Ustadz Hanan Attaki dan Berat Badan Para Istri Rasul: Kritik Matan Hadis

Ustadz Hanan Attaki dan Berat Badan Para Istri Rasul: Kritik Matan Hadis

Apa benar berat badan istri salehah ala Istri Rasulullah itu 55 Kg?

Ustadz Hanan Attaki dan Berat Badan Para Istri Rasul: Kritik Matan Hadis

Memiliki berat badan ideal adalah dambaan setiap orang, tak terkecuali bagi perempuan. Namun bukan berarti perempuan yang memiliki berat badan tertentu menjadi parameter kesalehaannya.

Seorang ustadz gaul Ust. Hanan Attaki, dengan pedenya mengatakan bahwa salah satu ciri perempuan saleha adalah memiliki berat badan kurang dari 55 Kg. Menurutnya, hal ini bisa dilihat dari berat badan Aisyah, RA., istri Rasulullah SAW.

Masih menurut ustadz tersebut, ia mengetahui berat badan Aisyah karena para sahabat menyebutkan bahwa badan Aisyah tidak lebih berat dari tandunya. Ia juga menyebutkan bahwa tandunya kurang dari 55 Kg. Sehingga ustadz tersebut berkesimpulan bahwa berat badan Aisyah kurang dari 55 Kg.

Baca juga: Ustadz Hanan Attaki dan Kontroversi Berat Badan 55 Kg bagi cewek Sholehah

Untuk mengecek kebenaran informasi yang dibagikan, si ustadz menyarankan untuk membuka hadisul ifki, yakni kejadian saat Aisyah diterpa kabar bohong dari orang-orang munafik.

Benarkah maksud hadis tersebut demikian?

Mudah saja, kita bisa membaca langsung hadis tersebut dalam beberapa kitab hadis. Hadis yang menjelaskan tentang hadisul ifki memang sangat panjang, namun kami sebutkan sedikit potongan hadis yang (bisa jadi) dimaksud oleh ustadz tersebut:

قالت:وَأَقْبَلَ الرَّهْطُ الَّذِينَ كَانُوا يُرَحِّلُونِي فَاحْتَمَلُوا هَوْدَجِي فَرَحَلُوهُ عَلَى بَعِيرِي الَّذِي كُنْتُ أَرْكَبُ عَلَيْهِ وَهُمْ يَحْسِبُونَ أَنِّي فِيهِ وَكَانَ النِّسَاءُ إِذْ ذَاكَ خِفَافًا لَمْ يَهْبُلْنَ وَلَمْ يَغْشَهُنَّ اللَّحْمُ إِنَّمَا يَأْكُلْنَ الْعُلْقَةَ مِنْ الطَّعَامِ فَلَمْ يَسْتَنْكِرْ الْقَوْمُ خِفَّةَ الْهَوْدَجِ حِينَ رَفَعُوهُ وَحَمَلُوهُ وَكُنْتُ جَارِيَةً حَدِيثَةَ السِّنِّ

Aisyah berkata; “Kemudian orang-orang yang membawaku datang dan membawa sekedupku, dan menaikkannya di atas unta yang aku tunggangi. Mereka menduga aku sudah berada di dalam sekedup itu. Memang masa itu para wanita berbadan ringan, tidak terlalu berat, dan mereka tidak banyak daging, mereka hanya makan sesuap makanan. Oleh karena itu orang-orang yang membawa sekedupku tidak curiga dengan ringannya sekedupku ketika mereka mengangkatnya. Saat itu aku adalah wanita yang masih muda.”

Pertama, yang mengatakan bahwa badan Aisyah ringan adalah Aisyah sendiri, karena yang menjadi mutakallim (orang yang bercerita) dalam hadisul ifki adalah Aisyah, bukan para sahabat. Sehingga tidak ada ukuran pasti berat badan Aisyah. Apalagi saat itu belum ada timbangan, bukan?

Kedua, perempuan pada masa itu memiliki kebiasaan yang berbeda. Kebiasaan perempuan pada masa itu yang hanya makan sedikit, menjadikan badan mereka terlalu ringan. Ditambah lagi, umur Aisyah pada saat itu masih sangat muda. Menyamaratakan berat badan perempuan yang masih muda dengan perempuan yang lebih tua, terlebih hingga menjadikannya ukuran kesalehaan seorang perempuan adalah tidak tepat.

Baca juga: Dear, Hanan Attaki. Dakwah Hari ini Butuh yang Dialogis

Ketiga, jika parameter istri salehah adalah Aisyah, istri Rasulullah, maka seharusnya ustadz tersebut juga melihat istri Rasulullah yang lain. Saudah contohnya, dalam beberapa riwayat hadis, ia disebutkan dengan ciri-ciri dhahmah, yang dalam bahasa Arab berarti kabiirul jism. Lalu, akankah ustadz tersebut berani mengatakan kalau Saudah tidak saleha?

Penjelasan di atas cukup membuktikan bahwa ustadz tersebut tidak cukup memahami hadis yang ia baca. Di sisi lain, apapun yang berkaitan dengan fisik, tidak bisa dijadikan paramater saleh atau saleha seseorang.

Bukankah dalam hadis sahih riwayat Muslim Rasul juga pernah bersabda:

“إن الله لا ينظر إلى أجسامكم، ولا إلى صوركم، ولكن ينظر إلى قلوبكم”

Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat badan kalian, juga tidak melihat tampang kalian, tetapi Allah melihat hati kalian.”

Mungkin ustadz tersebut bermaksud bercanda. Tapi, ya kali bercanda bawa-bawa hadis? Terus kalau bercanda bawa-bawa hadis, jadi sunnah gitu? he.

Wallahu A’lam.