Piala Dunia Qatar memberi banyak pelajaran bagi kita semua. Terlepas dari adanya pelanggaran HAM yang dilakukan Qatar dalam persiapannya menggelar Piala Dunia 2022, negara ini tetap memberikan perbedaan warna yang tidak terjadi di Piala Dunia sebelumnya.
Upacara pembukaan yang penuh khidmat dengan lantunan Ayat suci Al Qur’an yang menggetarkan telinga, memberi panggung bagi kaum disabilitas untuk tampil di depan publik, serta menggunakan stadion yang dapat dibongkar pasang, adalah beberapa hal yang tidak terjadi di Piala Dunia-Piala Dunia sebelumnya.
Di luar upacara pembukaan yang menakjubkan itu, pencapaian tim kuda hitam yang ciptakan kejutan juga menjadi bumbu sedap di Piala Dunia tahun ini. Kita menyaksikan bagaimana para wakil Asia menghentak dunia. Mereka mengobarkan semangat perlawanan yang tiada tara. Jepang, Korea dan Australia adalah negara asia yang sukses melewati fase grup. Kesuksesan para wakil Asia diiringi dengan laju negara unggulan yang gugur sebelum berhasil angkat piala. Jerman, Spanyol, Portugal, Inggris, dan Brasil adalah di antaranya.
Tontonan Piala Dunia semakin menarik dengan kejutan yang dibuat tim Maroko. Negeri dari Afrika Utara sukses menembus semifinal. Mereka berhasil membalikkan prediksi banyak pengamat. Maroko, negara yang mayoritas penduduknya Islam, bahkan mencuri perhatian dengan menumbangkan tim-tim unggulan.
Sorotan tak hanya karena keberhasilan Maroko meraih kemenangan demi kemenangan, tapi sikap pemain mereka memperlakukan orang tuanya (khususnya sang ibu) dengan penuh kasih sayang, juga menjadi ciri khas tersendiri di Piala Dunia Qatar, yang mungkin akan terkenang hingga masa mendatang.
Sejatinya Piala Dunia 2022 telah memberikan sebuah pengalaman dan pembelajaran kehidupan bagi kita semua. Tidak hanya bagi pemain itu sendiri. Tapi juga buat kalangan umum. Kejutan yang dibuat Maroko, Jepang dan tim kecil lainnya semakin menegaskan bahwa dalam hidup ini tidak ada yang mustahil kalau kita mau berusaha sekuat tenaga. Rintangan batu karang yang menghadang bisa kita lewati jika kita percaya diri dan bersungguh-sungguh.
Tuntutan Membersihkan Lingkungan
Selain mengambil pelajaran dari keberhasilan tim kecil yang menghempaskan laju tim besar, aksi suporter timnas Jepang dan attitude pemain Maroko di lapangan juga sebenarnya layak dijadikan sebuah contoh kehidupan yang baik. Kita melihat bagaimana suporter negeri dari matahari terbit dengan suka rela membersihkan sampah di stadion. Inilah ciri khas suporter Jepang yang membedakannya dengan suporter tim lain.
Pendukung timnas Jepang tak peduli tim mereka kalah atau menang, mereka akan tetap membersihkan tribun stadion. Lewat tradisi bersih-bersih inilah para penggemar sepakbola Jepang menunjukan bahwa tata krama dan kebiasaan baik sudah mendarah daging dalam keseharian mereka apapun situasinya. Dalam budaya masyarakat Jepang kebersihan memang sudah ditanamkan sejak usia dini baik di lingkungan keluarga terlebih lagi di lingkungan sekolah.
Lantas apa makna yang bisa dipetik dari aksi suporter Jepang ini? Makna dari aksi suporter Jepang ini adalah kebersihan lingkungan menjadi hal utama ketika kita berada di suatu tempat. Dalam kehidupan manusia sendiri, kebersihan lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dan tak terpisahkan. Menjaga kebersihan lingkungan sama artinya menciptakan lingkungan yang sehat, bebas dari kotoran, seperti debu, sampah dan bau yang tidak sedap.
Dengan lingkungan yang sehat, kita tidak akan mudah terserang berbagai penyakit. Tidak hanya di bidang kesehatan, kebersihan lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan, keindahan dan keasrian lingkungan yang nantinya bermuara pada kedamaian. Semua ini dapat kita raih dengan melakukan perbuatan kecil dan sederhana, mulai dari menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita.
Suporter Jepang yang beragama non muslim saja tahu akan pentingnya kebersihan lingkungan. Lantas bagaimana dengan kita yang muslim? Apakah kita masih akan tetap membiarkan sampah berserakan di sekeliling kita, disaat tuntutan agama kita mewajibkan kita untuk menjaga dan merawat lingkungan?.
Bagi kaum muslimin, usaha pelestarian lingkungan bukan hanya semata-mata karena tuntutan ekonomis atau politis atau karena desakan program pembangunan nasional. Usaha pelestarian lingkungan harus dipahami sebagai perintah agama yang wajib dilaksanakan oleh manusia bersama-sama.
Setiap usaha pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup secara baik dan benar adalah ibadah kepada Allah SWT yang dapat memperoleh karunia pahala. Sebaliknya, setiap tindakan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, pemborosan sumber daya alam, dan menelantarkan alam ciptaan Allah adalah perbuatan yang dimurkai-Nya.
Bersyukur Seperti Timnas Maroko
Selain tuntutan untuk mengelola lingkungan dengan baik, dari Piala Dunia 2022 ini kita juga belajar dari sikap pemain Maroko yang selalu bersyukur. Sikap bersyukur timnas Maroko ini diperlihatkan dengan selebrasi sujud syukur ketika mencetak gol atau meraih kemenangan. Menariknya, pemain Maroko tetap sujud syukur meski mereka menelan kekalahan dari Prancis di semifinal. Hakim Ziyech dkk tetap mensyukuri pencapaian mereka di Piala Dunia Qatar.
Itu artinya pemain Timnas Maroko paham akan kehidupan yang tidak selamanya berlangsung mulus. Rasa bersyukur memang seyogyanya tidak hanya sekedar ketika mendapatkan nikmat yang baik, dalam hal ini adalah kemenangan, tetapi juga dalam kondisi sulit, dalam hal ini adalah kekalahan. Dan Timnas Maroko telah mempraktekkan hal tersebut.
Hakikatnya, pada saat seseorang melakukan sujud syukur dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, pemain bola atau siapa saja, berarti ia telah bertawakal dan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Pujian, kesyukuran, pensucian dan pengagungan itu diyakininya hanya milik Allah SWT.
Pelajaran yang bisa kita ambil adalah tetaplah bersyukur, baik ketika mendapatkan nikmat yang manis atau pahit sekalipun. Di kehidupan kita sejatinya masih banyak orang-orang yang kurang bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. Sifat manusia yang selalu merasa tidak cukup dan tak pernah puas (serakah) adalah salah satu penyebab manusia tersebut lupa dengan yang namanya bersyukur.
Begitulah jalannya Piala Dunia Qatar 2022 yang semata tidak hanya tontonan permainan antar 11 lawan 11 pemain di atas rumput hijau, tapi juga kisah-kisah inspiratif yang menaunginya. Jepang boleh kalah di 16 besar, tapi aksi suporter mereka menjaga lingkungan akan terekam dalam ingatan. Maroko boleh tak bisa angkat piala, tapi selebrasi sujud syukur mereka juga akan terekam dalam sejarah Piala Dunia.