Sayf Allah al-Maslul atau Pedang Allah yang Terhunus adalah julukan terhormat yang diberikan kepada sahabat Nabi SAW, Khalid bin Walid. Tentu julukan itu diberikan sebab keistimewaan yang dimiliki oleh Khalid bin Walid karena kejeliannya dalam strategi berperang dan bermain pedang.
Pedangnya bak menari di medan perang hingga menghunus kejam lawan di depannya. Rasulullah amat bahagia ketika mendengar berita masuk islamnyanya Khalid bin Walid pada tahun 8 H, sebab dengan kepiawaiannya dalam bidang militer, Khalid akan menjunjung tinggi Kalamulla dan menegakkan panji-panji Islam.
Julukan Saifullah yang diberikan Rasulullah SAW kepada Khalid bin Walid bermula saat terjadinya Perang Mut’ah. Nabi SAW dalam haditsnya bersabda:
“أخذ الراية زيد فأصيب، ثم أخذها جعفر فأصيب، ثم أخذها عبد الله بن رواحة فأصيب، ثم أخذها سيفٌ من سيوف الله، ففتح الله على يديه”. ومن يومئذٍ سُمِّي “سيف الله”،.
“Bendera perang dibawa oleh Zaid lalu berperang hingga syahid. Kemudian bendera diambil oleh Ja’far dan berperang hingga syahid. Setelah itu, bendera perang dibawa oleh pedang di antara pedang-pedangnya Allah (saifullah –yakni Khalid bin Walid-) hingga Allah memenangkan kaum muslimin.”
Khalid mengisahkan dahsyatnya Perang Mu’tah dengan mengatakan, “Sembilan pedang di tanganku telah pata. Tidak tersisa kecuali pedang buatan Yaman.” (Diriwayatkan al-Bukhari dalam Kitab al-Maghazi, Bab Ghazwatu Mu’tah min Ardhi Syam: 4017).
Sejak saat itulah Khalid lebih dikenal dengan julikan Saifullah al-Maslul atau Pedang Allah yang Terhunus. Semenjak kehadirannya di tengah umat Islam, Khalid bin Walid seringkali ditunjuk menjadi panglima perang di berbagai kesempatan.
Dan benar saja, dengan kepandaiannya dalam mengatur strategi berperang, mengakibatkan musuh terjebak dalam kesulitan untuk melakukan perlawanan, dengan begitu Islam pulang membawa kemenangan.
Banyak sekali perang yang telah ia lakukan dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga Kekhalifahan Umar bin Khattab. Anatara lain, Perang Yarmuk, Perang Khaibar, Perang Hunain dan masih banyak lagi. Itu semua ia lakukan dengan bertujuan untuk jihad dan menegakkan ajaran Islam.
Setelah berbagai perang dan ditaklukkannya kota Mekah, Rasulullah SAW mengutus Khalid untuk menghancurkan Uzza-salah satu berhala utama yang disembah bangsa Arab Jahiliyah masa itu.
Khalid dengan sigap lalu menghancurkan berhala tersebut sembari berkata, “Aku mengingkarimu. Kamu tidak Maha Suci. Sesungguhnya Allah telah menghinakanmu”. Kemudian Khalid bakar Tuhan jahiliyah itu (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Ibnu Katsir: 3/597). Dengan begitu Khalid tidak hanya menghancurkan wujud berhalanya saja akan tetapi juga meruntuhkan keagungan yang dipercaya oleh bangsa Arab Jahiliyah.
Namun sehebat apapun manusia, ia pasti akan tetap menemui ajalnya, begitu pula Saifullah al-Maslul , Khalid bin Walid. Pada tanggal 18 Ramadhan 21 H kesedihan menyelimuti kota Suriah, tangisan-tangisan sedih terdengar menghantarkan kepergiannya. Tepat diusianya ke 50 tahun, Sang Pedang Allah yang Terhunus Wafat dengan meninggalkan banyak kemenangan untuk umat Islam.
Dalam detik-detik wafatnya ia berkata, “Aku telah turut serta dalam 100 perang atau kurang lebih demikian. Tidak ada satu jengkal pun di tubuhku, kecuali terdapat bekas luka, pukulan pedang, hujaman tombak, atau tusukan anak panah. Namun lihatlah aku sekarang, akan wafat di atas tempat tidurku. Maka janganlah mata ini terpejam (wafat) sebagaimana terpejamnya mata orang-orang penakut. Tidak ada suatu amalan yang paling aku harapkan dari pada laa ilaaha illallah, dan aku terus menjaga kalimat tersebut (tidak berbuat syirik).”
Khalid meninggalkan banyak hal, kuda yang menemaninya berperang, senjata yang telah dibawanya berjihad di jalan Allah, dan kopiah kesayangannya. Dulu, pada saat perang Yarmuk kopiah itu pernah terjatuh. Ia bersama orang-orang di sektarnya bersusah payah berusaha menemukan kopiah tersebut. Tentu beberapa orang beranggap hal tersebut aneh dan kemudian mencelanya. Dengan sorot matanya yang tajam khalid berkata, “Di dalamnya terdapat beberapa helai rambut dari ubun-ubun Rasulullah. Aku merasa optimis dan berharap kemenangan dengan (keberkahan)Nya.”
Begitu besarnya perjuangan Khalid bin Walid, begitu besar cinta Saifullah al-Maslul pada Islam dan Rasulullah SAW. (AN)