Beberapa hal penting yang diingatkan Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin lanjutannya sebagai berikut ini. Dua point penting sebelumnya sudah dibahas dan dapat diklik di sini.
Yang ketiga adalah jalan kesempurnaan ibadah amatlah sulit dan penuh rintangan. Hal ini beliau sampaikan dengan ungkapan:
ثم إنّا نظرنا فيها وتأملنا طريقها من مبادئها إلى مقاصدها التى هى أمانى سالكيها ، فإذا هى طريق وعر ، وسبيل صعب ، كثيرة العقبات ، شديدة المشقات ، بعيدة المسافات ، عظيمة الآفات ، كثيرة العوائق والموانع ، خفية المهالك والمقاطع ، غزيرة الأعداء والقُطاع ، غزيرة الأتباع والأشياع.
Kemudian, saat aku memperhatikan ibadah dan memikirkan jalan beribadah mulai dari awal sampai tempat tujuannya, yang merupakan hal yang diharapkan orang yang melaluinya, ternyata ia adalah jalan yang sulit. Jalan beribadah adalah jalan yang sukar, memiliki banyak tantangan, rintangan berat, perjalanan jauh, besar hal yang dapat mengugurkannya, banyak rintangan serta halauannya, samar hal-hal yang dapat menghancurkan serta memutuskannya, banyak musuh serta pembegal, dan jarang ada yang mau menyertai.
Ibadah seperti shalat dan sedekah, meski bagi sebagian orang tampak mudah sebab dianggap hanya sekedar menggerakkan tubuh berdiri serta bersujud atau mengeluarkan uang seikhlasnya, tapi bagi Imam al-Ghazali juga ulama’-ulama’ yang mendalam ilmunya, merupakan sesuatu yang berat. Berat untuk dilakukan secara serius dengan target utama diterima oleh Allah ta’ala.
Shalat bagi orang awam mungkin adalah persoalan menggerakkan tubuh layaknya orang shalat disertai terpenuhinya syarat dan rukun shalat. Tapi, bagi Imam al-Ghazali, persoalan shalat adalah juga persoalan niat ikhlas beribadah, dapat khusuk dengan meresapi bacaan-bacaan shalat dan meninggalkan sejenak urusan-urusan duniawi. Sehingga sampai pada saat hati merasakan kenikmatan salat dan tak terganggu oleh rasa malas. Hal ini juga berlaku pada ibadah-ibadah lain.
Keempat, kiat-kiat sukses beribadah kepada Allah. Setelah kurang lebih menerangkan poin kesatu sampai ketiga di atas, Imam al-Ghazali beranjak mengungkapkan kiat-kiatnya untuk dapat beribadah kepada Allah dengan sukses. Sukses dalam artian dapat diterima dengan sempurna oleh Allah. Menurut Imam al-Ghazali, ibadah dapat diperoleh dengan sukses bila dapat dengan baik melewati tujuh tantangan atau rintangan. Hal ini beliau sampaikan dengan ungkapan:
واعلم الآن أن الحاصل من الجملة سبع عقبات : الأولى عقبة العلم ، الثانية عقبة التوبة ، الثالثة عقبة العوائق ، الرابعة عقبة العوارض ، الخامسة عقبة البواعث ، السادسة عقبة القوادح ، السابعة عقبة الحمد والشكر ، وبتمامها يتم كتاب “منهاج العابدين إلى الجنة”
Ketahuilah sekarang, kesimpulan dari keseluruhannya ada pada tujuh tantangan. Pertama, tantangan ilmu; kedua, tantangan taubat; ketiga, tantangan beberapa penghalang; keempat, tantangan beberapa hal yang muncul kemudian; kelima, tantangan pendorong ibadah; keenam, tantangan hal-hal yang dapat merusak ibadah; tujuh, tantangan memuji dan syukur. Dengan terlampauinya tujuh hal tersebut, sempurnalah kitab Minhajul Abidin ilal jannah (Jalan para hamba menuju surga).
Tantangan penghalang antara lain berupa melepas diri dari ketergantungan kepada dunia dan makhluk, memerangi setan dan menahan hawa nafsu. Tantangan hal-hal yang muncul kemudian adalah tawakkal, berserah diri kepada Allah, sabar dan ridha. Tantangan pendorong ibadah adalah tantangan menghindari riya dan ujub. Tantangan perusak ibadah adalah tantangan berniat ikhlas kepada Allah.
Apa yang Imam al-Ghazali sampaikan adalah apa yang beliau simpulkan dari sekian puluh tahun belajar dan mengevaluasi diri beliau dalam beribadah kepada Allah. Dengan posisi beliau sebagai seorang intelektual Islam yang mumpuni dalam berbagai bidang, maka keterangan beliau ini amat layak disimak dan dijadikan acuan. Dan keterangan beliau lebih lanjut dapat dipelajari dari Kitab Minhajul Abdin.