Memperingati Hari Perempuan Internasional, Yayasan Rumah Kita Bersama (Rumah KitaB), atas dukungan DFAT melalui inisiatif Investing in Women mengadakan webinar “Choose to Challenge: Merayakan Keragaman Perempuan Bekerja dan Launching Kampanye “Muslimah Bekerja”, Rabu, 24 Maret 2021 pukul 09.00-12.00 WIB secara daring melalui Zoom. Kegiatan dihadiri sekitar 100 peserta dari beragam latar belakang.
“Meski peluang dan partisipasi perempuan kerja terbuka, namun belakangan muncul narasi-narasi yang mempertanyakan signifikansi perempuan bekerja di luar rumah dengan argumentasi yang stereotipe, membatasi kebebasan pilihan atas jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, serta diskriminasi atas nama norma-norma yang bias gender,” demikian Lies Marcoes, Direktur Eksekutif Rumah KitaB menyampaikan latar belakang webinar ini. Karenanya ia mengajak untuk membuka dialog tentang pentingnya menyuarakan narasi hak perempuan bekerja dengan narasi keagamaan yang lebih positif. Hal itu sekaligus untuk men-challenge anggapan dan ujaran yang menyempitkan pilihan perempuan bekerja “hanya di dan dari rumah” atas nama norma yang sempit.
Dalam kegiatan ini, Rumah KitaB meluncurkan #MuslimahBekerja sebagai kampanye advokasi bahwa bekerja adalah hak bagi perempuan.
Webinar dibuka Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ibu Bintang Puspayoga. Dalam sambutannya, Ibu Bintang menyampaikan kontribusi perempuan bekerja pada negara dan kebijakan-kebijakan untuk melindungi hak perempuan bekerja. Menutup sambutannya, Ibu Menteri meresmikan kampanye #MuslimahBekerja yang akan dikelola Rumah KitaB.
Dalam sambutannya yang menggarisbawahi bahwa kampanye #MuslimahBekerja adalah memastikan perempuan yang memiliki bekerja dapat bekerja—dan didukung oleh keluarganya, rekannya, dan komunitasnya—Mr. Allaster Cox, Chargé d’affaires at the Australian Embassy, menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung bagi perempuan untuk bekerja, bukan hanya terkait infrastruktur dan kebijakan, melainkan juga terkait wacana di masyarakat.
Keynote speech disampaikan Dr. (HC) Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, M.Hum, Pendiri Yayasan Puan Amal Hayati. Beliau menyampaikan pidato kunci dengan judul Memilih Peluang, Memanfaatkan Kesempatan. Beliau menyampaikan setidaknya ada tiga tantangan bagi tenaga kerja perempuan, salah satunya adalah pemahaman agama yang sempit. Dengan mengenali tantangan-tantangan tersebut, Ibu Sinta mengajak hadirin untuk memilih peluang dan memanfaatkan kesempatan agar perempuan bisa benar-benar merayakan ragam pekerjaan melalui kompetisi yang sehat dan profesional.
Diskusi inti dipantik Nani Zulminarni, Regional Director Ashoka South East Asia yang menegaskan pentingnya mengenali ragam tantangan perempuan bekerja. Diskusi diisi oleh Savic Ali (Founder Islami.co), Diar Zukhrufah DA (Penulis Commcap), dan Mutiara Anissa (Saintis Biomedicine dan Inisiator Pandemic Talks). Savic dan Diar membagi kiat dan strategi kampanye media perempuan bekerja dengan argumentasi keagamaan yang positif. Sementara Mutiara, membagikan kisahnya cara mengatasi stereotipe dan norma gender yang membatasi pilihan-pilihan pekerjaan bagi perempuan. Diskusi panel ini dipandu dengan menarik oleh Inayah Wahid.
Sebagai penutup, closing statement disampaikan Ibu Rinawati Prihatiningsih, S.E., M.Si, seorang entrepreneur, anggota IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia), juga Anggota Komite Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Penampilan Kanaq Pecinta Baca (Kanca), sebuah komunitas remaja literasi dari Lombok Utara melalui pentas tari dan puisi menutup seluruh acara ini.
Kampanye “Muslimah Bekerja” diharapkan dapat meningkatkan komunitas aktif yang mempromosikan hak perempuan bekerja