Sayyid Alawi al-Maliki dalam bukunya al-Manhal al-Lathif fi Ushul al-Hadis as-Syarif, yang menyebutkan bahwa salah satu sebab pemalsuan hadis adalah politik. Bahkan secara eksplisit menyebutkan bahwa kepentingan politik tersebut juga berkelindan dengan kepentingan pribadi dan mendekatkan diri kepada pejabat tertentu.

Kita mungkin perlu berhati-hati dengan hal-hal yang mengatasnamakan agama untuk kepentingan politik seperti ini. Dalam sejarahnya, kepentingan politik yang dibungkus dengan agama tidak berjalan baik-baik saja, ada banyak sekali korban yang berjatuhan. Peristiwa terbunuhnya Utsman bin Affan, perang Siffin, terbunuhnya Ali bin Abi Thalib dan konflik di Timur Tengah saat ini adalah bukti kongkrit bahwa politik atas nama agama tidak baik-baik saja. (AN)

Wallahu a’lam.