Yuni Shara dan Upaya Pendisiplinan Tubuh Perempuan

Yuni Shara dan Upaya Pendisiplinan Tubuh Perempuan

Hujatan netizen terhadap unggahan foto Yuni Shara sepertinya akan berimbas pada semakin anjloknya tingkat kesopanan digital masyarakat Indonesia.

Yuni Shara dan Upaya Pendisiplinan Tubuh Perempuan

Kasus penghujatan Yuni Shara di media sosial menunjukkan betapa tidak sehatnya iklim internet Indonesia. Tidak hanya itu, hinaan dan body shaming yang diterima Yuni Shara nyatanya juga berasal dari sesama perempuan. Kapan perempuan dapat memperoleh posisi mapan di masyarakat, kalau sesama perempuan saja saling hujat?

Hujatan tersebut diterima Yuni Shara ketika ia mengepos fotonya mengenakan Ulos Batak dengan atasan terbuka. Komentar negatif yang disampaikan warganet terbentang dari hinaan fisik, hujatan agamis, bentuk tubuh (body shaming), usia (age shaming), diejek keriput, nenek-nenek, dan lain sebagainya.

Melihat deretan hinaan yang dilancarkan kepada Yuni Shara di atas, wajar saja jika warganet Indonesia dikategorikan sebagai warganet paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Laporan terbaru dari Digital Civility Index (DCI) besutan Microsoft bahkan menempatkan posisi Indonesia di urutan ke-29 dari 32 negara. Artinya, tingkat kesopanan digital Indonesia tergolong dalam deretan paling rendah di dunia.

Psikologi Berbusana ala Perempuan

Busana Ulos Batak dikenakan Yuni Shara yang dipadukan dengan atasan terbuka memang menampakkan keawetmudaan penyanyi papan atas tersebut. Tahun ini, usia Yuni Shara akan menjadi 49 tahun Juni nanti. Sementara, cara berpakaian cukup terbuka itulah yang diserang habis-habisan oleh warganet di Instagram.

Hujatan verbal terhadap cara berpakaian perempuan sebenarnya sudah diteliti oleh Jaimie Arona Krems dari Oklahoma State University tahun lalu. Hasil penelitiannya yang dimuat di Jurnal Social Psychological and Personality Science menjelaskan bahwa pada diri perempuan, terbangun jiwa kompetisi untuk tampil lebih menarik. Perempuan lain yang mengenakan pakaian modis dan dirasa lebih cantik akan cenderung diserang secara agresif oleh sesama perempuan, terutama dari yang tak dikenal.

Tak jarang, sering kali dalam suatu komunitas perempuan, jika tak ada kehadiran laki-laki, biasanya para perempuan akan berpakaian lebih sederhana dan tidak bertujuan menarik perhatian orang lain, menurut Arona Krems. Tujuannya agar menghindari celaan dari sesama perempuan yang cenderung menohok dan mencari-cari kejelekan orang lain.

Jika dilihat dari kasus Yuni Shara, orang-orang yang menghujat artis tersebut adalah perempuan yang cenderung sama usianya. Karena itulah, Yuni Shara pun menjawab komentar ketika ia disebut sebagai nenek-nenek karena tubuhnya dianggap tidak kencang lagi. Yuni pun membalas halus dengan ucapan “semoga awet muda” kepada pengomentar tersebut.

Hujatan atas Tubuh Perempuan dan Pelampiasan Terselubung

Hinaan yang dialami oleh Yuni Shara adalah salah satu dari banyak kasus body shaming atas perempuan. Survei yang dilakukan ZAP Beauty Index 2020 menunjukkan bahwa 62 persen perempuan Indonesia pernah dihujat atau dihina karena bentuk tubuhnya.

Wajar saja, masyarakat seolah mengagung-agungkan kecantikan dan bentuk tubuh sempurna bagi perempuan. Usia tua, seperti yang dialami Yuni Shara, seolah bencana yang tak ingin diterima. Kulit keriput, tak lagi kencang, ketidakbugaran, rambut beruban, dan bentuk-bentuk gejala penuaan merupakan hal memalukan. Bagi sebagian orang, mereka menjadikan gejala penuaan tersebut sebagai lelucon atau hinaan kepada orang lain, seperti yang dialami Yuni Shara.

Jika yang melakukannya adalah sesama perempuan atau orang dengan usia nyaris sama dengan Yuni, maka hujatan itu bisa dilihat sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri dalam bentuk pelampiasan (displacement). Artinya, ia sebenarnya tidak suka dengan dirinya sendiri, namun malah melampiaskannya dengan orang lain.

Dalam contoh kehidupan sehari-hari, seseorang bisa jadi dimarahi bosnya di kantor, namun karena aturan sosial tidak memungkinkan seseorang untuk balik marah ke bosnya, maka ketika ia pulang ke rumah, ia pun memarahi anaknya sebagai pelampiasan emosi tersebut.

Sementara itu, berkat internet, seseorang dapat saja melampiaskan banyak hal melalui komentar negatif dalam bentuk hujatan, hinaan, rasa tidak suka, dan sebagainya kepada siapa pun, termasuk tokoh publik di media sosial.

Pelampiasan itu dirasa masuk akal karena orang yang dihina-hina kemungkinan besar tidak akan bisa membalasnya di dunia nyata. Dalam kasus Yuni Shara, penyanyi ini bahkan tidak membalas hinaan tersebut di internet.

Mungkin, ada benarnya ungkapan bahwa jika seseorang menunjuk kekurangan orang lain, sebenarnya ia tidak sadar bahwa sisa jarinya sedang menunjuk dirinya sendiri.