Asma binti Yazid, Juru Bicara Sahabat Perempuan yang Bekerja Sebagai Perias Pengantin

Asma binti Yazid, Juru Bicara Sahabat Perempuan yang Bekerja Sebagai Perias Pengantin

Asma binti Yazid, Juru Bicara Sahabat Perempuan yang Bekerja Sebagai Perias Pengantin
Ilustrasi. (Foto: Weding Makassar)

Pada zaman Rasulullah, para perempuan muslimah begitu terorganisir dan mempunyai juru bicara untuk menyampaikan kegelisahan dan respon mereka terhadap gejala-gejala sosial. Salah satu Shahabiyah yang menjadi juru bicara bagi para perempuan tersebut adalah Asma’ binti Yazid. Ia merupakan sosok yang cerdas, pemberani, dan ahli dalam berargumen. Ia juga dikenal akan kefasihan dan kejelasannya dalam berbicara, keistimewaannya adalah kepekaan inderanya dan kejelian perasaan serta ketulusan hatinya. Karena kemampuan dan keistimewaannya inilah ia mendapat julukan “Khatibatun Nisa (Sang Orator Wanita)”, ia bahkan dijadikan kepercayaan para perempuan di zamannya sebagai wakil mereka untuk berbicara kepada Rasulullah perihal perkara yang mereka hadapi.

Dalam sebuah riwayat al-Baihaqi, dikisahkan bahwa Asma’ binti Yazid datang menghadap Rasulullah yang sedang berkumpul bersama para sahabat, lalu ia berkata: “Sesungguhnya saya utusan dari kelompok wanita muslimah (di belakangku) kepadamu, mereka semuanya berkata dan sependapat dengan perkataan dan pendapatku. Sesungguhnya Allah mengutusmu dengan membawa kebenaran (yang ditujukan) kepada kaum lelaki dan perempuan, maka kami beriman kepadamu dan Rabbmu yang mengutusmu. Dan kaum perempuan begitu terbatas dan banyak halangan, kami menjadi penyangga rumah tangga kaum lelaki, melayani hasrat seksual, dan mengandung lalu melahirkan anak-anak mereka.

“Sedangkan kalian wahai kaum lelaki diutamakan atas kami dengan adanya shalat jum’at dan shalat berjama’ah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, berhaji (sendiri), dan yang lebih utama dari itu semua adalah kesempatan berjihad di jalan Allah. Sungguh, ketika seorang lelaki di antara kalian keluar untuk berhaji, berjihad atau urusan penting lainnya, maka kami lah yang menjaga harta kalian, menyiapkan pakaian, serta mendidik anak kalian. Apakah kami bisa mendapatkan pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka, wahai Rasulullah?”

Baca juga: Asma Binti Yazid, Penyambung Lidah Kaum Perempuan di Masa Rasulullah SAW

Rasulullah kagum mendengar uraian tersebut lalu berpaling ke arah para sahabatnya, dan bersabda: “Apakah kalian pernah mendengar ungkapan seorang perempuan (siapapun) yang lebih baik pertanyaannya tentang agama daripada dia?”

“Wahai Rasulullah, kami belum pernah menyangka kalau ada seorang perempuan yang mendapat petunjuk seperti dia,” jawab para sahabat. Kemudian Rasulullah menoleh ke arah perempuan itu seraya berkata: “Pergilah wahai Asma’, dan beritahukan kepada para perempuan di belakangmu, bahwa kebaikan (ketaatan) salah seorang kalian kepada suaminya, mencari keridhaannya, dan mengikuti apa yang dia perintah, menyamai (pahalanya) dengan apa yang engkau sebutkan tadi.”

Hadis ini bukan berarti sebuah justifikasi bagi laki-laki untuk melarang perempuan dan memaksa perempuan mengikuti kehendaknya. Nabi berkata demikian pasti karena ada kejadian atau tren zaman itu. Dalam hadis riwayat al-Bukhari dijelaskan, bahwa perempuan masa itu tidak bersyukur dengan pemberian suaminya, menjelekkan suaminya karena suatu kesalahan dan menafikan kebaikannya yang lain.

قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ ,

Rasulullah bersabda: Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu, maka dia akan berkata, aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu.

Dalam hadis sahih riwayat al-Bukhari, bab pengajaran Rasulullah SAW kepada umatnya disebutkan bahwa Rasul pun menyanggupi permintaan para perempuan ini.

عن أبي سعيد جاءت امرأة إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت يا رسول الله ذهب الرجال بحديثك فاجعل لنا من نفسك يوما نأتيك فيه تعلمنا مما علمك الله فقال اجتمعن في يوم كذا وكذا في مكان كذا وكذا فاجتمعن فأتاهن رسول الله صلى الله عليه وسلم فعلمهن مما علمه الله

“Dari Abu Said menceritakan bahwa suatu hari seorang perempuan menemui Rasulullah SAW kemudian berkata, “Wahai Rasul, para laki-laki bisa belajar hadis-mu, maka sediakanlah waktu bagi kami (para perempuan) untuk datang kepadamu dan belajar ilmu yang telah diajarkan Allah SWT kepadamu.” Rasulullah SAW pun menjawab, “Datanglah pada hari ini dan ini, di tempat ini (menyebut nama tempat).” Saat tiba waktunya, Rasul pun menepati janjinya dan mengajari mereka ilmu yang pernah diajarkan Allah SWT kepadanya.”

Baca selengkapnya: Asma: Protes kepada Rasul karena Perempuan Tidak Mendapat Pendidikan

Selain dikenal akan kepandaiannya dalam berargumen dan dijuluki sebagai orator wanita, Asma’ binti Yazid juga bekerja sebagai perias pengantin. Kebanyakan orang beranggapan bahwa profesi merias pengantin hanya dilakukan oleh para perempuan di masa sekarang. Namun pada kenyataannya, merias pengantin merupakan salah satu profesi yang telah dilakukan oleh para perempuan pada masa Rasulullah, dan Asma’ binti Yazid merupakan salah satu sahabat perempuan yang berprofesi sebagai perias pengantin yang merias ‘Aisyah binti Abu Bakar ketika akan menikah dengan Rasulullah. Peristiwa ini direkam oleh Asma’ dalam hadits-hadits yang ia riwayatkan, diantaranya yaitu: “Setelah merias ‘Aisyah untuk Rasulullah, aku lalu mendatangi dan menganjurkan beliau agar memberikan hadiah pada istrinya (yakni ‘Aisyah), lalu beliau diberi semangkuk susu. Rasulullah meminumnya dan memberikannya (sisanya) kepada ‘Aisyah. ‘Aisyah pun malu sambil menundukkan kepala. Kemudian saya (Asma’) berkata: ‘Ambillah dari tangan Rasulullah’. ‘Aisyah kemudian mengambil dan meminumnya.”

Inilah kisah dari Asma’ binti Yazid, perannya sebagai orator para kaum perempuan, yang pernah melontarkan sebuah pertanyaan yang mengundang decak kagum orang-orang yang mendengarnya. Bahkan Rasulullah pun memujinya, bahwa selama ini tidak ada perempuan yang lebih baik dalam menanyakan perihal agamanya dibanding dirinya. Sebuah pertanyaan yang dilandasi dengan keimanan dan kerakusan untuk berbuat kebaikan demi mencari keridhaan Allah semata. Karenanya tak heran, jika para kaum perempuan dahulu kerap mengirimnya sebagai utusan kepada Rasulullah guna menanyakan seputar perkara yang khusus berkaitan dengan diri mereka, dan juga Asma’ selalu menyampaikan ajaran-ajaran Rasulullah kepada kaum perempuan tersebut. Serta profesinya sebagai perias pengantin, membantu para perempuan lain ketika akan dilaksanakannya sebuah pernikahan. Kelebihan serta keistimewaannya yang Allah berikan ia manfaatkan dengan membantu para kaum perempuan lainnya.

Sumber Bacaan:

– Abu Bakar al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, Beirut: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyyah

– Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, al-Musnad, No. Hadits 26309, Mesir: Dar al-Hadist

– Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari.

 

Artikel ini kerjasama Islamidotco dan Rumah KitaB

Baca juga artikel lain tentang Muslimah Bekerja.