“Di Balik Istri yang Sukses ada Suami yang Hebat”

“Di Balik Istri yang Sukses ada Suami yang Hebat”

Biasanya “di balik suami yang sukses, terdapat istri yang hebat”. Kali ini dibalik.

“Di Balik Istri yang Sukses ada Suami yang Hebat”
Ilustrasi perempuan bekerja (Freepik)

Siapa yang tak pernah mendengar ungkapan “di balik suami yang sukses, terdapat istri yang hebat”? Ya, ungkapan tersebut menunjukkan peran penting seorang istri terhadap perkembangan karir sang suami. Di era sekarang, saat makin banyak perempuan yang memilih berkarir, ungkapan di atas dapat berlaku sebaliknya: “di balik istri yang sukses, terdapat suami yang hebat.”

Kesimpulan tersebut saya dapatkan setelah berkesempatan untuk berbincang dengan salah seorang dosen Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Perempuan yang juga sempat menjabat sebagai Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir tersebut mengisahkan bahwa perkembangan karirnya tidak lepas dari dukungan sang suami.

“Saya menikah waktu masih S2. Setelah selesai, suami saya membantu mencarikan donatur untuk S3,” tuturnya.

Menurutnya, hal tersebut berkaitan erat dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. Berdasarkan pengalaman yang dilewatinya, sang suami sedari awal telah diberi amanah oleh orang tua Lilik agar tidak mengganggu karirnya. Syukurlah, sang suami menyanggupi dan menjaga amanah tersebut dengan sangat baik.

Memiliki suami yang supportif seperti itu adalah anugerah yang luar biasa. Karena, tidak jarang seorang perempuan yang ingin mengembangkan karirnya, terpaksa harus mengubur impiannya karena tidak mendapat dukungan dari sang suami. Menurut Lilik, hal ini biasanya terkait dengan tingginya ego sang suami.

“Cuma, yang sering itu laki-lakinya gengsi. Jadi, yang perlu dilunakkan itu kegengsian si laki-laki,” ungkapnya.

Dukungan dari keluarga, khususnya suami, sangat berpengaruh bagi perkembangan karir seorang istri. Alasannya, ketika seorang istri memutuskan untuk bekerja, maka ia akan menjalankan peran ganda, yakni menjadi pekerja profesional sekaligus menjadi ibu rumah tangga. Di sinilah dukungan suami dibutuhkan, misalnya bersedia mendengar keluh kesah masalah pekerjaan, membantu merawat anak saat istri lembur, dan sebagainya.

Tidak dapat dipungkiri, sikap suami dalam merespon keputusan sang istri untuk bekerja memang berbeda-beda. Ada suami yang mendukung penuh, ada suami yang mendukung dengan syarat sang istri tetap bisa melayaninya dengan penuh di rumah, bahkan ada suami yang justru merasa tersaingi dengan pekerjaan istrinya. (Putrianti, 2007)

Yang harus diingat oleh para suami adalah dukungan yang mereka berikan kepada istri, mereka juga akan merasakan manfaatnya kelak. Lilik memberi contoh, seorang suami yang merasa berkuasa atas istrinya, mengekang, menyuruh seenaknya tanpa menghiraukan kondisi istri, kemudian suatu ketika kehidupan berbalik dan ia menjadi tak berdaya di hadapan istrinya. Kemungkinan besar sang istri akan “balas dendam” kepada suaminya.

“Kan berabe kalau begitu,” tegasnya.

Karena, pada dasarnya, baik suami maupun istri, semuanya adalah makhluk Allah. Tinggi-rendahnya derajat tidak diukur dari statusnya sebagai suami atau istri, melainkan karena ketaatannya. Sudah sewajarnya suami dan istri harus saling mendukung, tidak hanya dalam hal ukhrawi, namun juga dalam hal yang menyangkut keberlangsungan hidup di dunia. Karena, tidak ada rumah tangga yang bahagia tanpa ada rasa saling mendukung antara engkau dan dia. (AN)

 

Artikel merupakan hasil kerja sama dengan Rumah KitaB atas dukungan investing in women dalam mendukung perempuan bekerja