Di Maroko hari Idul Adha lebih dikenal dengan sebutan Ied Kabir (hari raya besar), dimana ketika Idul Adha semua anggota keluarga berkumpul menjadi satu, merayakan kebahagiaan dan kebersamaan.
Maroko, yang julukan negeri seribu benteng, memiliki tradisi khusus dalam perayaan Idul Adha. Bisa dibilang Ied Kabir lebih sakral dibanding dengan Ied Fitri pasalnya mereka memiliki tradisi khusus dalam perayaannya.
Pada Ied Kabir hampir setiap rumah berqurban, baik yang berupa kambing maupun domba. Bahkan sampai keluarga miskin pun berqurban. Pemerintah memberikan bantuan kepada keluarga kelas bawah dengan bank pinjaman qurban setiap tahunnya. Tradisi yang sudah mengakar ini lah menjadikan hari raya lebih meriah buat mereka, khususnya orang- orang yang berhak menerima daging qurban pada hari itu mereka dapat membahagiakan anak-anaknya dengan menyembelih sendiri.
Pada hari pertama tanggal 10 Dzulhijah, setelah melaksanakan sholat Ied berjamaah di lapang luas, dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban. Jika di tanah air setelah disembelih maka daging qurban langsung dibagikan kepada yang berhak menerimanya, lain hal nya di Maroko. Setelah disembelih daging qurban digantung secara utuh setelah diambil bagian dalamnya dan kepalanya. Daging qurban mereka inapkan selama semalam sebelum dipotong-potong.
Hal yang pertama kali mereka lakukan ialah mengambil hati hewan qurban kemudian disate yang disebut dengan “kabab” biasanya mereka secara bersama-sama memakannya dengan “teh na’na” khas Maroko.
Pada waktu makan siang mereka memakan “taqliya” yakni usus dan jenis dalaman lainnya yang diambil dari daging qurban dengan “markah” yakni jenis masakan Maroko. Mereka memakannya bersama-sama dalam satu meja. Pada sore hari barulah acara silaturrahim, saling berkunjungnya family, sanak sodara dan kerabat.
Kepala hewan qurban mereka panggang, kemudian dimasak secara utuh dalam makanan khas Maroko “couscous” berupa gandum yang di kukus kemudian dihiasi dengan berbagai macam sayuran di atasnya. Dihidangkan dalam sebuah piring besar dan dimakan secara bersama-sama. “couscous” merupakan makanan khas Maroko yang tradisinya merupakan menu makanan setiap hari Jumat. Itulah rangkaian kegiatan Ied Kabir pada hari pertama.
Pada hari berikutnya, daging qurban yang mereka gantung selama semalam, mereka potong- potong kemudian dibagikan kepada yang berhak menerimanya. Sisanya mereka simpan untuk mereka makan sehari-hari.
Pada hari kedua ini, saat makan siang semua orang berkumpul. Tradisi di Maroko dalam acara- acara besar seperti hari raya, pernikahan, dan lain sebagainya. Dalam prosesi makan bersama mereka memiliki tradisi menghidangkan jenis makanan secara ber-tahap.
Tahap pertama, dengan menu pertama yakni “tajine lahem bil barquq” yakni daging yang dimasak dengan buah Barquq yang dihiasi dengan kacang luje dihidangkan ditempat khusus yang disebut tajine terbuat dari tanah liat berbentuk kerucut. Tajine lahem bil barquq merupakan menu favorit orang Indonesia di Maroko. Setelah hampir selesai maka digantikan dengan tahap berikutnya.
Tahap kedua, dengan menu “markah bil lahem” berupa daging yang dimasak seperti sayur dengan berbagai jenis sayur-sayuran. Tahap selanjutnya yakni “couscous”. Setelah itu digantikan lagi dengan “ pastela bil lahem” daging dihaluskan dibungkus dengan kulit risoles. Baru setelah itu buah-buahan dan minuman.
Demikianlah rangkaian tradisi yang umumnya dilakukan dalam perayaan Idul Adha di Maroko. []
Gunadi El Ghazwa, Mahasiwa Marocco International University