Pandemi tak jua kunjung berlalu. Hampir dua tahun kita dipaksa untuk adaptif terhadap pandemi ini. Tak diragukan lagi, dalam masa pendemi ini, tentunya di antara kita mempunyai banyak cerita suka maupun duka. Suka bagi sebagian kita yang ditambah nikmatnya oleh Allah. Dan duka untuk sebagian kita yang dicoba atau sedang diuji oleh Allah. Misalkan saja diuji Allah dengan terpapar virus korona, atau omset usaha mengalami penurunan.
Kendati pun demikian, bila kita sedang mendapat nikmat atau ujian, sebuah kewajiban kita tiada lain yakni bersyukur. Cara kita untuk mengucapkan terimakasih atas segala nikmat Allah dengan bersyukur. Sejatinya meskipun kita sedang ditimpa ujian atau musibah, di sisi lain kita masih dilimpahi nikmat.
Pertama, ujian dari Allah datangnya. Allah tidak akan menguji kita, melebihi ambang batas kemampun kita. Lewat ujian tersebut, ternyata Allah memberi hikmah sekaligus pelajaran agar kita naik derajat. Kedua, sebesar-besarnya ujian Allah tentu masih besar lagi nikmat Allah. Bukti kongkritnya, di lain sisi kita ditimpa ujian atau musibah. Tapi di sisi lain Allah masih memberi karuniaNya berupa kesehatan dan nikmat lain yang tak dapat kita kalkulasi.
Pandemi memang belum berlalu. Kepayahan dan kelelahan kita semua dalam menghadapi pandemi ini harus terus dijalani. Tapi, kendati pun demikian kita harus tetap bersyukur.
Beberapa nikmat yang harus kita syukuri di antaranya, pertama nikmat iman dan Islam. Nikmat terbesar yang dikaruniakan oleh Allah terhadap kita adalah nikmat iman dan Islam. Dengan nikmat iman dan Islam kita tidak hanya akan memeroleh nikmat dunia semata, tapi pun nikmat alam masa depan kita, akhirat. Kita hidup di dunia hanyalah seperti seorang yang mampir ngombe, namun akhirat lebih kekal dan abadi.
Kedua, nikmat sehat jasmani dan rohani. Nikmat ini juga amat penting. Dengan kita sehat baik jasmani dan rohani, kita dapat mengabdi kepada Allah dengan tanpa suatu halangan yang berarti. Kita bisa sholat dan berpuasa. Selain itu, kita bisa berjejaring atau srawung dengan keluarga, tetangga, teman dan kolega dengan nyaman tanpa kegelisahan.
Ketiga, nikmat rizki dan umur. Di antara kita yang kebetulan mendapat kedua nikmat ini tidak ada alasan lain, selain menyukurinya. Dengan rizki yang cukup, kita bisa bersedekah kepada sesama, bisa berqurban bahkan menunaikan ibadah umrah dan haji. Kemudian dengan kita dikaruniai umur panjang dan berkah kita dapat lebih giat lagi dalam beribadah kepada Allah serta menjauhi segala laranganNya.
Lalu apa hubungannya ketiga bentuk nikmat yang wajib kita syukuri tadi terhadap kondisi masa pandemi seperti ini. Walaupun pandemi menyerang dan banyak korban berjatuhan, kita patut bersyukur karena masih setidaknya dikaruniai nikmat di atas.
Bersyukur memang amalan yang tak mudah, apalagi kalau belum menjadi kebiasaan. Meskipun kondisi masih sedemikian rupa, kita tetap harus meng-upgrade iman dan Islam kita. Salah satunya lewat bersyukur tadi.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk bersyukur. Pertama, bersyukur lewat hati. Bersyukur lewat hati artinya hati kita dipenuhi keridhoan akan takdir Allah. Tidak kemrugsung saat menghadapi keadaan. Baik di kala senang atau pun susah.Apalagi saat ini kita sedang diuji dengan pandemi.
Kedua, bersyukur lewat lisan. Dengan bersyukur lewat lisan berarti kita selalu mengucapkan kata-kata dan kalimat yang positif dan baik. Tidak suka mencela orang meskipun orang tersebut patut dicela. Tidak menggibah orang lain dengan alasan apapun. Minimal kita bersyukur atas segala keadaan dengan membaca kalimah alhamdulillah.
Yang terakhir yakni bersyukur lewat fisik. Yakni kita menjauhkan diri kita dari perilaku-perilaku yang tidak terpuji apalagi berdosa. Senantiasa mengerjakan hal-hal yang baik. Bersyukur lewat fisik bisa ditunjukkan dengan bersedekah dan bergaul dengan cara yang positif.
Seusai kita mengetahui bentuk-bentuk bersyukur, hendaknya kita ceritakan nikmat kita kepada orang lain atau orang-orang terdekat kita. Ini dimaksudkan agar orang lain juga ikut merasakan kebahagian atau nikmat yang kita dapatkan. Menceritakan nikmat kepada orang lain ini disebut tahadduts binni’mah. Tahadduts binni’mah ini beda dengan ujub, riya’ atau pamer. Yang membedakan tahdduts binni’mah dengan penyakit hati tersebut ialah niat kita. Oleh karenanya, kita harus benar-benar menjaga niat kita saat tahadduts binni’mah agar terhindar dari penyakit hati.