Mengerjakan shalat Idul Adha hukumnya sunnah muakkad. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah surat al-Kautsar ayat 2. Rasulullah semasa hidupnya selalu mengerjakan dan mengajak para sahabat untuk mengikuti shalat Idul Adha, baik perempuan maupun anak kecil, sebab shalat Id bagian dari syiar Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
Artinya:
“Sesungguhnya hari taragung di sisi Allah SWT adalah hari nahr (hari raya kurban), kemudian hari setelah hari Nahr”. (HR: Abu Daud)
Ketika hari raya Idul Adha ada beberapa kesunnahan yang bisa kita lakukan. Kesunnahannya sebagai berikut:
Pertama, mandi, memakai wewangian, dan pakaian terbaik, karena Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya untuk melakukannya. Dan Rasulullah SAW sendiri memakai burdah bercorak di setiap hari raya.
Kedua, disunnahkan makan ketika selesai shalat Idul Adha dan makan daging hewan qurbannya bagi yang berqurban.
Ketiga, mengumandangkan takbir di malamnya hingga hari tasyriq terakhir, lebih ditekankan ketika keluar menuju tempat shalat dan seusai shalat fardhu yang lima.
Keempat, berangkat ke tempat shalat melalui satu jalan dan pulang lewat jalan lain, karena Rasulullah SAW bila menghadiri shalat hari raya, beliau selalu mengambil jalan yang berbeda.
Kelima, melaksanakan di tanah lapang, kecuali dalam kondisi tertentu. Karena seperti itulah yang sering dilakukan Rasulullah SAW. Dalam kondisi pandemi seperti ini, pelaksanaan shalat Idul Adha harus mengikuti aturan kesehatan dan keamanan yang berlaku
Keenam, mengucapkan selamat kepada saudaranya dengan kalimat تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ, mengingat seperti itulah yang dipraktekkan para sahabat apabila mereka bertemu dengan saudaranya di hari raya.
[One Day One Hadis program dari Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah yang didirikan Almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA. Pesantren Darus-Sunnah saat ini dalam tahap pengembangan dan pembangunan, bagi yang mau berdonasi silahkan klik link ini]