Setelah jadi ‘pemuda masjid’ bertahun-tahun, Abu Hurairah akhirnya merasakan duduk di bangku kekuasaan. Ia dilantik menjadi gubernur Bahrain pada era kekhalifahan Umar bin Khattab. Laki-laki yang dulunya miskin kini naik tingkat menjadi pejabat.
Teringat kisah menarik yang disebutkan dalam Thabaqat ibn Sa’ad, salah satu kitab babon tareh Islam. Beberapa waktu setelah menjadi gubernur Bahrain, Umar melakukan sidak. Ia mendapati mantan “marbot” masjid Nabawi ini memiliki simpanan yang tidak sedikit, 400.000 dinar Bahrain.
Menemukan hal itu, Umar menyangsikannya. Ayah Hafsah ini seakan gak percaya, bagaimana bisa mantan marbot masjid, sekali menjabat, kok, udah punya banyak duit. Abu Hurairah pun klarifikasi. Ia kemudian menjelaskan bahwa harta itu didapat dari investasi dan berdagang. Umar kembali memverifikasinya, ternyata aman. Tapi Umar tetaplah Umar. Ia berkata:
انظر رأس مالك ورزقك، فخذه واجعل الآخر في بيت المال
“Hitung modal dan harta asalmu, ambil itu, sisanya sedekahkah ke Baitul Mal.”
Mungkin ada semacam kekesalan. Pandega as-shuffah itu lalu mundur dari jabatan kegubernurannya. Ia milih jadi orang biasa lagi.
Setelah tidak menjabat, Umar pernah meminta lelaki asli suku Daus ini untuk menjabat lagi. Tapi Abu Hurairah tak menggubrisnya. Ada yang bilang, keengganannya untuk menjabat kembali adalah bentuk kehati-hatiannya.
Sekilas Mengenai Abu Hurairah
Selain dikenal sebagai periwayat hadis terbanyak, Abu Hurairah juga dikenal sebagai sahabat yang menghabiskan waktunya di masjid. Bertahun-tahun Abu Hurairah tinggal di emperan masjid Nabawi dengan mengandalkan makanan yang diberikan oleh Rasul dan para sahabat lain. Bisa dibilang, saat itu sejawat Salman al-Farisi ini dan juga para sahabat as-Shuffah adalah termasuk orang-orang yang miskin.
Dalam berbagai kitab yang menjelaskan riwayat hidupnya, selalu mencantumkan sub bab terkait kefakiran dan kemiskinannya. Dalam suatu kisah disebutkan bahwa Abu Hurairah beserta anggota kelompok as-Shuffah yang lain datang kepada nabi mengadukan kelaparannya. Nabi akhirnya memberikan setiap orang dua kurma dan minum untuk menunda laparnya. Abu Hurairah hanya makan satu kurma, sisanya ia simpan untuk ibunya. Melihat itu, Nabi lalu memberinya tambahan kurma untuk diberikan kepada ibunya.
Pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, Abu Hurairah diangkat menjadi gubernur. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Ia lebih memilih mengundurkan diri dan menjadi orang biasa demi kehati-hatian.(AN)