Gus Ulil Jelaskan Filosofi Makna Qurban Saat Menjadi Khatib Shalat Idul Adha di Masjid Bayt Al-Quran

Gus Ulil Jelaskan Filosofi Makna Qurban Saat Menjadi Khatib Shalat Idul Adha di Masjid Bayt Al-Quran

Gus Ulil menjelaskan bahwa tidak ada iman jika tidak melalui ujian dan pengorbanan.

Gus Ulil Jelaskan Filosofi Makna Qurban Saat Menjadi Khatib Shalat Idul Adha di Masjid Bayt Al-Quran

“Salah satu benang merah yang menyambungkan antara ketiga agama (Abrahamik) ialah “tauhid” atau ajaran tentang keesaan Tuhan. Ibrahim adalah sosok paling penting dalam sejarah kenabian yang mengajarkan dua hal: tauhid dan Islam,” jelas KH. Ulil Abshar Abdalla saat menyampaikan khutbah Idul Adha 1444 H di Masjid Bayt Al-Qur’an, Pondok Cabe, Tangerang Selatan (29/06).

Gus Ulil, sapaan akrabnya, melanjutkan bahwa tauhid merupakan aspek keimanan terhadap keesaan Tuhan yang beriringan dengan makna “Islam”, yaitu tunduk kepada Tuhan yang satu itu. “Warisan terbesar Ibrahim adalah dua hal itu: tauhid dan Islam.”

Ibrahim adalah simbol keteguhan dan ketundukan. Di dalam Al-Quran, Nabi Ibrahim disebut sebagai seorang “hanif”, manusia yang condong kepada kebenaran. Karena keteguhannya inilah Ibrahim disebut sebagai salah satu nabi-nabi yang “uli-l-‘azmi”, nabi-nabi yang memiliki keteguhan.

Gus Ulil menjelaskan bahwa sikap yang teguh tentu saja tidak bisa dikerjakan secara cuma-cuma. Keteguhan itu baru bisa dibuktikan jika telah melalui ujian.

“Tidak ada iman jika tidak melalui ujian dan pengorbanan. Setiap hewan sembelihan yang kita kurbankan seharusnya menjadi pengingat kita akan hal ini: bahwa iman yang sebenar-benarnya adalah iman yang sudah diuji dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ketua Lakpesdam PBNU ini.

Kurban, mengutip Prof. DR. M Quraish Shihab, MA, berasal dari bahasa Al-Quran, yaitu qurban. Terdiri dari kata qurb yang berarti “dekat” dengan imbuhan “an” yang mengandung arti kesempurnaan. Qurban, dengan demikian, jika diindonesiakan dengan kurban akan memiliki arti “kedekatan yang sempurna”.

“Kurban adalah jalan keseimbangan antara nilai spiritual (ketaatan dan keikhlasan kepada Allah) dan nilai sosial kemanusiaan (berbagi nikmat dengan yang sesama). Maka melalui kurban ini, Allah ingin menunjukkan pada manusia bahwa pengurbanan manusia itu harus dilakukan dengan hati yang sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Masjid dan Pesantren Bayt Al-Qur’an merupakan bagian dari Pusat Studi Al-Qur’an yang didirikan oleh Pakar Tafsir Indonesia – Prof. DR. M Quraish Shihab, MA. Pelaksanaan shalat Idul Adha 1444 H di Masjid Bayt Al-Qur’an – Pondok Cabe berlangsung khidmat. Sebelum Gus Ulil menyampaikan Khutbah, shalat Idul Adha di masjid setempat diimami oleh Ustadz A. Ibrohim, santri dari Pesantren Pasca Tahfidz Bayt Al-Qur’an yang diikuti warga Kota Tangerang Selatan.