Satu di antara sekian banyak pesantren yang menggelar pengajian online di bulan Ramadhan ini adalah Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang. Pesantren ini didirikan oleh KH. Chudlori pada tahun 1944. Satu tahun sebelum Indonesia merdeka. Kiai Chudlori (w. 1977) merupakan menantu Mbah Dalhar (KH. Nahrowi) Watucongol Magelang. Di pesantren API inilah, dulu, KH. Abdurrahman Wahid (1940-2009) pernah nyantri selama dua tahun (1957-1959) di bawah asuhan KH. Chudlori.
Setiap hari di bulan Ramadhan, melalui Gus Yusuf Channel, kita dapat mengikuti pengajian kitab “Ayyuhal Walad”. Dibacakan langsung oleh Gus Yusuf (l.1973), salah satu pengasuh API Tegalrejo. Dengan suara yang lantang dan audio yang jernih, pengajian online ini dapat kita ikuti lewat You Tube ataupun Facebook. Meskipun dalam membacakan kitab dengan bahasa Jawa, tetapi beliau memberikan penjelasan dan ulasan dengan bahasa Indonesia. Jadi bisa disimak oleh beragam kalangan. Karena itu, setiap pengajian digelar, diikuti oleh ratusan hingga seribu jamaah.
Ayyuhal Walad adalah salah satu karya Imam al-Ghazali yang senantiasa dikaji di pondok pesantren, terlebih saat bulan Ramadhan. Kitab tipis ini biasanya khatam dikaji selama 15-20 hari. Dilihat dari judulnya, sekilas kitab ini cocok diajarkan untuk santri pemula. Hal ini sependek pengalaman kami, pertama kali mengaji kitab tersebut tahun 2001, saat tahun pertama di pesantren. Tepatnya saat awal kelas 5 Ibtidaiyah Madrasah al-Asna Ringinagung Kediri.
Setelah sekian tahun, baru sadar bahwa kitab ini ditulis oleh Imam al-Ghazali untuk salah satu murid senior beliau. Seorang murid yang mulazamah, dekat dan lama berguru kepada Imam al-Ghazali. Murid tersebut bukan sembarang murid, tetapi murid yang sudah membaca semua karya gurunya, termasuk karya Imam al-Ghazali yang berjudul “Ihya ‘Ulumiddin”. Oleh karena itu, untuk lebih memahami maksud kandungan kitab “Ayyuhal Walad” di atas, kita perlu melihat karya-karya Imam al-Ghazali lainnya.
Secara garis besar, kitab “Ayyuhal Walad” adalah nasihat Imam al-Ghazali mengenai tujuan akhir dari pengembaraan keilmuan seseorang. Ilmu apa saja yang dapat menuntun seorang hamba dekat dengan Tuhannya. Serta bagaimana ilmu tersebut dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih untuk menjaga kebersihan laku hati. Uraian dan nasihat inilah yang sedari awal dihaturkan oleh murid terdekat Imam al-Ghazali di atas.