Dirjen Bimas Kemenag: Khalifah Umar Pernah Berkesempatan Shalat di Gereja, tapi Tidak Melakukannya

Dirjen Bimas Kemenag: Khalifah Umar Pernah Berkesempatan Shalat di Gereja, tapi Tidak Melakukannya

Meskipun memiliki kesempatan mengubah gereja menjadi masjid, Khalifah Umar bin Khattab urung melakukannya.

Dirjen Bimas Kemenag: Khalifah Umar Pernah Berkesempatan Shalat di Gereja, tapi Tidak Melakukannya

Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin mengutip sebuah cerita tentang Khalifah Umar bin Khattab yang mendapatkan kesempatan untuk shalat di gereja, namun tidak dilakukannya.

Kisah ini dikutip saat memberikan pandangannya terkait buku terbaru Prof Muhammad Quraish Shihab yang berjudul Toleransi; Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Keberagamaan di area pameran Majelis Hukama Muslimin, Islamic Book Fair 2022, JCC, Senayan (6/08/22).

Kamaruddin Amin berkisah bahwa ketika terjadi penaklukan, pasukan Umar berhasil menguasai sebuah gereja. Meskipun gereja tersebut telah dikuasai, Umar urung mengubahnya menjadi masjid. Alih-alih mengubah menjadi masjid, Umar bahkan enggan melakukan shalat di dalamnya.

Apa alasannya? Ternyata Umar sangat bersimpati kepada pemeluk agama lain dan menjaga perasaan mereka. Selain itu, menurut Umar, jika ia melakukan shalat di dalam gereja, umat muslim akan mengklaim bahwa gereja tersebut telah dimiliki muslim dan siap diubah menjadi masjid. Umar menghindari hal itu.

“Saya khawatir, jika saya salat di dalam, nanti umat Islam akan mengklaim gereja itu milik kita, lalu mereka ubah jadi masjid,” begitu kata Umar.

Kamaruddin Amin menilai kisah-kisah menarik sebagaimana kisah di atas adalah kompenen penting dalam buku Toleransi ini. Sehingga, meskipun kecil, buku ini padat dengan rujukan Al-Qur’an, Hadis, bahkan sejarah.

Buku ini juga mengajarkan pembaca untuk dapat memberikan penilaian terhadap kesalahan, namun bukan membenci yang bersalah; membenci kedurhakaan, tetapi mengasihi dan memaafkan yang berdosa; mengkritik pendapat, dengan tetap menghormati pengucapnya, menyembuhkan penyakit dan mengusir penderitaan, bukan mengenyahkan yang sakit, bukan juga mengusir penderita.

Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati bekerja sama dengan Majelis Hukama Muslimin (MHM) kantor cabang Indonesia. Sinergi dalam penerbitan buku ini dilakukan sebagai bagian dari ikhtiar MHM dan Lentera Hati dalam mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, serta mengkonsolidasikan nilai-nilai dialog dan toleransi, sebagaimana yang menjadi tujuan keterlibatan MHM dalam IBF kali ini.

Muslim Council of Elders atau Majelis Hukama Al-Muslimin (MHM) adalah sebuah badan independen lintas negara yang bertujuan mengukuhkan kehidupan damai pada masyarakat muslim dan menghindari faktor-faktor penyebab konflik dan perpecahan. (AN)