Ketika Jurnalis Barat ‘Kepanasan’ Melihat Emir Qatar Memakaikan Jubah Untuk Messi

Ketika Jurnalis Barat ‘Kepanasan’ Melihat Emir Qatar Memakaikan Jubah Untuk Messi

Kejadian emir Qatar memakaikan jubah untuk Messi membuat banyak jurnalis media barat ‘kepanasan’ dan memberikan komentar negatif yang tak berdasar.

Ketika Jurnalis Barat ‘Kepanasan’ Melihat Emir Qatar Memakaikan Jubah Untuk Messi
Emir Qatar memakaikan jubah hitam untuk Lionel Messi.

Euforia kemenangan Argentina atas Prancis dalam pertandingan Final Piala Dunia 2022 masih terasa. Mereka akhirnya berhasil menjadi juara dunia untuk untuk pertama kali sejak terakhir meraihnya pada tahun 1986 silam. Saat prosesi penyerahan trofi, satu hal yang menyita perhatian adalah ketika emir Qatar memakaikan jubah untuk kapten Timnas Argentina, Lionel Messi.

Di Indonesia, kejadian emir Qatar memakaikan jubah untuk Messi tidak terlalu banyak diperbincangkan. Namun, di belahan dunia lainnya, kejadian itu berhasil menuai banyak sorotan. Hal itu erat kaitannya dengan komentar para jurnalis di akun media sosial pribadi hingga tulisan mereka yang dimuat di media. Mereka seakan ‘kepanasan’ melihat kejadian itu.

Mark Ogden, jurnalis sepak bola senior di ESPN, media olahraga yang berbasis di Amerika Serikat, menuliskan di akun Twitter pribadinya:

Lionel Messi has spent his entire career waiting to lift the World Cup. When he gets to do it, all the pics are ruined by somebody making him wear a cape that looks like he’s about to have a haircut.” (Lionel Messi telah menghabiskan sepanjang karirnya menunggu untuk mengangkat trofi World Cup. Ketika dia berhasil melakukannya, semua foto-fotonya dirusak oleh seseorang yang memakaikannya jubah yang membuatnya terlihat seperti orang yang akan potong rambut)

James Pearce menjadi jurnalis lainnya yang mencuitkan komentar serupa. Ia merupakan seorang jurnalis sepak bola senior diĀ The Athletic, media olahraga yang berbasis di Inggris. Ia menuliskan di akun Twitter pribadinya:

Longest wait for a throphy lift ever and they did their best to ruin it. Why cover up Messi’s shirt with that? Ridiculous. Glad he’s now ditched it.” (Penantian terpanjang untuk mengangkat trofi dan mereka melakukan segala upaya untuk merusaknya. Mengapa menutup jersey Messi dengan itu (jubah)? Menggelikan. Senang karena dia (Messi) sekarang membuangnya)

Masih banyak cuitan semacam itu yang dituliskan oleh para jurnalis senior dari media barta. Belakangan diketahui cuitan-cuitan semacam itu telah dihapus oleh pemiliknya.

Sementara itu, beberapa media barat yang juga ‘kepanasan’ menuliskan berita tentang Emir Qatar yang memakaikan jubah untuk Messi dengan judul yang bombastis. The Telegraph, misalnya, media yang berbasis di Inggris itu mempublikasikan berita dengan judul: “The Bizzare act that Ruined the Greatest Moment in World Cup History” (Kelakuan aneh yang merusak momen terbesar sepanjang sejarah Piala Dunia).

Sontak komentar dan berita seperti di atas menuai banyak respon. Tak sedikit dari mereka yang tidak sepakat mengecamnya dan menilainya sebagai satu bentuk tindakan rasisme.

Jubah hitam yang dipakaikan untuk Lionel Messi itu disebut “Bisht”, yakni sebuah pakaian tradisional Qatar sebagai simbol penghormatan tertinggi. Dalam sejarah event olahraga dunia, Qatar bukanlah negara pertama yang memakaikan pakaian tradisional atau semacamnya untuk atlet yang berprestasi.

Misalnya, pada perhelatan Piala Dunia 1970 di Meksiko. Saat itu, kapten timnas Brazil yang menjadi juara, Pele, dipakaikan sebuah topi tradisional Meksiko (Mexican Sombrero). Atau pada perhelatan Olimpiade 2004 di Yunani, setiap atlet yang menjadi juara akan dipakaikan sebuah rangkaian bunga melingkat di kepala seperti mahkota.

Sejak sebelum Piala Dunia 2022 digulirkan, memang telah banyak media barat yang mencoba mengorek-ngorek kesalahan Qatar agar terlihat buruk di mata dunia. Namun, segala upaya itu ternyata gagal. Piala Dunia 2022 justru berhasil menjadi salah satu penyelenggaraan yang paling berkesan sepanjang sejarah Piala Dunia. [NH]