Cak Nur, Pesantren PKS, dan Pesantren PKB

Cak Nur, Pesantren PKS, dan Pesantren PKB

Di tahun 90-an, Nurcholish Madjid, populer dengan nama Cak Nur (1939-2005), menulis buku “Bilik-Bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan”. Salah satu ide pokoknya adalah penegasan bahwa pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi lebih dari itu. Termasuk sebagai aktor penggerak ekonomi dan politik.

Cak Nur, Pesantren PKS, dan Pesantren PKB

Di tahun 90-an, Nurcholish Madjid, populer dengan nama Cak Nur (1939-2005), menulis buku “Bilik-Bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan”. Salah satu ide pokoknya adalah penegasan bahwa pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi lebih dari itu. Termasuk sebagai aktor penggerak ekonomi dan politik. Sejumlah data diajukan. Termasuk Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang. Tempat nyantri Cak Nur sebelum kemudian melanjutkan ke Gontor Ponorogo. Buku Cak Nur setebal 162 halaman itu adalah bukti kecintaan Cak Nur terhadap pesantren.

Dari ide pokok Cak Nur itu, beberapa hari lalu, saya berkesempatan silaturahmi ke beberapa pesantren di Sragen. Melihat dari dekat. Berbincang dengan sebagian santri dan pengurus. Di antaranya adalah Pesantren Walisongo, Pesantren Nurul Huda, dan Pesantren Baitul Qur’an (BeQi).

Dari sisi sosiologi-politik, sebagian masyarakat menyebut dua pesantren yang awal sebagai pesantren PKB. Sedangkan pesantren terakhir adalah pesantren PKS. Alasannya, putra pengasuh kedua pesantren ini adalah anggota DPRD Sragen dari PKB. Tidak jauh beda, Dewan Pembina pesantren BeQi adalah anggota DPP PKS.

Namun dalam praktiknya, secara institusional tidak ada ikatan. Masing-masing pesantren adalah lembaga independen. Terbuka untuk semua golongan. Meskipun tidak dimungkiri terdapat ikatan emosional yang terjalin. Wajar adanya. Bahkan bersifat simbiosis mutualisme.

Sebagai misal, putra-putri kader PKS tidak sedikit yang dipesantrenkan di Beqi. Sedangkan masyarakat yang memiliki kultur NU memilih pesantren Walisongo dan Nurul Huda. Meskipun tetap ada pengecualian. Dengan jalinan ini, aspirasi dari masing-masing pesantren lebih mudah dikomunikasikan di Pemerintahan Daerah.

Dari sisi ekonomi, ketiga pesantren ini sangat dinamis berperan bagi denyut perekonomian masyarakat sekitar. Menyerap lapangan kerja. Mulai dari jasa kebersihan, laundry, pembangunan, kantin, hingga tenaga pengajar. Masing-masing pesantren memiliki unit usaha.

Di antaranya adalah travel umrah haji, pertanian, perkebunan, mebel, gamelan, rumah makan, toko bangunan, dan resisdence. Sependek pengamatatan saya, masyarakat sekitar banyak menerima manfaat. Karena itu, ketiga pesantren ini maju dan berkembang. Termasuk mendulang suara saat pemilu.