Tafsir Surat Al-Rahman Ayat 6: Jangan Sembarangan Tebang Pohon dan Tumbuhan

Tafsir Surat Al-Rahman Ayat 6: Jangan Sembarangan Tebang Pohon dan Tumbuhan

Jangan sembarangan tebang pohon dan tumbuhan

Tafsir Surat Al-Rahman Ayat 6: Jangan Sembarangan Tebang Pohon dan Tumbuhan
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Setelah pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang keteraturan peredaran benda-benda langit yaitu matahari dan bulan, yang selalu bergerak pada porosnya, ayat ini masih berkaitan dengan kekuasaan Allah SWT dalam mengatur makhluk-makhluk-Nya. Pada ayat ini akan diterangkan mengenai ketundukan tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang ada di bumi. Allah SWT berfirman:

وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدانِ

wa al-najmu wa al-syajaru yasjudaan.

Artinya:

“Dan tumbuh-tumbuhan dan pepohonan keduanya tunduk.” (QS: Al-Rahman Ayat 6)

Ibnu Jarir al-Thabari menginventarisir dua perbedaan pendapat mengenai makna kata al-Najm pada ayat di atas. Sebagian riwayat seperti dari Ibnu Abbas, Sa’id al-Khudri, dan Sufyan menyebutkan bahwa makna kata tersebut adalah tumbuh-tumbuhan. Sedangkan sebagian riwayat lain semisal penafsiran dari Mujahid dan Qatadah mengatakan yang dimaksud dengan kata itu adalah bintang langit (al-najm al-samaa’). Dari kedua makna ini, al-Thabari cenderung memilih pendapat pertama yang berarti tumbuh-tumbuhan. Menurutnya, makna ini lebih pas karena mengacu pada kata al-syajar yang ada setelah kata al-najm.

Dari perbedaan makna kata yang ditampilkan oleh Imam al-Thabari di atas sangat jelas bahwa persoalan memahami al-Quran amat kompleks. Contoh kata al-najm saja bisa dipahami berbeda bahkan oleh para ulama yang masa hidupnya lebih dengan Rasulullah SAW. Penulis hanya ingin mengatakan bahwa hal ini perlu dijadikan catatan bagi para pembaca budiman bahwa kita tidak bisa mengambil jalan pintas untuk memahami al-Qur’an apalagi menafsirkannya dan menyalahkan orang lain karena ketidaktahuan (kebodohan) kita.

Kemudian terkait kata al-syajar menurut penelusuran riwayat al-Thabari tidak ada perbedaan makna melainkan pohon-pohon besar yang akarnya kuat dan menghunjam ke bumi. Adapun makna kata yasjudaan, al-Thabari menjelaskan sebagaimana mengutip riwayat dari Sa’id al-Khudri, Qatadah, dan Mujahid bahwa kedua entitas makhluk ini sama-sama tunduk dan patuh kepada aturan Allah SWT. Sebagian dari tumbuh-tumbuhan dijadikan bahan pangan, obat-obatan, dan berbagai kebutuhan manusia. Sebagian lain, yakni pohon-pohonan yang besar dijadikan tempat berteduh makhluk hidup. Mereka semua sama-sama bersujud pagi, siang, dan malam kepada Allah SWT.

Melalui penafsiran terakhir di atas, sudah selayaknya manusia tidak melakukan eksploitasi terhadap alam. Al-Qur’an menegaskan bahwa pepohonan dan tumbuh-tumbuhan mereka semua hidup dan selalu bertasbih kepada Allah SWT. Bila perspektif ini yang dipegang oleh orang-orang yang seenak hati membalak hutan, merusak hutan dan alam, seharusnya mereka ingat bahwa mereka telah membunuh makhluk-makhluk Allah SWT yang senantiasa bertasbih kepada-Nya.

Menurut Imam al-Qusyairi sujudnya kedua makhluk di atas merupakan bukti ketetapan mereka sebagai ciptaan Allah SWT (itsbat al-shani’) yang selalu patuh dan tidak pernah mengingkari Allah SWT.

Dalam Tafsir Kementerian Agama RI  terbitan tahun 2010 disebutkan bahwa tanaman-tanaman dan pohon-pohon yang bercabang ini, keduanya tunduk kepada kehendak Allah SWT secara naluri, sebagaimana tunduknya manusia menurut fitrahnya. Perbedaan antara tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan dalam bentuk dan rupa, warna, dan rasa, dalam keterangan tafsir ini, adalah karena patuh dan tunduk kepada kekuasaan yang menciptakan-Nya.

Quraish Shihab berpendapat bahwa kata yasjudaan dipahami dalam arti tunduk dan patuh mengikuti ketentuan Allah SWT. Quraish mengutip pendapat lain yang menurutnya lebih mendalam dari al-Thabathaba’i. Menurut al-Thabathaba’i, kedua jenis makhluk ini menghunjamkan akar masuk ke dalam tanah untuk menyerap apa-apa yang dibutuhkannya dari bahan makanan. Keterhunjaman ini diibaratkan sebagai kebutuhannya kepada Allah SWT, yang kepada-Nya tumbuhan dan pepohonan ini sujud.

Dari berbagai penafsiran di atas, jelas sekali bahwa al-Qur’an menggambarkan tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang ada di muka bumi ini adalah makhluk yang hidup dan senantiasa bertasbih kepada Allah SWT. Melalui ayat ini, kiranya perlu menjadi perhatian kita semua untuk tidak sembarangan menebang pohon dan tumbuh-tumbuhan. Bisa jadi mereka semua lebih banyak berdzikir kepada Allah SWT. Malu kita sebagai manusia hanya bisa merusak tanpa bisa menghidupkan makhluk-makhluk yang senantiasa bertasbih itu.