Setiap bagian tubuh Rasulullah merupakan bagian yang istimewa. Karena ia merupakan bagian dari manusia pilihan. Sehingga tak jarang di antara para sahabat terdahulu yang sengaja menjadikan bagian tubuh atau sesuatu yang pernah digunakan Rasulullah sebagai wasilah atau lantaran untuk memenuhi hajatnya, seperti rambut Rasulullah atau bagian dari nabi yang lain.
Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Asma’ binti Abu Bakar yang pernah menjadikan Jubah Rasulullah untuk wasilah menyembuhkan penyakit.
قالت (أسماء بنت أبي بكر) كانت هذه عند عائشة حتى قبضت فلمّا قبضت أخذتها و كان النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يلبسها فنحن نغسلها للمرض نستشفي بها
“Asma’ binti Abu Bakar berkata, “Jubah ini (awalnya) dipegang Aisyah sampai ia wafat. Setelah wafat saya ambil jubah itu. Nabi ﷺ memakai jubah ini. Kami membasuhnya untuk orang orang yang sakit, kami mengharap kesembuhan melalui jubah tersebut.” (HR. Abu Dawud dan Muslim)
Tapi perlu digaris bawahi bahwa praktek tabarruk (meminta keberkahan) atau menjadikan peninggalan Rasulullah sebagai wasilah (perantara) adalah harus berdasar keyakinan bahwa sesungguhnya yang mendatangkan manfaat hanyalah Allah. Barang tersebut hanya lah perantaranya, sehingga tidak menjerumuskan pada praktek yang menyimpang.
Praktek tabarruk ini terus dilakukan mulai sahabat hingga kini. Bahkan terdapat cerita menarik mengenai tabarruk dengan rambut Rasulullah yang diriwayatkan oleh Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam kitab Saadatut Darain.
Di kota Balkh terdapat seorang konglomerat besar yang meninggal. Ia meninggalkan dua putra laki-laki. Selain meninggalkan warisan harta yang bertumpuk, ia juga meninggalkan warisan tiga helai rambut Rasulullah SAW. Setelah kematiannya, semua hartanya dibagi dua oleh kedua anaknya. Namun ketika mereka hendak membagi rata 3 rambut mulia Rasulullah mereka berdua bingung. Sang kakak mengusulkan agar sisa satu rambut tersebut dipotong menjadi dua lantas dibagi. Namun sontak usul tersebut dibantah oleh sang adik.
“Jangan begitu kak! Demi Allah rambut Rasulullah terlalu mulia untuk dipotong,” bantah sang adik.
Sang adik pun menawarkan alternatif lain, “Jika kakak mau, biar tiga rambut Rasulullah ini menjadi bagian warisanku, sedangkan semua harta ayah silahkan kakak ambil semua. Bagaimana?”
Tak perlu menunggu lama sang kakak langsung menyetujui usulan adiknya tersebut, “Oke setuju.”
Akhirnya mereka berdua berpisah, sang adik membawa warisan tiga rambut nabi sedangkan sang kakak membawa tumpukan harta yang berlimpah. Keduanya tampak begitu gembira dengan bagiannya masing-masing. Sang kakak menganggap dengan harta begitu banyaknya ia bisa hidup bahagia. Sang adik pun demikian, dengan warisan Rasulullah SAW ia merasa mendapat berkah yang luar biasa. Sehingga ia tak henti-hentinya membaca shalawat kepada Rasulullah sebagai rasa syukur atas karunia tersebut.
Baca juga: Ciri Fisik Rasulullah: Rambutnya Panjang
Akhirnya setelah beberapa tahun terjadi perubahan yang mengejutkan semua orang. Sang kakak yang tadinya membawa warisan harta yang melimpah kini jatuh miskin. Sedangkan sang adik yang hanya berbekal tiga rambut rasulullah SAW menjadi kaya raya. Hal tersebut tak lain merupakan barakah rambut nabi dan barokah bacaan shalawat sang adik yang tak kenal henti dilantunkan.
Namun, tak lama berselang keduanya meninggal dunia. Hingga suatu ketika sebagaian ulama di sana bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah memerintahkan masyarakat yang mempunyai hajat khusus agar menziarahai makam sang adik yang membawa tiga rambut Rasulullah, serta berdoa kepada Allah dengan wasilah sang adik tersebut.
Setelah mimpi itu, tersiarlah kabar ke seantero negeri, hingga makamnya selalu ramai oleh peziarah dari seluruh penjuru negeri. (AN)