Emangnya Kita Siap Jika Terpaksa Harus Lockdown?

Emangnya Kita Siap Jika Terpaksa Harus Lockdown?

Jika tidak terpaksa, saya memilih untuk tidak lockdown karena mematikan banyak hal

Emangnya Kita Siap Jika Terpaksa Harus Lockdown?

 Makin hari rasanya berita tentang orang yang terinfeksi virus corona makin bertambah. Jumlah tersebut ternyata makin membuat masyarakat semakin parno. Ya, virus yang hingga kini tidak ada obat ini membuat kemunkinan terburuk, yaitu kematian. Semua seakan terhiptonis jika virus ini sangat mematikan. Perlu diakui, jika manusia masih menakuti prihal kematian yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan.

Saya sedikit lelah dengan pemberitaan yang ada. Berita yang ada hanya menampilkan jumlah orang yang terinfeksi dan jumlah yang meninggal. Tentu saja saya takut, sama seperti jutaan orang lain yang ada di negeri ini.

Mulai dari virus ini diberitakan di hingga saat ini, hanya sedikit kisah tentang mereka yang bisa sembuh. Tentang cerita bagaimana pengobatan, makanan apa yang dimakan dan lainnya tentang kesembuhan mereka sangat minim. Adapun cerita, tentang semangat hidup mereka yang menjadi modal untuk bisa bertahan hidup di tengah wabah virus ini.

Keadaan ini cukup membuat saya kesal, sebab hal ini luput dari perhatian wartawan, terutama Indonesia.  Begitu juga tim medis dan pemerintah, tidak pernah bercerita penanganan bagi mereka yang sembuh. Tidak ada pemberitaan terkait ini cukup membuat masyarakat Indonesia semakin parno.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia belum cepat tanggap untuk menangani virus ini. Di awal beredarnya virus ini, masyarakat seakan kebingungan apa yang harus dilakukan. Saya cukup percaya dengan penanganan oleh Menkes Terawan, sayang komunikasi publik dianggap tidak terlalu baik. Sehingga, ada banyak yang kecewa dengan apa yang dikatakan olehnya.

Dalam segi ekonomi misalkan, belum genap anjuran untuk bekerja di rumah ternyata, nilai tukar rupiah terhadap dollar langsung melonjak. Ini akan berakibat pada naiknya beberapa bahan di masyarakat. Alhasil, suara sumbang terkait perekonomian Indonesia kian terjadi. Pemerintah Indonesia dalam bidang ekonomi sedang melakukan banyak target untuk menstabilkan ekonomi Indonesia.

Pemerintah Indonesia pun belum belajar banyak tentang kasus flu burung yang sempat terjadi di Indonesia. Cerita penanganan wabah tersebut luput bagi beberapa stakeholder untuk bisa dijadikan dalam penanganannya dalam kasus virus Corona sekarang. Hingga, pada akhirnya masyarakat berpandangan jika pemerintah dianggap lambat dalam penanganan virus ini.

Kita sendiri mengetahui jika masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang panik dan parno. Keserahan mereka pun dituangkan di dalam sosial media. Sejumlah hastag pun muncul di twitter terkait dengan virus ini. Ada banyak ungkapan oleh masyarakat. Misalkan belum lama ini terdapat hastga agar Indonesia lockdown dan banyak yang juga kontra. Hingga saat ini, memang cukup sulit untuk mengambil keputusan untuk lockdown secara keseluruhan.

Memang efek lockdown ini akan membuat perekonomian akan semakin buruk. Ini sepertinya yang menjadi pertimbangan beberapa orang pengambilan keputusan. Dan, terakhir, Presiden Jokowi juga bilang kita tidak akan lockdown. Tambah puyeng kan.

Perlu diakui, penanganan virus ini di Indonesia sangat berbeda dengan negara lainnya. Rasanya kita juga tidak adil jika membandingkan Indonesia dengan negara Jepang atau Korea Selatan, yang mana mereka sudah termasuk dengan negara maju. Korea Selatan pun memiliki rekam jejak dalam penanganan kasus yang dianggap serupa.

Infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menanganan pun dua negera tersebut sudah sangat baik. Indonesia saat ini, masih merangkak bergerak untuk memperbaiki infrastruktur dan SDM kesehatan. Korea dan Jepang rasanya memang tidak perlu lockdown karena mereka sudah cepat tanggap terkait hal ini.

Beberapa orang memang mendorong agar Indonesia melakukan lockdown untuk menekan penyebaran virus ini. Pemerintah DKI Jakarta memerintahan untuk bekerja di rumah dan sekolah diliburkan. Serta mengurangi transportasi umum lainnya. Dampaknya, masih banyak masyarakat yang tidak bisa untuk bekerja di rumah. Hal yang ada, hanya terjadi penumpukan penumpang di beberapa titik. Ini menjadi gambaran yang jelas, di mana ada banyak pekerjaan yang belum siap melakukan pekerjaan di rumah.

Namun, ada banyak yang luput terkait tentang lockdown. Kita nampaknya perlu belajar kepada negara Eropa, terutama kepada Austria yang nama mereka miliki aturan yang jelas sebelum melakukan lockdown. Ada 6 step peringatan untuk mencapai lockdown. Saat ini, Austria sudah memasuki peringatan keempat untuk lockdown. Masing-masing peringatan ada indikator sendiri.

Nampaknya Indonesia perlu meniru hal ini, bisa membuat masyarakat sedikit dan bisa membuat perekonomian sedikit stabil. Perlu diakui, beberapa bidang pekerjaan belum siap untuk melakukan pekerjaan di rumah. Misalkan, gojek atau gofood, apakah memungkinakan untuk merka bekerja di rumah? Di internal pemerintah pun masih belum siap melakukan pekerjaan di rumah.

Nah, karena kemungkinan lockdown ini rendah sekali, maka yang perlu kita lakukan adalah sebisa mungkin menjaga diri kita dari virus ini, mulai dari #JagaJarak dan memberikan informasi yang jelas ke sekitar kita.