Kisra adalah seorang raja suatu kerajaan. Suatu hari, bersama teman-temannya, ia berangkat berburu dengan mengendarai kuda. Sautu ketika, Kisra melihat seorang hewan buruan. Ia pun mengejarnya. Lama-kelamaan, hal itu membuat Kisra pun terpisah jauh dari teman-temannya.
Dalam kesendirian tanpa teman itu, langit tiba-tiba mendung dan hujan pun mulai turun. Kisra benar-benar tidak bisa kemana-mana. Namun keadaan memaksanya untuk—mau tak mau—melanjutkan perjalanan demi mencari tempat berteduh.
Akhirnya, Kisra menemukan sebuah gubuk. Ia pun bergegas mendekatinya. Ketika sudah berada di depan gubuk itu, ia melihat ada wanita tua sedang duduk-duduk di depan pintu.
Kisra meminta izin untuk berteduh, “Boleh saya mampir di sini untuk berteduh?”
Wanita itu mengizinkan. Ia juga tak mengetahui bawha yang numpang berteduh itu adalah seorang raja. Sejurus kemudian, Kisra menggiring kudanya masuk kandang dekat gubuk dan ia pun masuk ke dalam gubuk.
Hari mulai gelap dan malam pun tiba. Anak perempuan dari wanita itu (sebut saja Fulanah) datang dari menggembala lembu betina. Fulanah memasukkan lembu itu ke kandang dan memerah susu darinya. Susu yang dihasilkan banyak sekali. Melimpah.
Melihat hasil susu perahan yang sangat banyak itu, Kisra berkata dalam hati, “Kayaknya asyik bila saya menarik pajak dari setiap lembu betina. Buktinya, lembu betina milik anak ini bisa menghasilkan susu yang sangat banyak sekali”.
Waktu terus berlalu. Wanita itu menyuruh anaknya, Fulanah, untuk memerah susu lagi. Namun, saying, tak ada susu yang bisa diperah. Tidak seperti sebelumnya, lembu betina itu, kali ini, sama sekali tak mengeluarkan susu.
“Wahai ibu, agaknya sang raja memiliki niat jahat kepada kita, para rakyat,” kata Fulanah kepada ibunya.
“Kenapa?,” kata wanita itu.
Fulanah menjelaskan keadaan lembu betinanya yang tak bisa mengelurkan susu sama sekali. “Ya sudah, nanti lagi!. Malam masih panjang”, kata wanita itu kepada anaknya, Fulanah.
Kisra yang mendengar percapakan itu merasa heran. “Bagaimana bisa wanita dan anak ini mengetahui isi hatiku?” begitu kurang lebih kata Kisra dalam hati. Saat itu juga, Kisra menggurungkan niatnya menarik pajak dari setiap lembu betina.
Beberapa saat setelah itu, wanita tua itu memanggil Fulanah dan memerintahkannya lagi untuk memerah susu. Fulanah bergegas. Kali ini, lembu betina itu mengelurkan banyak susu lagi. Alhamdulillah.
“Ibu, sang raja sudah tak memiliki niat jahat lagi kepada kita. Kini, lembu ini bisa mengeluarkan susu lagi,” kata Fulanah bahagia.
Pagi pun tiba. Teman-teman Kisra yang mencari keberadaannya pun sampai juga di gubuk wanita tua itu. Sebelum pulang ke istana kerajaan, Kisra meminta kepada teman-temannya untuk membawa wanita tua itu dan Fulanah ke istana.
Setelah menjamu dan memuliakan wanita dan anaknya itu, Kisra menanyai mereka berdua tentang bagaimana bisa mereka mengetahui isi hati Kisra tentang rencana menarik pajak dan rencana mengurungkan niat itu.
“Saya ini sudah lama tinggal di negeri sini. Pengalamamn saya menunjukkan, ketika para penguasa menegakkan keadilan, maka rakyat akan subur makmur. Sebaliknya, bila kesewenang-wenangan yang terjadi, maka kehidupan rakyat akan sulit,“ kata wanita itu menjelaskan.
Kisah ini penulis baca dari kitab ‘Uyun al-Hikayat karya Ibnu Jauzi. Dari kisah ini kita belajar betapa pentingnya seorang pemimpin memiliki rasa adil dan tidak semaunya sendiri. Keputusan apapun hendaknya selalu berpihak kepada rakyat dan kemaslahatan orang banyak. Wallahu a’lam.
Sumber Kisah:
Ibn al-Jauzi, Jamaluddin Abi al-Farj bin. ’Uyun al-Hikayat. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2019.