“Bapak-bapak dan Ibu, kami mohon maaf. Kali ini kita tidak bisa turun di Laut Merah. Kita hanya bisa lewat dan melihat masjid Apung Laut Merah. Pemerintah Arab Saudi melarang jamaah haji tahun ini untuk berwisata di Laut Merah seperti biasanya”, kata pembimbing wisata kami.
“Lihatlah, sepanjang laut merah sudah terpasang tembok. Di sini sedang dibangun tempat wisata megah. Turis-turis asing nanti bisa berwisata dengan leluasa. Di sini juga sedang dibangun hotel dengan ketinggian 1000 m untuk mendukung proyek wisata ini”, lanjutnya.
Pembimbing wisata yang juga pria asal Jember dan sudah 25 tahun tinggal di Saudi ini juga menceritakan, dua hari sebelumnya dia juga membawa Jamaah haji ke Laut Merah Jedah. Karena tidak tahu, semua jamaah diturunkan dan berwisata di pantai yang biasa menjadi tempat favorit jamaah haji atau jamaah umroh dari Indonesia.
Sopir yang membawa jamaah ditahan Polisi Saudi, diinterograsi dan baru dilepas jam 2 dini hari sambil diancam.
“Kalau kamu masih menurunkan jamaah haji di sini, kamu akan segera dideportasi ke negaramu,” kata polisi Saudi kepada sopir bus yang berasal dari Mesir.
Itulah sekelumit perubahan yang sedang dialami Saudi. Putra Mahkota, Muhammad bin Salman, sekarang ini sedang menjadi sorotan dunia. Dengan visi 2030, Sang Putra Mahkota sedang menggerakaan Saudi ke arah yang lebih moderat.
Setelah perempuan diperbolehkan menyetir mobil, diperbolehkan menonton pertunjukan olah raga di stadion, dia juga memproklamirkan “Islam moderat” di Saudi Arabia.
Kita masih belum tahu, Islam moderat model apa yang akan dipromosikan di Saudi. Tapi yang jelas, pemerintah Saudi sudah mulai menangkapi pengkhotbah di masjid-masjid yang dianggap radikal.
Apakah ini bagian dari proyek “Islam moderat”-nya Saudi? Belum jelas.
Hari ini dunia internasional juga mendapat kejutan dari Saudi, sebelas pangeran dan empat menteri ditangkap. Kita belum tahu, ada apa dibalik ontran-ontran politik ini. Yang bisa dipastikan, ini bagian dari upaya konsolidasi politik yang dilakukan Raja Salman dan putra mahkotanya, Muhammad bin Salman.
Salah satu pangeran yang ditangkap adalah Waleed bin Talal, seorang miliarder besar di Saudi. Perusahaannya ada di berbagai negara. Waleed bin Talal bukan tokoh sembarangan. Kalau sekarang ini dia menjadi korban politik, mungkin akan terjadi prahara politik keluarga istana Saudi.
Mungkin masih akan ada kejutan-kejutan baru dari Saudi Arabia, baik terkait dengan soal politik dan gerakan Islam moderat. Banyak kalangan yang tidak terlalu yakin dengan proyek Islam moderat Saudi Arabia. Wahabisme dengan watak tertutup sudah terlalu kokoh di negeri kaya minyak ini.
Namun, satu hal yang saya senang meski Islam moderatnya Saudi belum jelas, hal ini paling tidak semakin meyakinkan kita bangsa Islam di Indonesia merada pada jalur yang benar. Masa depan Islam bukanlah radikalisme, tapi moderatisme.
Dalam hal seperti ini, Indonesia jauh lebih punya pengalaman dari Saudi Arabia. Tidak salah kalau Saudi perlu belajar Islam moderat ke Indonesia. Mari kita tunggu, kejutan apa lagi yang akan terjadi di Saudi Arabia.