Abad pertengahan adalah abad kemajuan peradaban Islam, ketika Islam menjadi pelopor dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Pada abad ini, banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang sukses membidani lahirnya berbagai karya, penemuan-penemuan dan juga mendirikan lembaga pendidikan sebagai pusat keilmuan. Salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai andil besar dalam melahirkan ulama dan para ilmuwan besar Islam adalah Universitas Al-Qarawiyin.
Universitas Al-Qarawiyin merupakan salah satu universitas tertua di dunia yang terletak di kota Fez, Maroko, didirikan pada tahun 859 M atau pada masa Dinasti Murabithun berkuasa di daerah Al-Maghrib Al-Islami oleh seorang muslimah asal Kairouan, Tunisia yang bernama Fatimah al-Fihri.
Menurut Guiness World of Record, Universitas Al-Qarawiyin adalah universitas pertama di dunia yang secara mutlak memberikan gelar akademis atau sarjana bagi para mahasiswanya. Ketika dunia Eropa baru mengenal sistem universitas atau perguruan tinggi dengan gelar akademis, dengan berdirinya Universitas Bologna, di Italia abad 11 M dan Universitas Paris, di Prancis serta Universitas Oxford di Inggris, dunia Islam sudah terlebih dahulu dengan Al-Qarawiyinnya.
Cikal bakal Universitas Al-Qarawiyin sendiri berawal dari sebuah masjid yang dibangun oleh Fatimah al-Fihri, yang pindah ke Maroko karena di Kairouan, Tunisia pada waktu itu terjadi konflik politik berupa perebutan kekuasaan. Konflik tersebutlah yang kemudian menjadikan Fatimah al-Fihri dan keluarganya pindah ke Maroko dan bergabung dengan komunitas pendatang lainnya dari Kairouan yang sudah ada di distrik Barat kota Fez.
Keluarga Fatimah al-Fihri sendiri merupakan keluarga saudagar kaya raya dan juga cinta dengan ilmu, sehingga ketika ayahnya meninggal. Fatimah dan saudaranya Maryam yang mewarisi harta dari ayahnya dalam jumlah besar, kemudian berjanji akan menggunakan uangnya untuk membangun sebuah masjid untuk dijadikan sebuah tempat diskusi keilmuan dan belajar tentang agama. Hal tersebut kemudian dilakukan oleh Fatimah al-Fihri dengan membangun masjid yang dinamanakan Al-Qarawiyin, nama tersebut terinspirasi dari daerah asalnya yaitu Kairouan di Tunisia.
Ketika mendirikan masjid tersebut, Fatimah al-Fihri selalu berpuasa sampai masjid Al-Qarawiyin selesai dibangun. Ketika bangunan masjid tersebut telah selesai, Fatimah Al-Fihri adalah orang pertama yang shalat di masjid itu sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena berhasil membangun sebuah masjid. Masjid tersebut, kemudian berkembang menjadi tempat diskusi, belajar agama dan diskusi politik.
Di masjid tersebutlah komunitas Qarawaniyyin, yaitu masyarakat pendatang dari kairouan Tunisia di kota Fez, membuat diskusi kecil yang kemudian meluas dan menjadi besar, sehingga aktivitas di masjid berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi dan kemudian berkembang menjadi universitas.
Lembaga yang didirikan pada 859 M ini, merupakan lembaga pendidikan yang penuh dengan sejarah. Karena di abad pertengahan, Universitas Al-Qarawiyin mempunyai peran penting dalam mempertemukan antara kebudayaan dan pengetahuan, antara umat Islam dengan masyarakat Eropa. Karena di dalamnya diajarkan berbagai keilmuan seperti fikih, Al-Quran, bahasa, kedokteran, kimia, sejarah, musik, astronomi dan lainnya.
Pada saat Maroko dijajah oleh Perancis, Al-Qarawiyin juga menjadi basis perlawanan terhadap kolonialisme sekaligus menjadi pusat pemerintahan darurat. Sehingga Al-Qarawiyin dijuluki oleh Perancis sebagai rumah kegelapan.
Di sisi lain yang membuat Al-Qarawiyin istimewa selain sebagai universitas tertua di dunia adalah adanya perpustakaan Al-Qarawiyin. Koleksi ribuan buku dan naskah kuno yang ada di sana tidak bisa ditemui di perpustakaan manapun atau di tempat manapun, bahkan Al-Quran abad 9 M pun masih tersimpan dengan baik di sana. Selain Al-Quran, juga terdapat buku-buku dan naskah tua yang menjadi sumber ilmu para pakar sejarah di dunia.
Sebagai lembaga pendidikan tertua di dunia, reputasi Al-Qarawiyin di masa dulu dan sekarang tidak perlu diragukan lagi. Pada masa dahulu, Al-Qarawiyin berhasil melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Silvestor II, pemimpin tertinggi gereja Katholik Vatikan 999-1003 M yang memperkenalkan angka Arab di Eropa. Ibnu Maimun (1135-1204), kartografer al-Idrissi (w.1166), Ibnu al-Arabi (1165-1240 M), Ibnu Khaldun (1332-1395), Ibnu al-Katib al-Bitruji, Ibnu Hirzihim, al-Wazzan, Ibnu Rushayd al-Sabti (w.1321), Muhammad bin al-Haj al-Adbari al-Fasi (w.1336), Abu Imran al-Fasi (w.1015), dan masih banyak lagi ulama-ulama besar yang kemudian mempunyai andil besar dalam dunia Islam.
Walaupun sudah berumur berabad-abad, namun reputasi Al-Qarawiyin tidak pernah pudar sebagai salah satu corong keilmuan Islam dengan menjadi satu di antara lima kampus terbaik dalam studi Islam di dunia.
Peradaban Barat yang saat ini maju begitu pesat, pada dasarnya berhutang budi dengan Islam salah satunya adalah berhutang budi dengan Al-Qarawiyin. Karena universitas tersebut mempunyai peran penting dalam proses pengembangan dan kebangkitan ilmu pengetahuan di Barat pada abad ke 15 M. (AN)
Wallahu a’lam.