Banyak kisah yang diabadikan dalam kitab suci umat Islam, diantaranya ada yang menceritakan kebaikan, ada pula yang mengisahkan keburukan untuk dijadikan pelajaran, salah satunya adalah kisah Arwa Binti Harb, perempuan yang disebutkan Allah Swt sebagai pembawa kayu bakar.
Arwa binti Harb adalah saudari kandung Abu Sufyan bin Harb, beberapa riwayat menyebutkan bahwa namanya adalah Auraa, ia merupakan salah satu perempuan terhormat suku Quraisy, ia juga istri yang taat kepada suaminya. Sayangnya perempuan yang sering disebut Ummu Jamil ini patuh kepada kezaliman sebagaimana yang dilakukan suaminya, Abu Lahab.
Meskipun memiliki kekerabatan dengan Nabi Saw, Abu Lahab sangat memusuhi dan menentang dakwah Rasulullah Saw. Selain merupakan paman Rasul, Abu Lahab juga pernah menikahkan kedua anaknya, Utbah dan Utaibah dengan dua putri Rasulullah Saw, Ruqoyyah dan Ummu Kultsum sebelum Islam datang. Karena enggan memeluk Islam, keduanya pun akhirnya bercerai.
Dikisahkan pada malam hari Arwa binti Harb sering meletakkan duri di jalan yang biasa dilewati Rasulullah Saw, juga di atas pintu rumah Rasulullah Saw. Arwa binti Harb merupakan perempuan yang panjang lidahnya, ia sering menyebarkan kebohongan dan fitnah atas Nabi Saw, ia juga sering mengadu domba, oleh karena itu Al-Qur’an menggambarkannya sebagai pembawa kayu bakar, yang dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah.
Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari, dikisahkan ketika turun QS Asy-Syuara: 412, Rasulullah Saw naik ke bukit Safa seraya berseru “Wahai Bani Fihr, Bani ‘Adi, berkumpullah”. Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul, termasuk Abu Lahab. Nabi Saw berkata “Bagaimana pendapat kalian jika seandainya aku memberitahu kalian bahwa pasukan berkuda dari musuh akan datang menyerang kalian, apakah kalian percaya kepadaku?” Mereka menjawab “Pasti kami percaya” Nabi Saw bersabda “Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang”. Lalu Abu Lahab berkata “Celakalah engkau! Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?” Lalu turunlah QS Al-Lahab:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa (1). Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan (2) Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (3). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (4) Yang di lehernya ada tali dari sabut (5)
Ketika Ummu Jamil mendengar ayat yang diturunkan mengenai dirinya dan suaminya, ia langsung menghampiri Rasulullah Saw sambil membawa segenggam batu. Saat itu Rasulullah Saw sedang duduk di dekat Ka’bah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar lalu berkata “Ya Rasulallah, sesungguhnya ia (Ummu Jamil) datang dan aku khawatir kepadamu”.
Dengan tenang Rasulullah Saw menjawab “Sesungguhnya ia tidak akan melihatku”. Maka, Allah Swt menutup pandangan Ummu Jamil terhadap Rasulullah, sehingga ia hanya melihat Abu Bakar. Lalu ia berkata “Wahai Abu Bakar, di mana temanmu? Aku mendengar kabar bahwa ia telah mencelaku, demi Allah apabila aku menemukannya maka akan kulemparkan batu ke mulutnya, demi Allah aku adalah seorang penyair, ia pun menyebutkan sebuah syair lalu menjauh.
Dengan heran Abu Bakar berkata “Wahai Rasulullah, apakah ia tidak melihatmu? Rasul menjawab “Allah Swt telah mengambil penglihatannya dariku”
Ummu Jamil selalu menolong suaminya untuk menzalimi Nabi Saw, maka kelak di akhirat ia pun akan membantu suaminya menjalani siksa di neraka jahannam. Ia membawa kayu bakar dan diberikan kepada suaminya hingga bertambahlah siksaan yang dideritanya.
Ummu Jamil memiliki kalung, ia berkata “Akan ku infakkan kalung ini kepada musuh-musuh Muhammad”, maka Allah Swt kelak akan mengalungkan tali sabut dari neraka.
Dalam kitab Umdatul Qori’, disebutkan dua pendapat mengenai ayat kelima ini, pendapat pertama menyatakan kelak di leher istri Abu Lahab ada kalung dari daun kering, sebagai balasan perbuatannya menyebar duri di jalan yang dilalui Rasulullah Saw. Pendapat kedua sebagaimana dinyatakan Ibnu Abbas dan Urwah مسد adalah rantai di neraka, panjangnya mencapai 70 dzira’, rantai itu masuk dari mulutnya dan keluar dari duburnya lalu melingkar di lehernya.
Wallahu a’lam bisshowab